Hitstat

28 March 2017

Wahyu - Minggu 8 Selasa



Pembacaan Alkitab: Why. 3:1-6
Doa baca: Why. 3:5
Siapa yang menang, kepadanya akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya.


Dalam ayat 4 Tuhan berkata, "Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak mencemarkan pakaiannya." Dalam Alkitab, pakaian melambangkan apa adanya diri kita dalam kelakuan dan kehidupan kita. Mencemarkan pakaian di sini khususnya berarti mengotori pakaian dengan noda maut. Di hadapan Allah, maut lebih najis daripada dosa (Im. 11:24-25; Bil. 6:6-7, 9). Dalam ayat ini, pencemaran mengacu kepada sesuatu yang berasal dari maut. Pencemaran di Sardis bukan pencemaran karena dosa, melainkan pencemaran karena maut. Maut lebih najis daripada dosa. Menurut Perjanjian Lama, jika seseorang berbuat dosa, ia dapat diampuni melalui mempersembahkan kurban penghapus dosa (Im. 4:27-31). Namun, seseorang yang menjamah orang mati harus menunggu tujuh hari baru bisa tahir (Bil. 19:11, 16). Ini menunjukkan bahwa pencemaran oleh maut lebih serius daripada pencemaran oleh dosa.

Tentang orang-orang yang tidak mencemarkan pakaiannya, Tuhan berkata bahwa, "mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka layak untuk itu" (ayat 4). Putih bukan hanya melambangkan kemurnian, melainkan juga melambangkan diperkenan. Di sini, pakaian putih melambangkan perilaku dan kehidupan yang tidak tercemar oleh maut, melainkan yang diperkenan oleh Tuhan. Inilah syarat berjalan dengan Tuhan, terutama dalam kerajaan yang akan datang.

Mengenakan pakaian putih dalam janji ini adalah pahala yang diberikan kepada para pemenang dalam Kerajaan Seribu Tahun. Perilaku mereka dalam zaman ini akan menjadi pahala bagi mereka dalam zaman yang akan datang. Setiap orang beriman memerlukan dua pakaian: yang pertama adalah pakaian pembenaran untuk keselamatan kita yang melambangkan Kristus sebagai kebenaran objektif kita. Dalam Lukas 15, ketika anak yang hilang itu kembali ke rumah, bapanya mengambil sehelai jubah yang terindah yang disediakan baginya. Perkara pertama yang dilakukan ayah itu ialah mengenakan jubah terindah itu kepadanya. Dengan mengenakan jubah itu, anak yang hilang itu dibenarkan di hadapan bapanya. Tadinya, ia telah menjadi seorang pengemis yang kasihan, tidak lagi layak hidup bersama bapanya. Tetapi saat ia mengenakan jubah itu, ia dibenarkan dan diperkenan. Ini berarti ia dibenarkan dalam Kristus dan Kristus menjadi jubah kebenarannya. Jadi, pakaian pembenaran adalah untuk keselamatan. Namun, di samping ini, kita memerlukan pakaian lain yang membuat kita diperkenan Tuhan. "Kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan putih bersih" dalam Wahyu 19:8 menunjukkan jubah yang kedua. Setelah beroleh selamat, kita perlu menjadi matang dan mengalahkan semua gangguan dan halangan. Kita harus berlari dalam perlombaan dan mencapai tujuan. Sewaktu kita berlari dalam perlombaan, banyak perkara akan menghalangi kita mencapai sasaran. Kita harus mengalahkan semua penghalang itu. Jika kita berbuat demikian, maka kita akan menerima pahala. Ini bukan perkara Kristus sebagai kebenaran objektif, melainkan mengalami Kristus sebagai kebenaran subjektif. Kristus sebagai kebenaran objektif telah kita kenakan, sedangkan Kristus sebagai kebenaran subjektif diperhidupkan dari kita. Kita harus memperhidupkan Kristus sebagai pakaian kita yang kedua. Pakaian ini adalah untuk pahala. Pakaian putih yang tercantum dalam ayat 5 mengacu kepada pakaian kedua. Bila kita memiliki pakaian yang kedua ini, kita akan diperkenan Tuhan dan akan menerima pahala.


Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 1, Berita 14

No comments: