Pembacaan Alkitab: Mat. 13:32-33; 1 Kor. 5:7-8
Doa baca: “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan
yang baru, sebagaimana kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita,
yaitu Kristus, juga telah disembelih.” (1 Kor. 5:7)
Matius 13:33
berkata, “Ia menceritakan perumpamaan ini
juga kepada mereka, ‘Hal Kerajaan Surga itu seumpama ragi yang diambil seorang
perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu sebanyak empat puluh liter (tiga
sukat, Tl.) sampai mengembang
seluruhnya.’” Ragi dalam Alkitab melambangkan hal-hal yang jahat (1 Kor.
5:6, 8) dan ajaran yang jahat (Mat. 16:6, 11-12). Gereja sebagai pelaksanaan
Kerajaan Surga yang berisikan Kristus, tepung terigu yang halus dan tidak
beragi, seharusnya adalah roti yang tidak beragi (1 Kor. 5:7).
Tepung untuk
membuat kurban sajian (Im. 2:1), melambangkan Kristus sebagai makanan bagi
Allah dan manusia. Tiga sukat adalah jumlah yang diperlukan untuk membuat satu
porsi hidangan yang penuh (Kej. 18:6). Jadi, mencampurkan ragi ke dalam tiga
sukat tepung melambangkan mengkhamirkan secara tersembunyi semua ajaran tentang
Kristus. Inilah keadaan sebenarnya dalam aliran Kristen tertentu. Pengkhamiran
ini mutlak bertentangan dengan Kitab Suci, yang dengan tegas melarang menaruh
ragi ke dalam kurban sajian (Im. 2:4-5, 11).
Perumpamaan ragi
mewahyukan masalah campur aduk. Tiga sukat tepung menunjukkan tepung halus yang
dibuat dari biji gandum. Tepung yang halus ini selalu digunakan dalam kurban
sajian, makanan untuk imam-imam Allah. Mereka yang melayani Allah sebagai imam
diberi makan tepung halus dari kurban sajian. Kurban sajian bukan hanya untuk
kepuasan imam Allah, melainkan juga untuk kepuasan Allah sendiri. Kurban sajian
ialah lambang penuh Kristus dalam insani-Nya, sedang tepung yang halus
menunjukkan Kristus sendiri. Fakta bahwa tiga sukat tepung itu telah diragi
oleh perempuan menunjukkan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan Kristus
telah diragi oleh perempuan jahat ini.
Sumber:
Pelajaran-Hayat Matius, Buku 3, Berita 38
No comments:
Post a Comment