Pembacaan
Alkitab: Mat. 13:45
Doa baca: “Demikian
pula hal Kerajaan Surga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang
indah.” (Mat. 13:45)
Dalam pemulihan Tuhan, kita mempunyai
harta dan mutiara. Dalam pemulihan-Nya Tuhan perlu memiliki gereja yang murni,
kukuh, dan sejati seperti mutiara. Dalam mutiara semacam ini tidak ada campuran
atau kekaburan, mutlak murni, dan transparan.
Berkaitan dengan hayat, kita adalah
mutiara, dan berkaitan dengan kehidupan kita, kita adalah harta. Perumpamaan
kelima mengatakan tentang orang yang menemukan harta dan perumpamaan keenam
tentang pedagang yang mencari mutiara. Bagi kerajaan, Kristus ialah “orang” itu
dan bagi gereja, Dia adalah “pedagang” itu. Ini sesuai dengan konsepsi seluruh
Alkitab.
Kerajaan memerlukan seorang manusia. Untuk
memperoleh Kerajaan Allah di bumi, diperlukan seorang manusia. Justru Kristus
datang sebagai manusia ini, bukan sebagai manusia pertama, tetapi sebagai
manusia kedua. Pertama-tama Orang ini mendirikan kerajaan. Kemudian, karena
penolakan bani Israel, Dia menyembunyikan kerajaan dari bangsa Yahudi. Bagi
gereja, Kristus adalah pedagang, yang selalu berusaha untuk mendapatkan sesuatu
yang bernilai tinggi.
Mengenai kerajaan, orang itu membeli
ladang yaitu bumi. Dia membeli bumi karena kerajaan itu berada di bumi. Namun
untuk memperoleh mutiara, pedagang itu tidak membeli laut, ia hanya membeli
mutiara. Kristuslah satu-satunya yang langsung membeli mutiara, tetapi tidak
membeli harta secara langsung. Sebaliknya Dia langsung membeli ladang.
Meskipun Kristus menebus gereja dan bumi,
Dia tidak menebus kerajaan. Kerajaan tidak memerlukan penebus atau pembeli.
Namun, bumi yang telah hilang, bumi yang diciptakan oleh Allah dan kemudian
hilang, membutuhkan seorang penebus. Di samping itu, gereja sebagai umat
pilihan Allah dan umat yang sebelumnya telah ditentukan Allah, membutuhkan pula
seorang pembeli, sebab mereka telah hilang. Karena itu, kerajaan hanya perlu
seorang manusia, tetapi gereja perlu pedagang dan penebus.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Matius, Buku 3, Berita 40
No comments:
Post a Comment