Hitstat

12 August 2017

Wahyu - Minggu 27 Sabtu



Pembacaan Alkitab: Why. 18:9-20
Doa baca: Why. 18:20
Bersukacitalah atas dia, hai surga, dan kamu, hai orang-orang kudus, rasul-rasul dan nabi-nabi, karena Allah telah menjatuhkan hukuman atas dia karena kamu.


Wahyu 19:1-4 mencantumkan puji-pujian di surga, karena pelacur besar dihakimi. Ayat 1-3 menampakkan suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di surga yang memuji Allah, katanya, "Haleluya!" Wahyu 18 membicarakan penghakiman atas Babel materi, tetapi puji-pujian yang tercantum dalam beberapa ayat dari Wahyu 19 ini terutama bukan mengenai Babel materi, melainkan mengenai Babel agamawi. Alasannya adalah karena berabad-abad lamanya, kedua aspek Babel ini selalu berbaur. Sampai tahun 476 Masehi, Roma menjadi pusat politik. Abad-abad berikutnya Roma adalah pusat agama. Gereja Roma Katolik berkuasa pada abad keenam, dan menjelang akhir abad ke enam, sistem kepausan dibentuk. Sembilan belas abad yang lalu, dalam lima abad yang pertama kita nampak Kekaisaran Romawi berkuasa, dan empat belas abad selanjutnya adalah masa kekuasaan gereja Roma Katolik. Ketika Babel runtuh aspek agamawi lebih dahulu dibinasakan, kemudian aspek materi. Puji-pujian di surga, terutama bukan karena Babel materi dibinasakan, melainkan karena Babel agamawi dibinasakan, karena dalam pandangan Allah aspek agamawi lebih membencikan daripada aspek materi. Hari ini kita tidak begitu memperhatikan Roma materi, tapi sangat terganggu dengan Roma agamawi. Karena itu, betapa senangnya kita dapat nampak runtuhnya Babel agamawi.

Setelah suara nyaring dari himpunan orang banyak yang di surga mengatakan, "Haleluya," kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk itu mengatakan, "Amin, Haleluya" (19:4). Karena haleluya telah dikatakan berulang-ulang, maka kata amin diucapkan lebih dulu. Kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk mengatakan "Amin" terhadap suara yang mengatakan "Haleluya", lalu menambah lagi kata "haleluya".

Seandainya kita percaya Alkitab, kita seharusnya menerima Kitab Wahyu. Jika tidak ada kitab ini, Alkitab tidak akan memiliki kesimpulan. Tahun 325, dalam rapat dewan di bawah kekuasaan Kaisar Konstantin, disusun Kredo Nicene (Nicene Creed) yang dengan lapang diterima oleh Katolik dan Protestan. Saat berlangsungnya rapat dewan itu, tujuh kitab dalam Perjanjian Baru yaitu Ibrani, Yakobus, 2 Petrus, 2 Yohanes, 3 Yohanes, Yudas, dan Wahyu masih belum sepenuhnya diakui. Kitab-kitab tersebut secara resmi diakui pada tahun 393 di Konsili Carthage. Sebab itu Kredo Nicene belum mencakup Kitab Wahyu.

Kebanyakan orang Kristen merasa asing (tidak mengenal) akan Kitab Wahyu. Bagi mereka, kitab ini seolah-olah tidak ada di dalam Alkitab. Meskipun mereka membacanya, tetap tidak dapat memahaminya. Hal itu disebabkan oleh kelicikan si musuh. Dalam Alkitab, tidak ada kitab yang lebih disalahpahami orang Kristen daripada Kitab Wahyu. Kita harus hati-hati, jangan menambahkan atau mengurangkan apa-apa kepada nubuat yang dituliskan dalam kitab ini (22:18-19). Tetapi dari abad ke abad sebagian besar orang Kristen selalu menyingkirkan kitab ini. Meskipun Kitab Wahyu ada di dalam Alkitab, namun dalam pengalaman kebanyakan orang, kitab ini telah tersingkir. Itulah sebabnya banyak orang Kristen kehilangan berkat Allah. Sejak Tuhan pertama kali membuka kitab ini kepada kita, betapa besar berkat yang menimpa kita. Saya percaya berita-berita ini akan menyebabkan belokan yang besar dan langkah lebih maju di gereja-gereja. Gereja-gereja akan mendapatkan berkat yang besar.


Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 4, Berita 53

No comments: