Hitstat

02 April 2018

Matius - Minggu 27 Senin


Pembacaan Alkitab: Mat. 18:1, 18, 21, 22
Doa baca: “Yesus berkata kepadanya: ‘Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.’” (Mat. 18:22)


Kitab Matius tidak saja berisikan doktrin kerajaan, tetapi juga pelaksanaan kehidupan kerajaan. Untuk menetap dalam kehidupan kerajaan, kita harus rendah hati. Jika kita rendah hati, kita tidak akan menyalahi orang lain atau disalahi oleh orang lain. Kita takkan menyandung atau tersandung oleh orang lain.

Semua yang menyandung diri kita maupun orang lain, berasal dari kesombongan. Kita perlu membenci kesombongan dan memperlakukannya sebagai "musang" yang harus dibunuh. Jika tidak, "musang" kesombongan akan meruntuhkan kehidupan kerajaan.

Setelah mendengarkan firman Tuhan tentang kehidupan kerajaan, Petrus menanyakan sebuah pertanyaan kepada-Nya, “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” (ay.21). Orang yang cepat sering kali menyalahi orang lain. Semakin aktif, cepat, dan berani, kita semakin mudah menyalahi orang lain. Tetapi mereka yang berhati-hati dan lambat jarang menyalahi orang lain. Mengapa bukan Yohanes yang menanyakan pertanyaan ini? Sebab, Petruslah yang sangat terkena oleh firman Tuhan tentang menyalahi saudara. Karena Petrus sering menyalahi orang lain, maka ia memperhatikan hal ini, dan bertanyalah ia kepada Tuhan tentang pengampunan. Hubungan kita dengan saudara dan dengan gereja sangat bersangkut paut dengan kehidupan kerajaan.

Ayat 22 mengatakan, “Yesus berkata kepadanya, 'Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” Tujuh puluh kali tujuh berarti kita harus mengampuni orang lain tanpa batas, tanpa perlu menghitung atau mencatat berapa kali Anda mengampuni orang lain. Anda perlu berkali-kali mengampuni orang lain.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 3, Berita 52

No comments: