Hitstat

08 March 2017

Wahyu - Minggu 5 Rabu



Pembacaan Alkitab: Why. 11:4
Doa baca: Why. 11:4
Merekalah kedua pohon zaitun dan kedua kaki pelita yang berdiri di hadapan Tuhan semesta alam.


Kaki pelita dalam Kitab Wahyu merupakan lambang dari gereja-gereja lokal. Setiap gereja lokal merupakan kaki pelita yang memancarkan kesaksian Yesus dengan Roh Allah yang diperkuat tujuh kali sebagai pelita-pelita di lokalnya masing-masing.

Kaki pelita itu terbuat dari emas. Emas menunjukkan sifat ilahi Allah. Kaki pelita yang terbuat dari emas melambangkan gereja-gereja tersusun dari sifat ilahi Allah. Kita memiliki hayat dan sifat Bapa (2 Ptr. 1:4), yaitu memiliki sifat ilahi Bapa yang dilambangkan dengan emas. Betapa menakjubkan karena kita memiliki hakiki ilahi ini.

Kaki pelita bukanlah untuk kaki pelita itu sendiri, melainkan untuk pelita-pelita. Jika kaki pelita tidak memiliki pelita (lampu), ia tidak berguna. Karena itu, kita harus menunjukkan apakah pelita itu. Kita melihat pelita-pelita dalam pasal 4: pelita adalah ketujuh Roh Allah yang menyala-nyala di hadapan takhta (4:5). Jadi, ketujuh Roh Allah adalah ketujuh pelita yang menyala. Sebagian orang berkata bahwa pelita itu adalah Kristus dan gereja adalah kakinya yang menyangga Kristus sebagai pelita. Itu memang baik, tetapi Kitab Wahyu tidak mengatakan kalau pelita pertama-tama adalah Kristus. Sudah tentu, ketika kita sampai ke pasal 21, kita nampak bahwa Kristus adalah pelita (lampu) di dalam Yerusalem Baru. Namun, Kitab Wahyu tidak mengatakan kalau Kristus adalah ketujuh pelita hari ini; melainkan, ketujuh Roh Allah itulah ketujuh pelita.

Ketujuh Roh itu merupakan ekspresi Kristus. Hal ini dengan jelas dinyatakan oleh kaki pelita dalam Keluaran 25. Kaki pelita ini, yang merupakan sepotong emas seberat satu talenta, terekspresi melalui ketujuh pelita. Emas murni ini melambangkan Allah Bapa sebagai hakiki kita. Tetapi jika kita hanya memiliki Allah Bapa, kita masih belum memiliki bentuk; kita memiliki emas, tetapi tidak memiliki kaki. Hanya memiliki Bapa tanpa memiliki Putra berarti memiliki hakiki tanpa perwujudan. Hanya ketika emas itu ditempa menjadi suatu bentuk kaki atau penyangga, barulah kita memiliki perwujudan. Kaki pelita adalah perwujudan hakiki emas, tetapi jika tanpa pelita, perwujudan ini tidak memiliki ekspresinya. Karena itu, hakikinya adalah Bapa, perwujudannya adalah Putra, dan ekspresinya adalah Roh itu yang mengekspresikan Allah Bapa dalam Putra. Karena semua adanya Allah Bapa yang ada dalam Putra diekspresikan melalui ketujuh pelita, maka Alkitab kemudian memberi tahu kita bahwa ketujuh pelita adalah ketujuh Roh. Jadi, Roh itu merupakan ekspresi Allah Tritunggal. Terakhir, dalam Kitab Wahyu kita nampak bahwa ekspresi ini adalah ekspresi Kristus, karena ketujuh Roh pertama-tama adalah ketujuh mata Allah dalam Zakharia 4:10, dan kemudian menjadi tujuh mata Anak Domba dalam Wahyu 5:6. Ketujuh mata Anak Domba adalah ekspresi Kristus. Hari ini, Roh Kudus, yang adalah Roh pemberi-hayat dan juga ketujuh Roh, adalah ekspresi Kristus. Di manakah ekspresi ini sekarang? Ada di dalam gereja, karena ketujuh Roh itu adalah ketujuh pelita yang disangga oleh gereja-gereja sebagai kaki pelita.

Gereja adalah perwujudan Kristus dan adalah reproduksi Roh itu. Roh itu adalah realitas Kristus (Yoh. 14:17-20; 16:13-15), dan gereja adalah reproduksi dari Roh itu (Why. 22:17a). Gereja dengan Roh itu adalah perwujudan Kristus, kesaksian Yesus (Why. 1:2, 9; 19:10). Karena itu, semakin berkembang Roh itu, gereja akan semakin berkembang, demikian juga kesaksian Yesus.


Sumber: Pelajaran-Hayat Wahyu, Buku 1, Berita 8

No comments: