Pembacaan Alkitab: Mat. 19:1-22
Doa baca: “Kata Yesus kepada mereka: ‘Karena kekerasan hatimu Musa mengizinkan
kamu menceraikan istrimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.’” (Mat. 19:8)
Matius adalah kitab tentang
kerajaan, ia berbicara tentang menanggulangi hawa nafsu. Kerajaan merupakan
masalah pelatihan dan sebagian besar pelatihan ini melibatkan berbagai macam
penanggulangan. Bagi kesaksian-Nya, Tuhan harus mempunyai pemulihan.
Perintah yang diberikan oleh
Musa tentang perceraian adalah penyimpangan dari ketentuan semula Allah
mengenai pernikahan; tetapi bagi Kerajaan Surga, Kristus sebagai Raja surgawi
memulihkan pernikahan pada keadaan yang semula. Ini menunjukkan bahwa Kerajaan
Surga, yang berhubungan dengan ketentuan Allah dari semula, tidak mengizinkan
perceraian.
Dalam ayat 8 kita nampak
prinsip pemulihan. Pemulihan berarti kembali kepada yang semula. Kita perlu
kembali kepada yang semula. Pada waktu semula, Allah menentukan seorang suami
dan seorang istri, tidak ada perceraian. Karena kekerasan hati mereka, Musa
memperbolehkan perceraian dan mengizinkan seorang menceraikan istrinya dengan
memberi dia surat cerai. Tuhan bertanya kepada orang Farisi apakah mereka ingin
memperhatikan ketentuan Allah atau kekerasan hati manusia. Setiap pencari Tuhan
harus berkata, “Oh, Tuhan, belas kasihanilah aku agar
aku memperhatikan ketentuan semula-Mu. Aku tidak mau mempedulikan kekerasan hatiku.
Aku menyalahkan dan menolak kekerasan hatiku dan kembali pada ketentuan-Mu yang
semula.”
Inilah arti pemulihan.
Hari ini banyak orang Kristen
bertengkar mengenai beberapa hal tertentu. Karena kekerasan hati manusia yang
telah jatuh, Tuhan membiarkan hal itu. Apakah kita harus menyetujui
pertengkaran ini dan kekerasan hati manusia? Tentu tidak. Sebaliknya, kita
harus menerima anugerah Tuhan untuk kembali pada ketentuan Allah yang semula.
Kita harus kembali ke yang semula.
Sumber: Pelajaran-Hayat
Matius, Buku 4, Berita 53
No comments:
Post a Comment