Hitstat

07 December 2017

Matius - Minggu 10 Kamis

Pembacaan Alkitab: Mat. 5:31-48
Doa baca: Mat. 5:37
Jika ya, hendaklah kamu katakan: Ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: Tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.


Dalam berita ini kita akan membicarakan Matius 5:31-48 yang mencakup empat hukum Taurat. Keempat hukum Taurat dalam bagian ini, hukum Taurat tentang perceraian, sumpah, melawan orang yang jahat, dan mengasihi musuh kita, semuanya telah diubah. Marilah kita terlebih dulu melihat perubahan hukum Taurat mengenai perceraian. Menurut hukum Taurat lama, seseorang dapat menceraikan istrinya hanya dengan memberikan surat cerai (ay. 31). Hukum Taurat zaman lama tentang perceraian ditetapkan karena kekerasan hati manusia, bukan menurut rencana Allah sebermula (Mat. 19:7-8). Perintah baru Raja memulihkan perkawinan pada keadaan yang sebermula sebagaimana direncanakan oleh Allah (Mat. 19:4-6). Ikatan perkawinan hanya dapat diputuskan oleh kematian (Rm. 7:3) atau perzinaan. Karena itu, bercerai dengan alasan apa pun berarti berzina (Mat. 5:32).

Menurut firman Tuhan Yesus, alasan satu-satunya untuk bercerai ialah perzinaan. Hanya dua perkara dapat memutuskan tali perkawinan: kematian dari salah satu pihak atau perzinaan, percabulan. Jika satu pihak melakukan perzinaan, tali perkawinan putus. Inilah prinsipnya. Karena itu, Tuhan Yesus mengatakan bahwa hendaklah tidak ada perceraian, kecuali dalam hal perzinaan. Tetapi Anda jangan mengambil kesempatan ini sebagai alasan untuk kawin lagi hanya karena suatu perbuatan percabulan telah terjadi. Ini pun suatu perkara motivasi. Jika mungkin, pihak yang melukai hendaknya dimaafkan. Namun, jika pihak yang salah menolak untuk bertobat dan tetap hidup dalam dosa macam ini atau kawin dengan orang lain, masalahnya akan berbeda. Dalam masalah yang sedemikian ini, tali perkawinan itu putus dan pihak yang lainnya bebas.

Dalam ayat 34 dan 36 kita nampak hukum Taurat baru Tuhan tentang sumpah: jangan sekali-kali bersumpah. Hukum Taurat baru kerajaan melarang umat kerajaan bersumpah dengan cara apa pun, demi surga, demi bumi, demi Yerusalem, atau demi kepala mereka, karena langit, bumi, Yerusalem, dan kepala mereka tidak berada di bawah kendali mereka, melainkan di bawah kendali Allah. Kita tidak boleh bersumpah baik demi langit maupun demi bumi, sebab semuanya bukan milik kita. Demikian pula, kita tidak boleh bersumpah demi Yerusalem, sebab sebagai kota Sang Raja Agung, itu bukan wilayah kita. Kita bahkan tidak boleh bersumpah demi kepala kita, sebab kita “tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun”. Semuanya ini — langit, bumi, Yerusalem, dan bahkan rambut kepala kita — bukan berada di bawah kendali kita. Kita bukan apa-apa dan kita tidak mengendalikan apa pun.

Perkataan umat kerajaan harus sederhana dan benar: Jika ya, katakanlah ya; jika tidak, katakanlah tidak. Umat kerajaan tidak seharusnya mencoba meyakinkan orang dengan banyak bicara. Mereka yang jujur tidak banyak bicara. Tetapi waspadalah terhadap orang yang banyak bicara; boleh jadi mereka penipu. Penipu itu sangat banyak bicara, selalu memberi alasan dan argumentasi untuk perkara-perkara. Tetapi seorang yang jujur selalu singkat. Lagi pula, kita harus menyadari bahwa banyak bicara dalam hadirat Allah tidak membuat Tuhan senang. Ketika kita datang kepada Tuhan, kita harus datang kepada-Nya dalam kejujuran, mengatakan sesuatu kepada-Nya secara sederhana dan singkat.



Sumber: Pelajaran-Hayat Matius, Buku 2, Berita 19

No comments: