Hitstat

12 October 2016

1 Yohanes - Minggu 8 Rabu



Pembacaan Alkitab: 1 Yoh. 2:3-5
Doa baca: 1 Yoh. 2:5
Tetapi siapa yang menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui bahwa kita ada di dalam Dia.


Jika kita melihat teks bahasa Yunani untuk kata “kasih” dalam ayat 5 dan juga memperhatikan konteksnya, kita akan menyadari bahwa ungkapan dalam ayat 5 ini menunjukkan kasih kita terhadap Allah. Akan tetapi, kasih ini berasal dari kasih Allah yang kita nikmati. Pertama-tama kita menikmati kasih Allah; jadi, kasih Allah adalah kenikmatan kita. Kemudian kasih Allah yang kita nikmati, di dalam kita menghasilkan satu kasih yang dengannya kita mengasihi Allah. Inilah kasih Allah menjadi kenikmatan kita dan menghasilkan di dalam kita satu kasih bagi Allah. Di satu pihak, ini adalah kasih yang dengan-Nya kita mengasihi Allah; di pihak lain kasih ini dihasilkan oleh kasih Allah, yang kita nikmati.

Kita telah menunjukkan bahwa dalam ayat 5 Yohanes berbicara tentang kasih Allah disempurnakan di dalam orang yang menuruti firman-Nya. Pada hakikatnya, kasih Allah mutlak sempurna, tidak perlu apa pun untuk menyempurnakan kasih Allah, karena kasih-Nya telah sempurna dan lengkap. Akan tetapi, kasih Allah menjadi kasih yang dengannya kita mengasihi Dia. kasih semacam ini perlu disempurnakan. Kita mengasihi Allah dengan kasih yang dihasilkan di dalam kita melalui pengalaman kita atas kasih Allah. Meskipun kita mungkin mempunyai kasih ini dan mengasihi Allah dengan kasih ini, kasih kita masih sangat terbatas dan jauh dari sempurna. Karena itu, kasih kita terhadap Allah perlu disempurnakan. Asalkan kita bertumbuh dalam hayat Allah, kasih kita bagi Allah juga akan bertumbuh.

Kasih kita terhadap Allah sebenarnya bukanlah kasih kita sendiri. Ini tetap kasih Allah, tetapi adalah kasih Allah yang menjadi pengalaman kita dan menghasilkan satu kasih terhadap Allah di dalam kita. Melalui mengalami dan menikmati kasih Allah, kita mengasihi Allah. Sekarang kasih ini perlu disempurnakan.

Dalam ayat ini kasih Allah tidak disebutkan secara objektif; Yohanes membicarakan kasih Allah secara subjektif. Di sini Yohanes menunjukkan kasih Allah menjadi kenikmatan kita untuk menghasilkan satu kasih terhadap Allah di dalam kita. Sebab itu, sekarang kita tahu bahwa kasih Allah di sini mengacu kepada kasih Allah yang kita alami dan menjadi kasih kita terhadap Allah.

Tidak hanya demikian, kita telah nampak bahwa kasih ini perlu disempurnakan. Dipandang dari sudut objektif, kasih Allah tidak perlu disempurnakan. Tetapi dalam pengalaman, secara subjektif, kasih Allah perlu disempurnakan di dalam kita. Kasih yang dengannya kita mengasihi Allah, kasih yang dihasilkan oleh kenikmatan kita atas kasih Allah, tentu saja perlu disempurnakan. Kasih kita terhadap Allah tidak lengkap, tidak sempurna, tidak mutlak. Tidak peduli berapa besar kasih kita terhadap Allah, kasih kita masih belum sempurna. Karena itu, kita perlu membiarkan kasih kita disempurnakan oleh Allah, disempurnakan sepenuhnya.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Yohanes, Buku 1, Berita 15

No comments: