Pembacaan Alkitab: Mrk. 4:1-20, 26-29
Doa baca: “Lalu kata Yesus: ‘Beginilah hal Kerajaan Allah itu: Seumpama orang
yang menaburkan benih di tanah.’” (Mrk. 4:26)
Sang Penabur
Dalam Injil Markus kita harus nampak bahwa kitab ini tidak mewahyukan
apa pun selain Tuhan Yesus sebagai persona yang ajaib. Menurut Injil ini, Tuhan
Yesus tidak mengajarkan kebudayaan, agama, etika, moralitas, perbaikan
karakter, atau filsafat, juga tidak menolong orang-orang untuk lebih
alkitabiah, rohani, kudus atau menang. Tuhan Yesus tidak hidup dalam kerajaan
hukum Taurat atau kerajaan etika; Dia mutlak hidup di ruang lingkup yang
lain—Kerajaan Allah.
Sebagai seorang yang hidup dalam Kerajaan Allah, Tuhan Yesus hidup dan
bekerja dengan suatu cara, yaitu dengan menaburkan diri-Nya sebagai benih ke
dalam manusia. Secara khusus, Dia menaburkan diri-Nya sendiri ke dalam Petrus
dan murid-murid yang lain. Bagi Dia, menaburkan benih ke dalam umat manusia
bukanlah hal yang sederhana. Mungkin kita perlu diletakkan dalam situasi yang
sulit agar kita membuka diri kita kepada Tuhan untuk menerima Dia sebagai benih
ilahi. Puji syukur kepada-Nya bahwa meskipun sulit, Dia telah ditaburkan ke
dalam kita!
Injil Markus bukanlah kitab kebudayaan, agama, etika, moralitas,
perbaikan karakter, atau filsafat; bukan juga kitab yang mengajar kita menjadi
alkitabiah, rohani, kudus, dan menang. Injil Markus adalah kitab yang
menyajikan penabur yang menaburkan diri-Nya sendiri ke dalam kita sebagai benih
hayat yang hidup menurut ekonomi (pengaturan) Perjanjian Baru Allah. Para
pengikut Tuhan yang akrab meluangkan waktu tiga setengah tahun bersama-Nya.
Selama tahun-tahun itu, Dia pasti telah mengajar mereka banyak hal. Dalam kitab
ini Yesus terus-menerus menaburkan diri-Nya ke dalam Petrus dan murid-murid
yang lain, dimulai ketika Yesus memanggil Petrus dan saudaranya Andreas,
kemudian mereka meninggalkan semua dan mengikuti Dia (Mrk. 1:16-18). Saat itulah
Tuhan mulai menaburkan benih ke dalam Petrus.
Sumber: Pelajaran-Hayat
Markus, Buku 3, Berita 58