Hitstat

11 December 2017

Matius - Minggu 11 Senin

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:17
Doa baca: Mat. 5:17
Janganlah kamu menyangka bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.


Untuk memahami masalah hukum Taurat ini, kita harus mengenal tiga aspek dari hukum Taurat: prinsip hukum Taurat, perintah hukum Taurat, dan ritual (tata cara) hukum Taurat. Jika Anda tidak membedakan antara ketiga hal ini, Anda tidak akan mempunyai pengertian yang tepat tentang hukum Taurat. Sebagaimana telah kita nampak, prinsip hukum Taurat telah berlalu. Hari ini dalam zaman anugerah (kasih karunia), Allah tidak memperlakukan kita berdasarkan prinsip hukum Taurat, sebaliknya Ia memperlakukan kita berdasarkan prinsip iman (kepercayaan). Apakah kita akan dibenarkan, diselamatkan, dan diterima oleh Allah tergantung pada prinsip iman, bukan prinsip hukum Taurat. Asalkan kita percaya kepada Kristus, kita dibenarkan oleh Allah, diterima oleh Dia, dan diselamatkan. Inilah yang dimaksud dengan terhapusnya prinsip hukum Taurat dalam Kristus di bawah zaman anugerah.

Sekalipun prinsip hukum Taurat telah dihapus, namun perintah hukum Taurat belum ditiadakan. Sebaliknya taraf perintah ini telah ditingkatkan. Jadi perintah yang menyangkut standar moral belum dilenyapkan, melainkan akan tetap ada sampai kekal. Bahkan sampai pada kekekalan kita tidak boleh menyembah berhala, membunuh, mencuri, atau berdusta. Dalam Kerajaan Surga-Nya Sang Raja telah meningkatkan taraf hukum Taurat dalam dua cara: dengan menyempurnakan hukum Taurat yang lebih rendah, dan menggantikannya dengan hukum Taurat yang lebih tinggi. Dengan demikian moralitas dalam perintah hukum Taurat telah ditingkatkan ke taraf yang lebih tinggi.

Juruselamat Rajani sendiri menjalani semua perintah hukum Taurat ketika Ia berada di bumi. Kemudian Ia pergi ke salib untuk mati bagi kita. Melalui kematian penggantian-Nya, Ia menggenapi hukum Taurat pada aspek yang negatif. Tidak hanya demikian, melalui kematian penggantian-Nya, Ia membebaskan hayat kebangkitan-Nya ke dalam kita, sehingga kini kita memiliki hayat kebangkitan di dalam roh kita. Karena kita dapat hidup berdasarkan hayat kebangkitan ini, maka kita mempunyai tenaga, kekuatan untuk memiliki moralitas taraf tertinggi. Jika kita hidup menurut roh (Rm. 8:4), kita menggenapi tuntutan (permintaan) kebenaran hukum Taurat, bahkan menggenapi lebih daripada tuntutan hukum Taurat. Karena itu, kita bukan menghapus hukum Taurat sebaliknya kita menggenapinya dengan cara tertinggi.

Aspek ketiga hukum Taurat ialah ritual (tata cara) hukum Taurat. Sebagai contoh: mempersembahkan kurban persembahan dan memelihara hari Sabat adalah ritual lahiriah hukum Taurat. Ritual ini pun telah diakhiri, sebab semuanya adalah bagian dari bayang-bayang, lambang, dan tanda-tanda zaman lama, semuanya ini telah digenapi oleh Kristus sebagai realitas. Kita tidak lagi diharuskan memperhatikan ritual hukum Taurat. Karena itu, prinsip hukum Taurat dan ritual hukum Taurat telah tamat, tetapi perintah hukum Taurat, yang menuntut taraf moral yang tinggi, belum tamat. Sebaliknya, perintah ini telah ditingkatkan. Dengan melalui Kristus sebagai hayat kebangkitan dalam roh kita, kita dapat menggenapi taraf moralitas yang dituntut oleh hukum Taurat yang lebih tinggi dari Kerajaan Surga. Perkataan ini seharusnya membuat kita jelas tentang hukum Taurat menurut ketiga aspeknya; prinsip hukum Taurat, perintah hukum Taurat, dan ritual hukum Taurat.


Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 20

No comments: