Hitstat

30 September 2011

2 Korintus - Minggu 1 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 1:12-14


Dalam ayat 12 Paulus mengacu kepada kesaksian hati nurani. Kita harus memiliki hati nurani yang murni (2 Tim. 1:3), hati nurani yang tidak bercela (Kis. 24:16), yang mempersaksikan apa adanya kita dan apa yang kita lakukan. Hati nurani Paulus bersaksi bahwa ia tulus, setia, dan jujur. Terutama, ia memiliki kesaksian dari hati nuraninya bahwa ia tulus. Ia tidak memakai cara manusia untuk membereskan situasi. Ia tidak menggunakan pengetahuannya, kemampuannya, kekuatannya, atau hikmatnya. Ia tidak memakai kebijaksanaan apa pun, dan ia tidak bermain politik. Sebaliknya, ia tulus, sederhana. Hati nuraninya bersaksi mengenai hal ini. Kesaksian ini adalah kemegahannya. Maka, Paulus dapat berkata, "Kami hidup, berperilaku, bertindak tanduk, dan bekerja hanya di dalam Allah, bukan di dalam cara apa pun yang berasal dari diri kami sendiri. Satu-satunya jalan kami ialah Allah kebangkitan. Allah yang membangkitkan orang mati adalah satu-satunya jalan kami. Karena itu, kami tidak bermain politik, dan kami tidak menggunakan hikmat kami. Kami mutlak sederhana, sesederhana orang yang telah mati. Kami tidak bersandar apa pun selain kepada Persona hidup yang adalah Allah kebangkitan. Inilah kemegahan kami, inilah juga kesaksian hati nurani kami."

Dalam ayat 12 Paulus membicarakan tentang ketulusan dan kemurnian Allah. Kemurnian Allah adalah satu kebajikan ilahi, kebajikan dari apa adanya Allah. Berperilaku dalam kebajikan yang demikian berarti mengalami Allah sendiri. Karena itu, berperilaku dalam kebajikan yang demikian berarti berada dalam kasih karunia Allah seperti yang disebut dalam ayat ini.

Allah itu bijaksana dan mahakuasa. Tetapi dalam satu aspek, Dia juga tulus, Dia sangat sederhana. Ketika Tuhan Yesus berada di bumi, Dia itu bijaksana; namun Dia juga sederhana dan tulus. Saya sangat menikmati berkontak dengan Tuhan Yesus karena ketulusan dan kesederhanaan-Nya. Namun, ketika Anda berbicara kepada saudara-saudara tertentu, Anda menemukan bahwa mereka itu sangat rumit. Tetapi Allah kita sederhana. Kapan kala kita berbicara kepada-Nya, kita akan menemukan bahwa Dia tidak rumit. Bila Dia mengatakan ya, itu berarti ya, dan bila Dia mengatakan tidak, itu berarti tidak. Demikian juga, bila Dia mengatakan putih atau hitam, itu berarti putih atau hitam, bukan abu-abu. Tidak peduli bagaimana perasaan Allah terhadap kita pada waktu tertentu, Dia selalu tulus. Dia mungkin tidak senang terhadap kita atau Dia mungkin senang, tetapi Dia sendiri sederhana.

Hanya orang yang tulus adalah orang yang murah hati. Jika Anda kekurangan tulus, Anda tidak mungkin menjadi murah hati atau penuh rahmat terhadap orang lain. Allah kita penuh rahmat terhadap kita karena Dia itu tulus. Bayangkan, apa yang akan terjadi atas kita jika Allah tidak tulus, sebaliknya memikirkan tentang kita secara rumit. Dia mungkin tidak akan memperhatikan kita lagi. Apakah Anda rela membiarkan Allah memeriksa situasi Anda dan menguji Anda secara teliti? Apakah Anda rela bila Allah mengamati Anda dari kepala sampai ke kaki dan memeriksa apa adanya Anda secara batiniah dan secara lahiriah? Tidak akan ada satu pun dari antara kita yang akan diperkenan Allah, jika Dia memeriksa kita secara demikian. Tetapi karena ketulusan dan kemurahan Allah, kita menerima banyak berkat dari Dia.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 2

29 September 2011

2 Korintus - Minggu 1 Kamis

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 1:12-14


Dalam berita ini kita hanya akan melihat tiga ayat, yaitu 1:12-14. Dalam ayat-ayat ini ada sesuatu yang sangat dalam, bukan dalam doktrin, melainkan dalam pengalaman. Jika kita belum memiliki pengalaman yang digambarkan di sini, kita tidak akan dapat memahami apa yang sedang dibicarakan oleh Paulus dalam ayat-ayat ini. Kelihatannya perkataan Paulus di sini sederhana dan mudah dipahami; tetapi sebenarnya Paulus sedang menunjukkan sesuatu yang dalam dan misteri.

Dalam ayat 12 Paulus berkata, "(Karena) inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi (milik daging), tetapi oleh kekuatan anugerah Allah." Di sini Paulus mengatakan bahwa yang mereka megahkan adalah kesaksian dari hati nurani mereka mengenai cara hidup mereka dan perilaku mereka. Kita memerlukan pengertian yang dalam untuk memahami apa yang Paulus maksudkan.

Ayat 12 ini dibuka dengan kata, "karena", yang menunjukkan bahwa ayat ini menjadi penjelasan dari ayat sebelumnya. Jadi, untuk memahami ayat 12, kita perlu mengingat apa yang telah dikatakan Paulus dalam ayat-ayat sebelumnya. Paulus telah menunjukkan kepada kaum beriman Korintus bahwa ia dan sekerja-sekerjanya berada dalam situasi maut. Dalam ayat 10, ia bersaksi bahwa Allah menyelamatkan mereka dari "kematian yang begitu ngeri". Setiap kesulitan, masalah, atau situasi yang susah dapat diubah oleh tenaga, kekuatan, hikmat, dan metode manusia, kecuali kematian. Tidak ada seorang manusia pun yang memiliki cara untuk menangani situasi maut. Orang-orang yang kaya dapat memecahkan persoalan dengan menulis sebuah cek untuk sejumlah besar uang. Ada satu pepatah yang mengatakan, "Uang berlaku di mana-mana." Ini berarti uang dapat memecahkan setiap masalah. Tetapi orang yang paling kaya pun tidak dapat menangani situasi maut. Ketika maut mendatangi seorang jutawan, uang sebanyak apa pun tidak dapat membuat dia terhindar darinya. Sebelum menulis Surat Kiriman ini, Paulus berada dalam satu situasi maut. Secara manusia, tidak ada jalan untuk keluar dari situasi itu. Tetapi bagi rasul dan bagi orang-orang yang percaya kepada kebangkitan, ada jalan keluar. Allah kebangkitan itulah jalannya.

Menurut ayat sebelumnya, Paulus dan sekerja-sekerjanya berada dalam satu situasi yang membatasi mereka sedemikian rupa sehingga tidak ada cara manusia yang dapat membantunya. Hanya ada satu jalan yang tersedia bagi mereka: Allah kebangkitan. Mereka bukan hanya berada dalam penderitaan atau kesengsaraan, dan mereka bukan hanya memiliki banyak masalah, bahkan berada dalam maut. Tidak peduli kita banyak pengetahuan, kemampuan, atau kaya, tidak ada satu pun yang dapat kita lakukan terhadap situasi maut. Bagi Paulus dan sekerja-sekerjanya, satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri adalah Allah kebangkitan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 2

28 September 2011

2 Korintus - Minggu 1 Rabu

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 1:8-11


Sewaktu para rasul itu dianiaya, mereka tidak tahu bagaimana hasil akhirnya. Menurut pendapat mereka, mereka akan mati. Ini adalah pendapat mereka sendiri; dan kali ini membawa mereka kepada keputusan yang sangat penting, yaitu tidak bersandar kepada diri mereka sendiri. Ditinjau dari diri mereka, telah tidak ada jalan keluar. Yang mereka sandari adalah Allah yang membangkitkan orang mati.

Pengalaman kematian membimbing kita masuk ke dalam pengalaman kebangkitan. Kebangkitan adalah Allah yang membangkitkan orang mati. Pekerjaan salib mengakhiri ego kita, supaya kita dapat mengalami Allah di dalam kebangkitan. Pengalaman salib selalu mendatangkan kenikmatan akan Allah kebangkitan. Pengalaman demikian menghasilkan dan membentuk ministri (ayat 4-6). Ini dijelaskan lebih lanjut dalam 4:7-12.

Pada akhir 1 Korintus Paulus membicarakan tentang kebangkitan. Sekarang pada permulaan 2 Korintus, Paulus membawa kembali kaum beriman kepada perkara kebangkitan ini. Seperti yang akan kita lihat, ini berhubungan dengan ministri. Ministri bukanlah masalah perbuatan kita; melainkan masalah kehidupan kita. Ministri dan kehidupan yang diwahyukan dalam Surat Kiriman ini berasal dari hayat kebangkitan.

Dalam 1 Korintus Paulus mengumumkan fakta kebangkitan. Kebangkitan harus menjadi kehidupan kita sehari-hari; kebangkitan harus menjadi kekuatan bagi kita untuk mengatasi dosa dan maut dan hidup dalam hari pertama dalam satu minggu. Sekarang dalam 2 Korintus Paulus memberikan satu kesaksian tentang bagaimana para rasul hidup dalam hari pertama dalam satu minggu. Mereka tidak hidup dalam hari ketujuh, mereka tidak hidup dalam ciptaan lama. Ini berarti mereka tidak dapat hidup dalam diri mereka sendiri. Mereka tidak bersandarkan diri mereka sendiri. Tidak bersandarkan diri sendiri itu berarti tidak ada lagi jalan bagi kita untuk hidup dalam ciptaan lama. Karena para rasul hidup dalam hari pertama dalam satu minggu, maka mereka hanya bersandar kepada Allah kebangkitan, yaitu Allah yang membangkitkan orang mati. Mereka menganggap diri mereka sendiri seperti telah mati. Ini menunjukkan bahwa Paulus bukan hanya menulis tentang kebangkitan, melainkan memperhidupkan kebangkitan ini.

Paulus memberikan satu kesaksian tentang hidup dalam hayat kebangkitan. Para rasul hidup dalam kebangkitan. Allah telah menaruh mereka ke dalam situasi tertentu, satu situasi yang sebenarnya adalah maut. Tidak ada jalan bagi manusia untuk menyelamatkan diri dari situasi maut demikian atau memiliki kekuatan untuk mengatasinya. Hanya Allah kebangkitan, Allah yang adalah kebangkitan itu sendiri, yang dapat menyelamatkan mereka. Dia datang untuk menyelamatkan para rasul keluar dari situasi maut itu. Allah membangkitkan mereka keluar dari kematian dan pengalaman mereka adalah pengalaman terhadap Allah sebagai kebangkitan. Selain itu, ini adalah pengalaman terhadap Kristus yang bangkit sebagai kasih karunia, karunia yang diberikan Allah kepada mereka.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 1

27 September 2011

2 Korintus - Minggu 1 Selasa

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 1:3-8


Dalam ayat 4 Paulus mengatakan bahwa kita sanggup menghibur mereka, yang berada dalam bermacam-macam penderitaan dengan penghiburan yang kita terima dari Allah. Kita harus terlebih dulu mengalami penghiburan Allah, kemudian baru dapat menghibur orang lain dengan penghiburan dari Allah yang telah kita alami. Maka, kita dihibur dulu supaya kita dapat menghibur orang lain. Ini memerlukan pengalaman. Bila kita memiliki pengalaman, kita memiliki modal rohani yang diperlukan untuk menghibur orang lain.

Jika Anda belum pernah menderita dan belum pernah dihibur oleh Allah, Anda tidak akan dapat menghibur orang lain. Kata-kata penghiburan Anda akan menjadi kosong. Anda akan menjadi seperti seseorang yang menulis cek untuk sejumlah besar uang tanpa mempunyai dananya di bank untuk mendanai cek itu. Anda tidak memiliki realitas, pengalaman, dan modal rohani. Pertama-tama kita sendiri harus menderita demi kepentingan Tuhan dan kemudian dihibur dan didorong oleh Allah. Kemudian pengalaman ini akan menjadi modal rohani untuk menghibur orang lain. Dengan cara ini, kita dihibur dan kemudian kita dapat menghibur orang lain.

Surat yang pertama kepada orang-orang Korintus merupakan argumentasi rasul, argumentasi itu mengalahkan dan menaklukkan orang-orang Korintus yang kacau dan tertipu. Sekarang surat yang kedua membawa mereka kembali kepada pengalaman akan Kristus, yang merupakan pokok argumentasinya dalam surat yang pertama. Karena itu, surat yang kedua lebih bersifat pengalaman, lebih subyektif, dan lebih dalam daripada yang pertama. Pokok-pokok dalam surat yang pertama adalah Kristus, Roh itu bersama dengan roh kita, gereja, dan karunia-karunia. Dalam surat yang kedua, Kristus, Roh itu bersama dengan roh kita, dan gereja dikembangkan lebih lanjut, tetapi karunia-karunia bahkan tidak disebutkan. Dalam kitab ini, karunia-karunia digantikan oleh ministri, yang disusun, dihasilkan, dan dibentuk oleh pengalaman akan kekayaan Kristus, melalui penderitaan, tekanan-tekanan yang mengauskan, dan pekerjaan salib yang mematikan. Surat ini menampakkan kepada kita suatu teladan, contoh, tentang bagaimana pembunuhan salib bekerja, bagaimana Kristus tergarap ke dalam kita, dan bagaimana kita menjadi ekspresi Kristus. Semuanya ini menyusun para minister Kristus dan menghasilkan ministri bagi perjanjian Allah yang baru. Surat yang pertama menanggulangi karunia-karunia secara negatif; surat yang kedua dengan positif membicarakan tentang ministri. Gereja lebih memerlukan ministri daripada karunia-karunia. Ministri menyuplaikan Kristus yang telah dialami; karunia-karunia hanya mengajarkan doktrin-doktrin mengenai Kristus. Bukan karunia-karunia, melainkan ministri yang dihasilkan dan dibentuk oleh pengalaman terhadap penderitaan-penderitaan, kesusahan-kesusahan Kristus, yang adalah bukti bahwa para rasul adalah minister-minister Kristus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 1

26 September 2011

2 Korintus - Minggu 1 Senin

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 1:1-4


Kitab 2 Korintus ini unik karena kitab ini memiliki satu pendahuluan yang sangat panjang. Surat Kiriman ini berisi tiga belas pasal, dan satu setengah pasal yang pertama adalah pendahuluannya. Tidak ada kitab lainnya dalam Alkitab yang memiliki satu pendahuluan yang sepanjang ini.

Pendahuluan dari 2 Korintus ini panjang karena latar belakang kitab ini cukup rumit. Dalam 1 Korintus Paulus menanggulangi kaum beriman Korintus dalam banyak hal. Ia berargumentasi dengan mereka dan menegur mereka. Karena latar belakang ini, maka 2 Korintus ini perlu memiliki pendahuluan yang panjang.

Pendahuluan ini sebenarnya adalah perkataan penghiburan. Paulus menyadari, karena ia telah mendisiplinkan orang-orang Korintus dalam Surat Kiriman yang pertama, maka ia perlu membalut luka-luka mereka dalam Surat Kiriman ini. Apa yang Paulus lakukan di sini mirip dengan penghiburan yang diberikan orang tua kepada seorang anak setelah anak itu didisiplinkan. Misalnya seorang anak berbuat salah dan dengan serius didisiplinkan oleh orang tuanya. Setelah anak itu bertobat, orang tuanya akan meluangkan waktu untuk menghibur anak itu. Dalam satu setengah pasal yang pertama dari 2 Korintus ini, Paulus mengoleskan minyak pada luka-luka orang-orang Korintus, luka-luka yang disebabkan oleh pendisiplinannya.

Alasan lain untuk pendahuluan yang panjang ini ialah karena Paulus adalah seorang yang sangat emosional. Ia adalah seorang yang beremosi kuat dalam arti yang wajar. Meskipun ia dibatasi oleh Roh itu ketika ia menegur kaum beriman Korintus, ia masih tetap kuat. Misalnya dalam 1 Korintus 4:21 ia bertanya, "Apa yang kamu kehendaki? Haruskah aku datang kepadamu dengan cambuk atau dengan kasih dan dengan lemah lembut?" Kata-kata ini menunjukkan bahwa ia sangat kuat dalam emosi. Ketika Paulus mengoleskan minyak pada luka-luka mereka dan membalutnya, ia menggunakan emosinya dan melakukannya dengan sangat positif. Karena itu, ia memerlukan waktu yang lebih lama untuk mengekspresikan emosinya.

Alasan lain untuk pendahuluan yang panjang ini adalah karena orang-orang Korintus itu sangat rumit. Di satu pihak, mereka menyukai Paulus; di pihak lain, mereka agak tidak senang terhadapnya. Paulus menggunakan pendahuluan yang panjang ini untuk memecahkan kerumitan mereka dan menenangkan mereka supaya mereka dapat menerima perkataannya.

Dalam pendahuluan yang panjang ini kita dapat melihat persona Paulus. Saya sangat mengasihi Paulus. Dia dapat menjadi emosional, simpatik, dan lemah lembut. Dia juga dapat menjadi kuat dan bahkan tegar. Ia jujur, sederhana, dan tulus. Kadang-kadang ia mungkin sopan, tetapi ia tidak pernah berpolitik. Saya telah belajar banyak hal dari Paulus. Sepanjang hidup saya, saya telah banyak belajar dari dua orang: pertama adalah Paulus; dan yang kedua adalah Watchman Nee.


Sumber: Pelajaran-Hayat 2 Korintus, Buku 1, Berita 1

24 September 2011

1 Korintus - Minggu 28 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 16:12-24


Kita telah melihat bahwa bagian kedua dari Surat Kiriman ini membahas lima perkara yang berhubungan dengan pemerintahan Allah: kekepalaan, Tubuh, karunia-karunia, kebangkitan, dan harta benda. Pemerintahan Allah memerlukan kekepalaan. Kemudian untuk melaksanakan pemerintahan ilahi di bawah kekepalaan Allah ini, perlu ada Tubuh. Jika Tubuh ingin melaksanakan pemerintahan Allah, maka semua anggota Tubuh perlu karunia untuk berfungsi. Jadi, kita memiliki kekepalaan, Tubuh, dan karunia-karunia, kemampuan-kemampuan. Selain itu, perlu ada kuasa dan kekuatan. Inilah hayat kebangkitan. Hayat kebangkitan ini membuat anggota-anggota itu menunaikan fungsi dengan karunia-karunia mereka, supaya Tubuh dapat beroperasi untuk melaksanakan pemerintahan Allah di bawah kekepalaan-Nya. Butir yang terakhir yang dibahas dalam bagian ini -- uang dan harta benda -- adalah satu ujian untuk membuktikan berapa banyak kita hidup dalam hayat kebangkitan.

Pengujian oleh harta benda yang sangat riil ini adalah satu perkara yang berhubungan dengan hari pertama dalam satu minggu. Hari mengacu kepada kehidupan kita. Cara hidup yang bagaimana yang kita miliki itu tergantung kepada hari apakah yang kita miliki. Jika kita gagal dalam kehidupan kita, ini berarti kita memiliki satu hari kegagalan. Selain itu, jika kita hidup dalam ciptaan lama, kita hidup pada hari ketujuh. Tetapi jika kita hidup dalam hayat kebangkitan, kita akan hidup pada hari pertama dalam satu minggu. Jika kita tidak berada dalam kebangkitan, kita mengabaikan karunia-karunia, Tubuh, dan kekepalaan Allah. Namun, jika kita hidup pada hari pertama dalam satu minggu, yaitu hidup dalam hayat kebangkitan, kita benar-benar berada di bawah kekepalaan Allah, kita berada di dalam Tubuh, dan kita menggunakan karunia-karunia kita dengan cara yang berfaedah. Kemudian kita akan memiliki kehidupan sehari-hari yang mengumumkan kepada alam semesta ini bahwa kita adalah orang-orang yang menempuh kehidupan yang mutlak berada dalam kebangkitan.

Bagi Kristus, musuh yang terakhir ialah maut. Bagi kita, musuh yang terakhir adalah mamon, harta benda. Hayat kebangkitan membuat kita dapat mengatasi kuasa dosa. Kebangkitan juga adalah kuat kuasa bagi Kristus untuk memerintah atas orang-orang yang memberontak dan menaklukkan semua musuh-Nya. Musuh yang terakhir yang akan ditaklukkan oleh-Nya adalah maut. Sebagai kelanjutan dari pasal 15, pasal 16 ini menunjukkan bahwa hayat kebangkitan di dalam kita dapat mengatasi musuh kita yang terakhir -- harta benda.

Puji Tuhan bahwa kita memiliki kekepalaan, Tubuh, karunia-karunia, kebangkitan, dan kemenangan atas harta benda! Kemenangan ini membuktikan bahwa kita hidup dalam hari pertama dalam satu minggu. Kita bukanlah orang-orang yang hidup dalam Sabat, yaitu, dalam ciptaan lama. Kita adalah umat hari Tuhan yang hidup dalam kebangkitan. Oleh hayat kebangkitan, kita telah mengatasi segala sesuatu, dan segala sesuatu berada di bawah kaki kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 69

23 September 2011

1 Korintus - Minggu 28 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 16:1-11


Dalam ayat 1 Paulus berkata, "Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu melakukannya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada jemaat-jemaat di Galatia." Ini adalah masalah kesebelas yang ditanggulangi oleh rasul dalam surat ini, yaitu yang berhubungan dengan uang, mamon, dan harta benda. Semua umat manusia yang jatuh berada di bawah penguasaan mamon dan harta benda (Mat. 6:19-21, 24-25, 30; 19:21-22; Luk. 12:13-19). Pada hari Pentakosta, di bawah kuasa Roh Kudus, semua orang beriman mendongkel penguasaan oleh uang ini, mempraktekkan segala milik mereka adalah milik bersama, kemudian membagi-bagikan kepada orang-orang sesuai dengan kebutuhan mereka (Kis. 2:44-45; 4:32, 34-37). Tetapi karena kelemahan sifat hakiki yang jatuh dari orang-orang beriman (cf. Kis. 5:1-11; 6:1), praktek itu tidak berlangsung lama, dan telah berlalu pada masa rasul Paulus. Karena itu, kaum beriman perlu kasih karunia untuk mengalahkan kuasa mamon dan benda-benda materi, melepaskan benda-benda materi ini dari penguasaan Iblis untuk dipersembahkan kepada Tuhan bagi perampungan ketetapan kehendak-Nya. Hayat kebangkitan adalah suplaian serba lengkap bagi kaum beriman untuk menempuh kehidupan yang sedemikian, kehidupan yang bersandar kepada Allah dan bukan kepada harta benda, kehidupan yang bukan untuk hari ini tetapi untuk kelak, bukan untuk zaman ini tetapi untuk zaman yang akan datang (Luk. 12:16-21; 1 Tim. 6:17-19), kehidupan yang mendongkel penjajahan harta kekayaan yang sementara dan tidak menentu. Boleh jadi inilah sebabnya penanggulangan terhadap masalah ini dibentangkan setelah membahas tentang realitas hayat kebangkitan. Bagaimanapun, penanggulangan ini berhubungan dengan pemerintahan Allah di antara gereja-gereja.

Dalam ayat 2 Paulus melanjutkan, "Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing -- sesuai dengan apa yang kamu peroleh -- menyisihkan sesuatu dan menyimpannya, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan pada saat aku datang." Hari ketujuh dari tiap-tiap minggu, hari Sabat, merupakan peringatan atas penciptaan Allah (Kej. 2:1-3; Kel. 20:8, 11). Hari pertama dari tiap minggu adalah lambang kebangkitan Tuhan, adalah hari Tuhan bangkit dari antara orang mati (Yoh. 20:1 dan cat. 1) dan disebut "Hari Tuhan" (Why. 1:10). Orang-orang kudus Perjanjian Baru berhimpun bersama dan mempersembahkan harta pada hari ini (Kis. 20:7), hari kebangkitan Tuhan. Ini melambangkan bahwa mereka telah dibangkitkan bersama-sama dengan Tuhan (Ef. 2:6) oleh kebangkitan-Nya (1 Ptr. 1:3) dan bahwa mereka berhimpun bersama di dalam kebangkitan untuk memperingati Tuhan dan menyembah Allah dengan persembahan-persembahan mereka, berdasarkan hayat kebangkitan, bukan berdasarkan hayat alamiah mereka.

Pemberian kita harus berada di dalam hayat kebangkitan, bukan di dalam hayat alamiah kita. Namun, hari ini banyak pemberian orang-orang Kristen dilakukan menurut hayat alamiah. Mereka memberikan (menyumbang) berdasarkan hayat alamiah, cara demikian mutlak berada di dalam ciptaan lama. Lagi pula, orang-orang yang memberikan uang dalam jumlah besar sering kali dikenal secara umum, sedangkan orang-orang yang memberikan dalam jumlah kecil diabaikan. Pemberian kita harus mutlak berbeda dengan cara itu. Persembahan-persembahan kita harus dipersembahkan dalam kebangkitan dan oleh kebangkitan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 69

22 September 2011

1 Korintus - Minggu 28 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 15:57-58


Dalam ayat 49 Paulus mengumumkan, "Sama seperti kita telah memakai rupa dari yang alamiah, demikian pula kita akan memakai rupa dari yang surgawi." Sebagai bagian dari Adam, kita telah memakai rupa dari manusia yang milik tanah; sebagai bagian dari Kristus, kita akan memakai rupa dari manusia yang surgawi dalam kebangkitan. Ini menunjukkan bahwa sama seperti di dalam Adam kita telah dilahirkan sebagai manusia yang milik tanah, demikian juga di dalam Kristus kita pasti dibangkitkan sebagai manusia surgawi. Kebangkitan yang sedemikian adalah nasib kita. Ini sama pastinya dengan kelahiran kita, kita tidak seharusnya ragu-ragu sedikit pun.

Hari ini kita mengemban dua gambar: gambar yang milik tanah dan gambar yang surgawi. Kita dapat mengambil ulat bulu sebagai satu ilustrasi dari keadaan kita yang berada di dalam proses menjadi kupu-kupu yang cantik. Kadang-kadang ulat bulu yang ada di dalam kita ini dapat dilihat; pada waktu-waktu lainnya kupu-kupu yang agak kelihatan. Akhirnya, melalui kebangkitan, kita akan keluar sepenuhnya dari kepompong menjadi kupu-kupu. Kita tidak akan buruk lagi seperti ulat bulu -- kita akan menjadi kupu-kupu yang cantik yang mengemban gambar Kristus. Menurut Filipi 3:21, tubuh kita yang hina ini akan ditransfigurasi menjadi tubuh kemuliaan dan menjadi sama dengan tubuh Kristus. Ini akan terjadi oleh kebangkitan dan di dalam kebangkitan.

Dalam bagian yang terakhir dari pasal 15 ini, yaitu ayat 50-58, kita memiliki kemenangan kebangkitan. Dalam ayat 50 Paulus berkata, "Saudara-saudara, inilah yang hendak kukatakan kepadamu, yaitu bahwa daging dan darah tidak mewarisi Kerajaan Allah dan bahwa yang binasa tidak mewarisi apa yang tidak binasa." Daging dan darah adalah unsur penyusun tubuh jiwani. Tubuh ini dapat binasa dan tidak bersyarat mewarisi Kerajaan Allah yang tidak dapat binasa. Kebinasaan tidak dapat mewarisi ketidakbinasaan. Tubuh kita yang dapat binasa harus dibangkitkan ke dalam tubuh yang tidak dapat binasa, supaya kita dapat mewarisi Kerajaan Allah yang tidak dapat binasa di dalam kebangkitan. Bahkan hari ini, jika kita hidup oleh daging dan darah dan bukan oleh roh, kita tidak dapat mempraktekkan kehidupan gereja yang adalah Kerajaan Allah pada hari ini. Kemudian di dalam Kerajaan Seribu Tahun, kita tidak akan dapat mewarisi Kerajaan Allah. Karena hal ini, kita perlu menjadi rohani.

Dalam ayat 58 Paulus menyimpulkan, "Karena itu, Saudara-saudaraku yang terkasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." Meragukan kebenaran kebangkitan berarti menjadi goyah. Yakin dan tinggal dalam realitas kebangkitan berarti berdiri teguh, tidak goyah.

Tidak percaya kepada kebenaran kebangkitan membuat kita kecewa akan masa depan, sehingga kita putus asa dalam pekerjaan Tuhan. Iman membuat kita memiliki kedambaan yang kuat untuk berlimpah ruah dalam pekerjaan Tuhan dengan harapan menyenangkan Tuhan di dalam kebangkitan, pada saat kedatangan-Nya kembali.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 68

21 September 2011

1 Korintus - Minggu 28 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 15:45-47


Ayat 45 berkata, "Seperti ada tertulis: 'Manusia pertama, Adam menjadi makhluk (jiwa) yang hidup', tetapi Adam yang terakhir menjadi Roh yang menghidupkan (pemberi-hayat)". Melalui ciptaan, Adam menjadi jiwa yang hidup dengan tubuh jiwani. Melalui kebangkitan, Kristus menjadi Roh pemberi-hayat dengan tubuh rohani. Adam sebagai jiwa yang hidup, bersifat alamiah; Kristus adalah Roh pemberi-hayat, di dalam kebangkitan. Pertama-tama, di dalam inkarnasi, Kristus menjadi daging demi penebusan (Yoh. 1:14, 29); kemudian, di dalam kebangkitan, Dia menjadi Roh pemberi-hayat demi menyalurkan hayat (Yoh. 10:10b). Melalui inkarnasi, Dia memiliki tubuh jiwani, sama seperti Adam; melalui kebangkitan, Dia memiliki tubuh rohani. Tubuh jiwani-Nya telah menjadi tubuh rohani melalui kebangkitan. Sekarang Dia adalah Roh pemberi-hayat di dalam kebangkitan, dengan tubuh rohani siap diterima oleh orang-orang yang percaya. Begitu kita percaya ke dalam Dia, Dia segera masuk ke dalam roh kita, dan kita bersatu dengan Dia sebagai Roh pemberi-hayat. Demikianlah, kita menjadi satu roh dengan Dia (6:17). Roh kita dihidupkan dan dibangkitkan bersama dengan Dia. Akhirnya, tubuh jiwani kita yang sekarang ini akan menjadi tubuh rohani di dalam kebangkitan, sama seperti tubuh-Nya (ayat 52-54; Flp. 3:21).

Kebangkitan bukan hanya satu tindakan obyektif yang digenapkan oleh Kristus, kebangkitan lebih-lebih berhubungan sangat erat dengan kita secara subyektif. Melalui inkarnasi, Kristus menjadi seorang manusia; Dia menjadi kita. Karena itu, inkarnasi itu melebihi sekadar fakta yang obyektif. Inkarnasi adalah satu proses yang membawa Allah ke dalam keinsanian. Sama prinsipnya dengan proses kebangkitan. Kebangkitan bukan hanya satu tindakan; melainkan satu proses yang menghasilkan Roh pemberi-hayat. Melalui proses kebangkitan ini, Manusia yang mengakhiri ciptaan lama itu menjadi Roh pemberi-hayat, unsur yang menunaskan ciptaan baru.

Satu Korintus 15:45 adalah satu ayat yang besar. Sekali lagi, ayat ini menyiratkan ciptaan lama dengan jiwa sebagai intinya dan ciptaan baru dengan Roh itu sebagai intinya. Roh ini tidak lain Kristus, Allah Tritunggal. Sebenarnya, Roh pemberi-hayat ini adalah Allah Tritunggal yang telah melalui proses. Allah telah melalui proses inkarnasi, penyaliban, dan kebangkitan. Sekarang dalam kebangkitan, Dia adalah esens hayat untuk menunaskan ciptaan baru. Kita telah menjadi ciptaan baru yang ditunaskan oleh Allah Tritunggal sebagai Roh pemberi-hayat. Dalam buku yang berjudul Ekonomi Allah, kita menekankan tentang roh manusia dan Kristus yang menjadi Roh pemberi-hayat. Definisi yang tertinggi dari kebangkitan adalah bahwa kebangkitan adalah proses yang olehnya Kristus, Adam yang akhir, menjadi Roh pemberi-hayat.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 68

20 September 2011

1 Korintus - Minggu 28 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 15:34-44


Sebagai orang Kristen, kita harus sadar. Kita tidak boleh seperti orang-orang Epikuros, yang hanya ingin menikmati hidup dan tidak memperhatikan hari esok. Kita perlu dengan benar berhenti bermabuk-mabukan. Setiap orang yang mengatakan tidak ada kebangkitan itu tidak benar terhadap Allah dan terhadap manusia.

Karena mengetahui situasi orang-orang Korintus itu, Paulus memperingatkan mereka agar tidak menerima bidah yang menyangkal kebangkitan. Paulus tahu hal itu akan melibatkan satu persahabatan yang buruk yang akan merusak moral mereka dalam kehidupan gereja. Melalui perkara ini kita nampak bahwa kebangkitan benar-benar memiliki satu pengaruh yang positif terhadap moral kita. Sedangkan menyangkal kebangkitan akan merusak moral kita, membuat kita menjadi karam.

Orang Yunani yang filosofis mengira bahwa mereka pandai, tetapi Paulus menyebut mereka sebagai orang bodoh (ay. 36), dengan menunjukkan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan itu membuktikan kebodohan mereka. Dalam jawabannya, Paulus menyinggung hayat tumbuh-tumbuhan. Realitas kebangkitan terdapat dan tersembunyi di dalam alam, terutama dalam hayat tumbuh-tumbuhan. Sebuah benih ditanam ke dalam tanah, mati, dan hidup kembali. Inilah kebangkitan. Ini menjawab pertanyaan pertama dari orang-orang Korintus yang bodoh, "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan?"

Dalam ayat 39-41, rasul membuktikan kepada orang-orang Korintus yang bodoh bahwa Allah mampu memberikan suatu tubuh kepada semua hayat yang bangkit, sama seperti Dia memberikan tubuh kepada semua makhluk ciptaan: kepada manusia dan binatang-binatang di bumi, kepada burung-burung di udara, dan kepada ikan-ikan di air -- tubuh jasmani dengan kemuliaan yang berbeda-beda; dan kepada matahari, bulan, dan bintang -- benda-benda langit dengan tingkat kemuliaan surgawi yang berbeda-beda. Dalam ayat 42 Paulus menggambarkan kesimpulannya, "Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati." Kemudian ia menunjukkan bahwa tubuh ini ditaburkan dalam kebinasaan, kehinaan, dan kelemahan, tetapi dibangkitkan dalam ketidakbinasaan, kemuliaan, dan kekuatan.

Dalam ayat 44 Paulus mengumumkan, "Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah (jiwani), yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah (jiwani), maka ada pula tubuh rohaniah." Tubuh jiwani adalah tubuh alamiah yang berhayatkan jiwa, tubuh yang di dalamnya jiwa menguasai. Tubuh rohani adalah tubuh yang bangkit yang dijenuhi oleh roh, tubuh yang di dalamnya roh menguasai. Jika kita mati, tubuh alamiah kita yang jiwani akan ditanam (dikubur) di dalam kebinasaan, kehinaan, dan kelemahan. Ketika tubuh ini dibangkitkan, tubuh ini menjadi tubuh rohani di dalam ketidakbinasaan, kemuliaan, dan kekuatan (ayat 42-43). Haleluya, pada suatu hari kita akan berada di dalam kebangkitan! Kemudian tidak akan ada lagi kebinasaan, kehinaan, atau kelemahan. Sebaliknya, kita akan berada di dalam ketidakbinasaan, kemuliaan, dan kekuatan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 67

19 September 2011

1 Korintus - Minggu 28 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 15:29-33


Kebangkitan adalah fakta yang erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Kristen. Kehidupan sehari-hari seorang Kristen sebenarnya bergantung kepada kebangkitan. Jika tidak ada kebangkitan, tidak akan ada pengharapan, dan kita akan menjadi orang-orang yang paling malang di bumi ini.

Kebangkitan Kristus juga berhubungan dengan pemerintahan Allah. Pelaksanaan pemerintahan ilahi ini tergantung kepada pengalaman kita akan kebangkitan Kristus. Jika kita tidak memiliki Kristus sebagai hayat kebangkitan di dalam kita, kita tidak dapat menjadi anggota-anggota Tubuh-Nya yang hidup bagi pelaksanaan pemerintahan Allah, supaya Kristus dapat memerintah sampai Dia menaklukkan semua musuh-Nya. Dalam berita ini kita akan melihat pengaruh moral dari kebangkitan (ayat 29-34) dan definisi kebangkitan (ayat 35-49).

Kaum beriman Korintus adalah buah-buah dari kerja keras rasul, kerja keras yang di dalamnya dia mempertaruhkan nyawanya. Di atas diri mereka rasul dapat memegahkan diri atas hal ini. Sekarang dengan kebanggaan ini, dia dengan khidmat berkata kepada mereka bahwa setiap hari dia mati (15:31). Kemegahan rasul terhadap orang-orang Korintus sebagai buah-buah dari mempertaruhkan nyawanya adalah di dalam Kristus, bukan di dalam dirinya sendiri, karena kerja kerasnya bukanlah berdasarkan dirinya sendiri, melainkan berdasarkan Kristus.

Paulus bagaikan seorang prajurit yang mempertaruhkan nyawanya di medan perang. Dia berperang bagi Kerajaan Allah, dan setiap hari ia mati demi orang-orang Korintus. Ketika ia datang untuk memberitakan Injil kepada mereka, ia mempertaruhkan nyawanya. Sewaktu ia berada di Korintus, ia setiap hari mati. Bukanlah satu hal yang mudah bagi Paulus datang ke Korintus di dunia Kafir. Dunia ini bertentangan dengan hal-hal Yahudi dan juga bertentangan dengan hal-hal Kristen. Meskipun demikian, Paulus setiap hari mempertaruhkan nyawanya untuk memberitakan Injil kepada mereka. Karena kerelaannya mati setiap hari, maka sejumlah orang di Korintus diselamatkan.

Kita tahu dari Kisah Para Rasul 19 bahwa Paulus berjuang melawan "binatang buas." Orang-orang Yahudi dan orang-orang Kafir di Efesus menentangnya sekuat tenaga. Jadi ia harus berjuang melawan oknum-oknum dan perkara-perkara yang jahat. Tetapi jika tidak ada kebangkitan, apakah untungnya bagi Paulus berjuang dengan cara demikian? Seperti yang dikatakan Paulus, "Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati." Ini muncul sebagai kutipan dari suatu pepatah pada masa itu, suatu peribahasa kelompok Epikuros. Jika tidak ada kebangkitan, kita kaum beriman tidak berpengharapan untuk masa depan, dan telah menjadi orang yang paling kasihan dari semua manusia (ayat 19). Jika demikian, lebih baik kita menikmati hidup kita hari ini sambil melupakan masa depan, seperti yang dilakukan oleh kelompok Epikuros.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 67

17 September 2011

1 Korintus - Minggu 27 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 15:24-28; 11:3; Ef. 1:10


Kebangkitan Kristus menandai permulaan zaman gereja. Kaum beriman dalam Kristus yang telah mati akan dibangkitkan pada kedatangan-Nya, yang akan menjadi akhir dari zaman gereja. Di sini kita melihat dua kebangkitan: yang pertama pada permulaan zaman gereja, dan yang kedua pada perampungan zaman gereja. Akhir zaman ini bukan terjadi pada penutupan zaman gereja, melainkan pada penutupan Kerajaan Seribu Tahun. Kemudian akan ada zaman kekekalan dengan langit baru dan bumi baru. Setelah Kerajaan Seribu Tahun, kesudahan yang Paulus maksudkan dalam ayat 24 ini akan tiba.

Dalam ayat 25 Paulus membicarakan tentang Kristus, "Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya." Agar Kristus dapat memerintah, maka Dia harus berada di dalam kebangkitan. Jika tidak ada kebangkitan, Kristus akan tetap berada dalam kubur, dan tidak mungkin memerintah. Kristus mulai memerintah sejak waktu kebangkitan-Nya. Dalam Matius 28:18, Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid, "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di surga dan di bumi." Kemudian Dia memerintahkan mereka untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya. Dia memiliki otoritas untuk memerintah. Sekarang di bawah pemerintahan-Nya kita harus memuridkan bangsa-bangsa, membawa bangsa-bangsa ke dalam Kerajaan-Nya dan membuat mereka menjadi umat-Nya. Hari ini Raja yang sesungguhnya, Penguasa yang sesungguhnya, adalah Tuhan Yesus. Pernyataan ini juga adalah satu bagian yang tegas dari sanggahan Paulus bagi orang-orang yang mengatakan tidak ada kebangkitan.

Dalam ayat 26 Paulus berkata, "Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut." Segera setelah kejatuhan manusia, Allah memulai pekerjaan-Nya untuk menyingkirkan dosa dan maut. Pekerjaan ini berlanjut terus melalui zaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan masih berlangsung hingga hari ini. Ketika dosa dilenyapkan pada akhir ciptaan lama, dan ketika sumbernya, Iblis dicampakkan ke dalam lautan api (Why. 20:7-10), maut akan dihapus, Maut dan kuasa maut, yaitu alam maut, akan dicampakkan ke dalam lautan api setelah penghakiman terakhir dan final pada takhta putih (Why. 20:11-15).

Dalam kebangkitan, Kristus bukan hanya menjadi Roh pemberi-hayat untuk menyalurkan hayat-Nya ke dalam Tubuh-Nya; Dia juga menjadi Raja yang memerintah untuk melaksanakan pemerintahan Allah. Semua hal ini berada dalam kebangkitan. Di satu pihak, bagi kita sebagai umat pilihan Allah, Kristus dalam kebangkitan adalah Roh pemberi-hayat yang menyalurkan hayat kepada kita. Di pihak lain, bagi bangsa-bangsa, Kristus dalam kebangkitan telah menjadi Raja yang memerintah yang melaksanakan pemerintahan Allah. Tubuh-Nya harus bekerja sama dengan-Nya dalam hayat kebangkitan dan otoritas kebangkitan, supaya gereja dapat dikepalai. Kemudian semua bangsa akan dikepalai. Selain itu, sewaktu Dia mengepalai segala sesuatu, Dia menundukkan, menaklukkan musuh-musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Akhirnya, pada akhir Kerajaan Seribu Tahun, setelah akhir segala zaman dan pengaturan, pemerintahan Allah akan sepenuhnya digenapkan dan Kristus akan menyerahkan kembali kerajaan kepada Allah, yaitu Dia yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya. Kemudian akan ada langit baru dan bumi baru, dan kita akan berada dalam Yerusalem Baru menikmati Kristus dan memerintah bersama atas bangsa-bangsa. Inilah pemerintahan Allah yang dilaksanakan dalam kebangkitan Kristus yang almuhit.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 66

16 September 2011

1 Korintus - Minggu 27 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 15:18-23


Dalam ayat 18 Paulus melanjutkan sanggahannya: "Demikianlah binasa juga orang-orang yang mati dalam Kristus." Di sini kata binasa berarti tidak bangkit, selama-lamanya tinggal di dalam kematian. Jika Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, maka orang-orang yang percaya dalam Kristus yang telah mati akan binasa. Mereka percaya kepada Kristus untuk diselamatkan. Tetapi jika Kristus tidak dibangkitkan, maka mereka juga tidak akan dibangkitkan. Sebaliknya, mereka akan tetap tinggal dalam kematian dan akan binasa. Inilah argumen Paulus. Melalui hal ini sekali lagi kita nampak bahwa ia berdebat mengenai kebangkitan secara riil.

Jika tidak ada kebangkitan, kita tidak ada masa depan, juga tidak memiliki pengharapan untuk masa depan, seperti Kristus adalah harapan mulia kita (Kol. 1:27), bagian berkat kekal kita (Dan. 12:13), memerintah bersama dengan Kristus dalam Kerajaan Seribu Tahun (Why. 20:4, 6), dan pahala kebangkitan orang-orang benar (Luk. 14:14). Semua pengharapan ini berhubungan dengan kebangkitan kita. Sekali lagi, argumen Paulus itu sangat riil.

Dalam ayat 20 Paulus mengumumkan, "Tetapi yang benar ialah bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal." Kristus adalah yang pertama bangkit dari antara orang mati, adalah buah sulung kebangkitan. Ini dilambangkan dengan buah-buah sulung dalam Imamat 23:10-11, yang dipersembahkan kepada Allah pada hari setelah Sabat, yaitu hari kebangkitan (Mat. 28:1). Kristus sebagai buah sulung kebangkitan adalah Yang Sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, supaya Dia boleh menjadi Kepala Tubuh (Kol. 1:18; Ef. 1:20-23). Karena Kristus, Kepala Tubuh, telah bangkit, maka kita, Tubuh, juga akan dibangkitkan.

Ayat 21 mengatakan, "Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia." Manusia yang melaluinya maut datang adalah Adam, manusia pertama (ayat 45). Manusia yang melaluinya kebangkitan datang adalah Kristus, Manusia kedua (ayat 47). Adam membawa masuk maut melalui dosa (Rm. 5:12); Kristus membawa masuk hayat kebangkitan melalui kebenaran (Rm. 5:17-18). Maut yang dibawa masuk oleh Adam bekerja di dalam kita sejak kita lahir dari orang tua kita sampai kematian tubuh kita. Hayat kebangkitan yang dibawa masuk oleh Kristus bekerja di dalam kita, sebagaimana dinyatakan oleh baptisan (Rm. 6:4), sejak kelahiran kembali kita oleh Roh Allah (Yoh. 3:5) sampai transfigurasi tubuh kita (Flp. 3:21).

Dalam ayat 22 Paulus mengatakan bahwa di dalam Adam kita semua mati, tetapi ia selanjutnya mengumumkan bahwa di dalam Kristus kita semua dihidupkan kembali. Dalam Kristus kita dilahirkan kembali dalam hayat dan dibangkitkan untuk hidup; di dalam Kristus kita telah dihidupkan, dijadikan hidup (Ef. 2:5-6). Di satu pihak, kita sedang mati; di pihak lain kita sedang hidup. Dalam Kristus kita semua telah dihidupkan kembali; kita telah dibangkitkan untuk hidup.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 66

15 September 2011

1 Korintus - Minggu 27 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 15:12-17; Rm. 8:2


Dalam pasal 15 ini rasul menanggulangi perkataan bidah orang-orang Korintus yang mengatakan tidak ada kebangkitan orang-orang mati. Inilah masalah kesepuluh di antara mereka. Masalah ini mencelakakan, merusak ekonomi Perjanjian Baru Allah, lebih serius daripada bidah Himeneus dan Filetus mengenai kebangkitan (2 Tim. 2:17-18). Kebangkitan adalah urat nadi dan garis hayat ekonomi ilahi. Jika tidak ada kebangkitan, Allah akan menjadi Allah orang mati, bukan Allah orang hidup (Mat. 22:32). Jika tidak ada kebangkitan, Kristus tidak akan dibangkitkan dari antara orang mati, Dia akan menjadi Juruselamat yang mati, bukan Juruselamat yang hidup. Tetapi Dia hidup dan yang akan hidup sampai selama-lamanya (Why. 1:18). Dia dapat menyelamatkan sampai kepada kesudahan (Ibr. 7:25). Jika tidak ada kebangkitan, tidak akan ada bukti hidup tentang dibenarkan oleh kematian-Nya (Rm. 4:25 dan cat.), tidak ada penyaluran hayat (Yoh. 12:24), tidak ada kelahiran kembali (Yoh. 3:5), tidak ada pembaruan (Tit. 3:5), tidak ada pengubahan (Rm. 12:2; 2 Kor. 3:18), dan tidak ada penyerupaan kepada gambar Kristus (Rm. 8:29). Jika tidak ada kebangkitan, tidak akan ada anggota-anggota Kristus (Rm. 12:5), tidak ada Tubuh Kristus sebagai kepenuhan-Nya (Ef. 1:20-23), tidak ada gereja sebagai mempelai perempuan Kristus (Yoh. 3:29), dan tidak ada manusia baru (Ef. 2:15; 4:24; Kol. 3:10-11). Jika tidak ada kebangkitan, ekonomi Perjanjian Baru Allah akan sama sekali runtuh, dan ketentuan kehendak kekal Allah akan nihil.

Ayat 13 melanjutkan, "Seandainya tidak ada kebangkitan orang mati, maka Kristus juga tidak dibangkitkan." Ini adalah butir pertama dari sanggahan Paulus. Satu kenyataan bahwa Kristus telah bangkit dari antara orang mati. Lalu, bagaimana beberapa orang dapat mengatakan tidak ada kebangkitan? Jika tidak ada kebangkitan, maka Kristus tidak dapat bangkit dari antara orang mati.

Tanpa Kristus yang hidup dalam kebangkitan, baik pemberitaan Injil maupun iman kita terhadap Injil akan menjadi kosong, hampa, tanpa realitas (ay. 14). Memberitakan kematian Kristus tanpa memberitakan kebangkitan-Nya akan menjadi sia-sia. Kebangkitan Kristus adalah yang membuat pemberitaan kita menjadi vital dan menang. Pemberitaan yang demikian tidak akan pernah sia-sia. Lagi pula, di luar kebangkitan Kristus, iman kita akan sia-sia. Tanpa kebangkitan Kristus, baik pemberitaan kita maupun iman kita akan sia-sia. Ini adalah perkara yang sangat serius.

Jika Kristus tidak bangkit dan hidup di dalam kita sebagai hayat dan segala kita, iman kita terhadap-Nya tidak akan menghasilkan buah, tidak berharga, tidak ada hasil apa pun, seperti penyaluran hayat, pelepasan dari dosa, kemenangan atas Iblis, dan pertumbuhan dalam hayat. Jika tidak ada kebangkitan, kita mungkin tetap percaya, tetapi pada akhirnya tidak ada hasil dari kepercayaan kita itu. Maka, iman kita menjadi sia-sia.

Selain itu, menurut ayat 17 jika Kristus tidak dibangkitkan, maka kita akan tetap berada dalam dosa kita. Kematian Kristus menyelamatkan kita dari penghukuman dosa, bukan dari kuasa dosa. Hayat kebangkitan Kristus yang membebaskan kita dari kuasa dosa (Rm. 8:2). Jika Kristus tidak dibangkitkan, kita masih tetap di dalam dosa-dosa dan berada di bawah kuasa dosa.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 66

14 September 2011

1 Korintus - Minggu 27 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 15:1-11; Yoh. 14:19; Gal. 2:20


Dalam 1 Kor. 15:5-11 Paulus membicarakan tentang saksi-saksi kebangkitan Kristus. Ayat 5 mengatakan, "Bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya." Para rasul dan para murid sebermula adalah saksi-saksi mata dari kebangkitan Kristus (Kis. 1:22), dan pemberitaan mereka menekankan kesaksian mereka akan hal ini (Kis. 2:32; 4:33). Mereka mempersaksikan Kristus yang bangkit tidak hanya dengan pengajaran mereka, tetapi juga kehidupan mereka. Mereka hidup bersama-sama dengan Dia dalam kehidupan-Nya di dalam kebangkitan (Yoh. 14:19).

Dalam ayat 8 dan 9 Paulus menyebut dirinya sendiri, "Yang paling akhir dari semuanya Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Karena akulah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya jemaat Allah." Orang yang menganiaya Kristus dan gereja menjadi seorang rasul. Dalam ayat 10 Paulus melanjutkan, "Tetapi karena anugerah (kasih karunia) Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan anugerah yang diberikan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan anugerah Allah yang menyertai aku." Kasih karunia yang disebut tiga kali dalam ayat ini adalah Kristus yang bangkit menjadi Roh pemberi-hayat (ayat 45) untuk membawa Allah Tritunggal, yang telah melalui proses di dalam kebangkitan, ke dalam kita sebagai hayat dan suplai hayat kita, agar kita dapat hidup di dalam kebangkitan. Karena itu, kasih karunia adalah Allah Tritunggal menjadi hayat dan segala-gala bagi kita. Karena kasih karunia inilah, Saulus dari Tarsus, orang yang paling berdosa (1 Tim. 1:15-16), telah menjadi rasul di antara segala rasul, bekerja lebih keras daripada semua rasul. Ministri dan hidupnya yang bersandarkan kasih karunia ini merupakan kesaksian yang tidak dapat disangkal atas kebangkitan Kristus.

Dalam ayat 10 ini kasih karunia adalah Kristus yang berada dalam kebangkitan dan yang adalah kebangkitan. Bila kita membandingkan 1 Korintus 15:10 dengan Galatia 2:20, kita melihat bahwa kasih karunia ini bukanah satu hal, melainkan satu Persona. Semua murid dan rasul yang melihat Kristus yang bangkit ini bukan hanya melihat Dia secara obyektif, tetapi juga mengalami Dia secara subyektif. Melalui mereka melihat Kristus, Dia masuk ke dalam mereka dan menjadi Dia yang subyektif di dalam mereka. Ketika hari Pentakosta tiba, inilah yang membuat mereka hidup, perkasa, dan lincah. Kristus yang bangkit ada di dalam mereka. Bukan hanya Kristus sendiri yang bangkit secara obyektif, melainkan dalam kebangkitan itu Dia hidup di dalam Petrus, Yohanes, dan semua rasul serta murid lainnya.

Sepanjang abad, semua hamba Allah yang hidup memiliki Kristus yang bangkit yang hidup di dalam mereka. Saya juga dapat bersaksi bahwa Dia hidup di dalam saya, membuat saya dapat melakukan apa yang tidak pernah dapat saya lakukan sendiri. Haleluya, Tuhan Yesus itu hidup! Bagaimana kita tahu Dia itu hidup? Seperti kidung mengatakan, kita tahu Dia hidup karena Dia hidup di dalam kita. Kita mungkin dianiaya dan ditentang, dan kita mungkin sangat menderita. Tetapi kita memiliki Kristus yang bangkit di dalam kita. Semakin kita ditentang, semakin kita menjadi hidup dan aktif. Jadi, kesaksian kita adalah ini: Bukan lagi aku, melainkan kasih karuna Allah yang menyertai kita.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 65

13 September 2011

1 Korintus - Minggu 27 Selasa

Pembacaan Alkitab: Yoh. 1:29; Ibr. 19-20; 1 Kor. 15:27-28


Ketika Kristus, manusia-Allah, mati di atas salib, Dia adalah Anak Domba Allah (Yoh. 1:29). Melalui kematian-Nya di atas salib, Dia menggenapkan penebusan. Namun, makna dari penyaliban ini bukan sekadar penebusan. Tentu, penebusan adalah satu bagian yang sangat penting dari penyaliban. Tetapi Kristus bukan hanya mati untuk menggenapkan penebusan bagi kita; Dia mati untuk mengakhiri seluruh ciptaan lama. Tahukah Anda apakah makna yang almuhit dari penyaliban Kristus? Maknanya adalah bahwa salib Kristus mengakhiri seluruh ciptaan lama, termasuk ras malaikat, langit bumi yang dipulihkan dan yang kembali jatuh ini, dan ras manusia. Ketika Kristus berada di atas salib, Dia tidak sendiri digantung di sana. Ciptaan lama ada pada-Nya, dan disalibkan dengan-Nya. Karena itu, di atas salib, Kristus mengakhiri ras malaikat, langit dan bumi, ras manusia, dan setiap butir dari ciptaan lama. Walaupun hal ini diwahyukan dalam Alkitab, tetapi tidak ada perkataan kebenaran demikian yang diberitakan di antara orang-orang Kristen pada hari ini. Meskipun demikian, inilah makna dari kematian Kristus. Inilah sebabnya kita menyebut kematian Kristus sebagai kematian yang almuhit.

Kebangkitan berarti bahwa Kristus mati, dikubur, dan bangkit lagi. Kebangkitan ini adalah vitalitas Injil. Dalam kebangkitan yang penuh vitalitas inilah Allah bisa memiliki satu pemerintahan. Dalam penciptaan, Allah tidak memiliki cara untuk melaksanakan pemerintahan-Nya, karena malaikat dan manusia memberontak terhadap-Nya. Tetapi dalam kebangkitan, Allah memiliki cara untuk melaksanakan pemerintahan-Nya. Sebagai orang-orang Kristen, kita harus menjadi satu umat yang bangkit, dan gereja harus berada dalam kebangkitan. Hanya di dalam kebangkitanlah kita dapat menyadari kekepalaan Allah, membedakan Tubuh, dan menjadi anggota-anggota Tubuh. Kristus tidak dapat memiliki Tubuh tanpa berada dalam kebangkitan. Jika tidak ada kebangkitan, tidak mungkin ada gereja. Gereja berada dalam kebangkitan, dan kita juga berada dalam kebangkitan.

Dalam kebangkitan ini pemerintahan Allah dapat dilaksanakan. Satu Korintus 15:27 dan 28 menunjukkan hal ini: "Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan bahwa 'segala sesuatu telah ditaklukkan', maka teranglah bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya supaya Allah menjadi semua di dalam semua." Menurut ayat 27 Allah telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus. Akhirnya, ketika segala sesuatu ditundukkan kepada Kristus, maka Allah akan menjadi semua di dalam semua. Inilah pelaksanaan pemerintahan Allah. Kita perlu terkesan dengan fakta bahwa ayat-ayat ini terdapat dalam satu pasal yang menanggulangi masalah kebangkitan. Sungguh tidak masuk akal menyatakan bahwa tidak ada kebangkitan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 65

12 September 2011

1 Korintus - Minggu 27 Senin

Pembacaan Alkitab: Yoh. 11:25; Kis. 2:24


Dalam penciptaan sebermula Allah ada satu pemberontakan. Karena itu, Allah kemudian melakukan penciptaan yang kedua, yang terutama melibatkan penciptaan manusia. Dalam Kejadian 1 penciptaan di situ terutama adalah penciptaan manusia, bukan penciptaan langit dan bumi. Kejadian 1:1 mengatakan, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Ayat-ayat selanjutnya dari pasal ini membicarakan tentang pemulihan langit dan bumi dengan penciptaan ras manusia. Setelah penciptaan manusia, datanglah Iblis, si pemberontak, menggoda manusia untuk mengikutinya. Akibatnya, manusia juga memberontak terhadap Allah. Dalam penciptaan, Allah tidak dapat melaksanakan pemerintahan-Nya, karena pemberontakan malaikat dan manusia.

Pada satu hari, Allah sendiri datang dalam Putra sebagai seorang manusia. Menurut Yesaya 9:5, nama-Nya disebut ajaib. Dia adalah Allah dan manusia pada waktu yang sama. Manusia-Allah yang ajaib ini hidup di bumi selama tiga puluh tiga setengah tahun. Kebanyakan waktu hidup-Nya diluangkan di rumah seorang tukang kayu di kota kecil Nazaret. Akhirnya, Dia keluar untuk melayani. Dia melaksanakan ministri-Nya selama tiga setengah tahun. Pada akhir waktu ini, Dia dibawa ke salib. Sebenarnya, tidaklah mutlak tepat bila mengatakan bahwa Kristus dibawa ke salib, karena dalam Yohanes 10 Dia memberi tahu kita bahwa Dia rela menyerahkan nyawa-Nya. Ini berarti Dia rela berjalan ke Golgota, ke Kalvari. Dia rela diletakkan di atas salib.

Tuhan telah disalibkan, ini adalah perkara yang benar-benar, yang sungguh-sungguh dan nyata telah terjadi. Dengan paku di tangan-Nya dan kaki-Nya, Dia digantung di atas salib itu, sekitar selama enam jam, dari jam sembilan pagi sampai jam tiga sore. Selama tiga jam yang pertama, manusia melakukan segala sesuatu yang dapat dilakukan untuk mencemooh Dia. Kemudian dalam tiga jam yang terakhir, Allah datang menghakimi Dia sebagai pengganti kita. Sewaktu Allah menghakimi Dia, Kristus mencurahkan darah-Nya untuk menebus kita. Dari lambung-Nya keluar darah dan air; darah bagi penebusan dan air bagi pembebasan hayat. Karena itu, melalui penyaliban-Nya, Kristus menggenapkan penebusan dan membebaskan hayat ilahi.

Segera setelah Dia mati, Kristus diberikan satu penguburan yang layak di sebuah kubur milik seorang yang kaya. Kemudian pada hari yang ketiga Dia bangkit. Alkitab mengatakan dengan jelas bahwa Kristus dibangkitkan. Di pihak lainnya, Alkitab juga mengatakan bahwa Kristus bangkit, Dia tidak memerlukan siapa pun untuk membangkitkan diri-Nya. Bagaimana mungkin Kristus dapat bangkit dari antara orang mati? Dia bisa bangkit karena Dia sendiri adalah kebangkitan.

Kristus rela dikubur, masuk ke dalam kematian, kubur, dan Alam Maut. Sewaktu Dia berada di Alam Maut, Dia menguji maut, mempermalukan maut, mengalahkan, dan menaklukkan maut. Dia masuk ke dalam ruang lingkup maut untuk berpariwisata di sana dan melihat apa yang dapat dilakukan maut. Akhirnya Dia menemukan bahwa maut tidak dapat berbuat apa-apa terhadap diri-Nya. Maut tidak memiliki kuasa untuk menahan-Nya, menghalangi-Nya (Kis. 2:24). Ketika tiba waktunya bagi Dia untuk bangkit, Dia mengucapkan selamat tinggal kepada maut dan berjalan meninggalkannya. Demikianlah, Kristus telah mengalahkan maut, menaklukkan maut, dan keluar dari maut. Inilah kebangkitan.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 65

10 September 2011

1 Korintus - Minggu 26 Sabtu

Pembacaan Alkitab: Rm. 8:4; Gal. 5:16, 25


Jika kita ingin memiliki satu kehidupan Kristen yang tepat, maka kita perlu hidup menurut roh. Adalah bermakna bahwa Perjanjian Baru tidak menyuruh kita hidup menurut Kitab Suci, melainkan hidup menurut roh (Rm. 8:4). Dalam Galatia 5:16 Paulus berkata, "Hiduplah oleh Roh." Dalam ayat 25 ia selanjutnya berkata, "Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh." Kita harus berperilaku bukan menurut pengajaran atau doktrin, melainkan menurut Roh. Hari ini Roh itu adalah Kristus yang telah masuk ke dalam roh kita dan yang sekarang berbaur dengan roh kita. Kita perlu hidup menurut roh perbauran ini. Semakin kita hidup menurut roh perbauran ini, kita akan semakin dipenuhi dalam roh, dan menjadi seluruh kepenuhan Allah. Kemudian kita akan tahu bagaimana berseru kepada nama Tuhan, bagaimana berbicara kepada orang lain, dan bagaimana bernyanyi dan bersaksi. Jika kita memupuk kebiasaan-kebiasaan ini, sidang-sidang kita dengan spontan akan menjadi satu pameran dari kehidupan kita sehari-hari. Betapa berbedanya sidang-sidang yang demikian dengan pelayanan-pelayanan agama yang formal dari kekristenan pada hari ini!

Marilah kita mengesampingkan konsepsi alamiah kita tentang bagaimanakah sidang itu seharusnya diadakan. Tuhan telah memperlihatkan kepada kita dengan jelas bahwa sidang yang tepat adalah pameran dari kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Kristen. Di dalam sidang-sidang itu kita tidak boleh memfokuskan perhatian kita pada nyanyian, pemberitaan, atau pengajaran. Fokus kita seharusnya pameran dari kehidupan kita sehari-hari.

Jika kita jelas tentang hal ini, kita akan sadar bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengajar kita bagaimana mengadakan sidang. Pengajaran hanya akan memimpin kepada pertunjukan, tidak pernah memimpin kepada pameran. Marilah kita semua memandang kepada Tuhan memohon belas kasihan-Nya dan berkata, "Tuhan kami telah diselubungi dengan agama dan disimpangkan dari diri-Mu sendiri. Tuhan, bawalah kami kembali kepada-Mu sendiri, kembalikan kami dari begitu banyak hal yang baik, rohani, dan bahkan hal-hal yang alkitabiah. Buatlah kami mengenal Kristus dan hanya Kristus itu sendiri."

Saya memiliki keyakinan penuh bahwa Tuhan ingin memulihkan kontak sehari-hari kita yang intim dengan-Nya dan memulihkan kehidupan kita oleh-Nya. Khususnya, saya berharap Tuhan mendapatkan orang-orang muda dalam hal ini, karena mereka sedikit berada di bawah pengaruh tradisi. Marilah kita semua bangkit untuk menanggalkan kekristenan yang tradisional. Jika kita menanggalkan tradisi-tradisi agama dan hanya memperhatikan Kristus yang hidup, maka kita akan memiliki roh yang tepat, roh kuasa, kasih, dan pikiran yang sehat. Kemudian dalam sidang-sidang kita akan diluapi dengan Roh itu. Semakin kita membicarakan tentang Tuhan, kita semakin harus berbicara.

Oh, kiranya kita semua menjadi sederhana dan berpaling kepada Kristus sendiri! Marilah kita melupakan tradisi-tradisi agama dan semua praktek yang formal. Tuhan sedang memanggil kita kembali ke Roh itu. Keperluan kita yang mendesak adalah hidup dan berjalan di dalam roh dan kemudian memamerkan kehidupan kita sehari-hari dalam Kristus secara korporat.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 64

09 September 2011

1 Korintus - Minggu 26 Jumat

Pembacaan Alkitab: 2 Kor. 2:10; Gal. 2:20


Tuhan Yesus bukanlah satu agama atau seperangkat peraturan atau pengajaran. Dia adalah satu Persona yang hidup yang dapat kita kontaki hari demi hari. Sebagai Roh almuhit yang menghuni roh kita, Dia itu riil dan tersedia. Jam demi jam dan bahkan saat demi saat, kita harus melatih roh kita untuk mengontak Dia secara intim. Kita perlu memupuk kebiasaan berseru kepada nama Tuhan di segala waktu dan di segala tempat. Jika kita membangun praktek ini, maka kita akan dapat berkata, "O, Tuhan Yesus, nama-Mu adalah yang termanis di bumi."

Sewaktu kita mengontak Tuhan dan berseru kepada nama-Nya, kita harus berjalan bersama Dia, hidup oleh-Nya, dan melakukan segala sesuatu menurut petunjuk dari mata-Nya. Petunjuk mata ini mengacu kepada daerah sekitar mata, yaitu pandangan seperti petunjuk dari pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan yang di dalam yang mewakili seluruh diri seseorang. Menurut 2 Korintus 2:10, Paulus hidup dalam persona, petunjuk Kristus. Ia melakukan segala sesuatu menurut ekspresi yang disampaikan melalui petunjuk dari mata Tuhan. Kita juga harus hidup menurut petunjuk Kristus ini. Namun, ini hanya mungkin terjadi bila kita hidup di hadirat-Nya. Jika kita jauh dari Dia atau ada sesuatu di antara kita dengan Dia, kita tidak dapat hidup menurut petunjuk dari mata-Nya.

Kita telah menekankan perlunya memiliki kontak yang intim dengan Tuhan, bahkan untuk hidup menurut petunjuk dari mata-Nya. Bila kita hidup dengan cara ini, kita akan menemukan betapa riil, hidup, dan hadirnya Tuhan itu. Namun, yang menyedihkan adalah dalam sidang-sidang kita mengumumkan, "Bukan lagi aku, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku," tetapi dalam kehidupan kita sehari-hari, kita tidak dapat membiarkan Tuhan hidup di dalam kita. Misalnya, kita memaksakan diri untuk pergi ke pusat perbelanjaan, sekalipun dalam lubuk kita merasakan bahwa Tuhan tidak menyetujuinya. Kita mungkin tawar menawar dengan Tuhan, meminta kepada-Nya agar Dia membiarkan kita pergi sekali ini saja dan berjanji kepada-Nya bahwa kita tidak akan pergi lagi. Kapan saja kita berkata, "Tuhan biarkan aku melakukan hal ini sekali ini saja," maka selalu akan ada yang kedua. Jika kita tidak mengontak Dia setiap hari dan hidup oleh-Nya, maka apa yang akan kita miliki dari Kristus untuk dipamerkan dalam sidang-sidang gereja? Karena mereka tidak memiliki apa-apa dari Kristus untuk dipamerkan, maka banyak orang kudus yang diam saja dalam sidang-sidang gereja. Tetapi jika kita menikmati Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari dan bersaksi dalam sidang-sidang gereja tentang kenikmatan ini, kita akan memiliki lebih banyak kenikmatan terhadap Tuhan. Semakin kita membicarakan tentang Kristus, kita akan semakin menikmati Dia, semakin dipenuhi Dia sehingga menjadi seluruh kepenuhan Allah.

Beban saya dalam berita ini adalah memberi kesan kepada Anda dengan kesederhanaan orang-orang Kristen yang sebermula. Kiranya Tuhan memulihkan kesederhanaan yang demikian di antara kita di dalam pemulihan-Nya hari ini! Jika kita dibawa kembali kepada kesederhanaan ini dalam sidang-sidang kita, kita tidak akan memakai kidung atau bahkan Alkitab untuk menggantikan Roh yang almuhit itu. Kadang-kadang kita mungkin mengadakan satu sidang di mana di dalamnya kita tidak memakai kidung atau Alkitab. Sebaliknya, kita hanya memperlihatkan Kristus melalui melatih roh kita. Saya bisa dipisahkan dari kidung saya dan dari Alkitab saya, tetapi saya tidak bisa dipisahkan dari Kristus yang almuhit di dalam roh saya. Oh, kiranya Tuhan membuat kita menaruh kepercayaan kita bukan di dalam hal lainnya selain Kristus yang hidup itu sendiri!


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 64

08 September 2011

1 Korintus - Minggu 26 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 1:2; 6:17; Ef. 5:18-19


Pada permulaan zaman gereja, orang-orang kudus itu sangat sederhana. Mereka tidak memiliki Perjanjian Baru, dan sangat sedikit memiliki salinan dari Perjanjian Lama. Lagi pula, mereka tidak memiliki buku-buku kidung. Namun, ada satu hal: mereka semua memiliki Roh pemberi-hayat yang almuhit. Dalam permulaan kehidupan gereja, tidak ada begitu banyak doktrin, praktek, atau cara-cara untuk bekerja bagi Tuhan. Sebaliknya, orang-orang kudus hanya menikmati Roh itu yang hidup dan berhuni di dalam roh mereka. Hal ini membuat mereka menjadi umat yang berbeda. Sebelum mereka diselamatkan, mereka berada dalam keadaan yang digambarkan oleh Paulus dalam Efesus 2:1-3. Tetapi setelah mereka diselamatkan, bertobat, dan dilahirkan kembali, mereka menjadi umat lainnya, satu umat yang dihuni oleh Roh yang almuhit.

Orang-orang dalam gereja sebermula dikenal melalui fakta bahwa mereka berseru kepada nama Tuhan Yesus. Kisah Para Rasul 9:14 mengatakan bahwa Saulus memiliki kuasa dari imam-imam kepala untuk membelenggu semua orang yang berseru kepada nama Tuhan. Praktek berseru kepada nama Tuhan Yesus ini adalah tanda dari orang beriman dalam Kristus. Orang-orang yang tidak percaya dapat dengan mudah mengenal orang Kristen melalui fakta bahwa ia berseru kepada nama Tuhan. Saya yakin bahwa orang-orang Kristen sebermula itu setiap hari berseru kepada nama Tuhan.

Selain berseru kepada nama Tuhan, orang-orang dalam gereja yang sebermula banyak membicarakan tentang Tuhan Yesus. Mereka saling membicarakan Tuhan, kepada seorang akan yang lain dan kepada orang-orang yang tidak percaya. Pembicaraan mereka adalah bertutur-sabda, jenis bertutur-sabda yang ditekankan dalam Perjanjian Baru. Tidak seperti para nabi Perjanjian Lama, orang-orang yang percaya kepada Kristus tidak perlu menunggu Roh Tuhan turun ke atas mereka untuk bertutur-sabda. Sejak kita berseru kepada nama Tuhan untuk kali pertama, Kristus sebagai Roh yang hidup itu telah ada di dalam roh kita. Karena alasan ini, maka Paulus dapat berkata, "Siapa yang mengikatkan diri-Nya pada Tuhan menjadi satu roh dengan Dia" (6:17). Betapa ajaib bahwa Roh itu berbaur dengan roh kita! Lagi pula, roh ini tunduk kepada kita (14:32). Karena roh kita tunduk kepada kita, maka tidak perlu lagi menunggu Roh itu turun ke atas kita. Sebaliknya, kita hanya perlu melatih roh kita. Sesungguhnya orang-orang Kristen dalam permulaan kehidupan gereja melatih roh mereka untuk berbicara kepada satu sama lain dan kepada orang-orang yang tidak percaya demi kepentingan Tuhan.

Kapan saja kita berhimpun bersama dalam sidang-sidang gereja, kita harus memamerkan apa yang kita nikmati setiap hari atas diri Tuhan. Dalam suatu pameran, orang-orang memperlihatkan atau memamerkan sesuatu yang mereka miliki atau mereka hasilkan. Kita hanya bisa memamerkan apa yang kita miliki, bukan apa yang tidak kita miliki. Perhimpunan orang Kristen yang tepat harus merupakan satu pameran dari kehidupan kristiani kita. Sidang ini harus menjadi satu pameran kekayaan Kristus yang kita alami dalam kehidupan kita setiap hari. Jika kita setiap hari melatih roh kita untuk mengontak Tuhan, maka dalam sidang-sidang gereja kita akan memiliki sesuatu dari Kristus untuk dibagikan dan dinikmati bersama orang-orang kudus.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 64

07 September 2011

1 Korintus - Minggu 26 Rabu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 14:34-40


Ayat 34 mengatakan, "Perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat." Menurut 11:5, perempuan-perempuan boleh bertutur-sabda (tentu saja secara umum) dengan bertudung kepala. Dalam Kisah Para Rasul 2:17-18 dan 21:9 juga membuktikan adanya perempuan bertutur-sabda. Tetapi 1 Timotius 2:12 mengatakan bahwa perempuan tidak diizinkan mengajar, itu mengacu kepada mengajar sebagai pemegang otoritas (di sana, pengajaran berhubungan dengan penggunaan kekuasaan), atau mengambil keputusan terhadap suatu ajaran. Jadi, menurut prinsip Perjanjian Baru, kaum perempuan tidak diizinkan berbicara dalam sidang-sidang gereja berarti kaum perempuan tidak dizinkan mengajar dengan kekuasaan atau mengambil keputusan terhadap suatu ajaran. Ditinjau dari makna ini, mereka harus berdiam diri dalam sidang-sidang gereja. Mereka tidak diizinkan berbicara, karena mereka harus tunduk kepada kaum lelaki. Ini berhubungan dengan kekuasaan yang ditetapkan Allah dalam pemerintahan-Nya. Dalam ketetapan pemerintahan Allah, kaum perempuan tidak diizinkan berbicara dengan kuasa atas kaum lelaki. Mereka boleh berdoa, juga boleh bertutur-sabda, terutama adalah untuk berkata-kata bagi Tuhan dan mengutarakan Tuhan. Namun, mereka harus melakukan ini di bawah penudungan para saudara, karena di sini ditunjukkan bahwa mereka harus tunduk.

Perkataan Paulus dalam ayat 37 menunjukkan bahwa penutur-sabda atau orang rohani sangat dihormati dalam gereja bagi perampungan ekonomi Perjanjian Baru Allah. Penutur-sabda adalah yang kedua setelah rasul dalam pemerintahan Allah di dalam gereja (12:28). Dia berbicara bagi Allah dan mengutarakan Allah, dia juga menerima wahyu rahasia-rahasia mengenai Kristus dan gereja (Ef. 3:5) sebagai dasar pembangunan gereja (Ef. 2:20). Orang yang rohani adalah orang yang hidup menurut rohnya yang berbaur dengan Roh Allah, dan yang dapat membedakan semua hal rohani (3:1 dan cat; 2:15 dan cat.). Orang-orang yang berpengetahuan rohani sedemikian seharusnya tahu dengan jelas bahwa pengajaran-pengajaran rasul Paulus adalah perintah Tuhan, dan perkataan mereka seharusnya sesuai dengan pengajaran-pengajaran rasul. Roh Paulus kuat dan perkataannya terus terang dalam menanggulangi orang-orang Korintus yang kacau-balau. Dia menegaskan kepada mereka untuk mengetahui secara pasti bahwa pengajaran-pengajarannya adalah perintah Tuhan, mengandung kuasa Tuhan yang sesungguhnya. Karena pengajaran-pengajaran rasul menurut ketetapan Allah (ayat 34), maka pengajaran-pengajaran itu adalah perintah dari Tuhan.

Perhatian rasul bagi gereja adalah Kristus sebagai inti Allah dan gereja sebagai sasaran Allah dapat dilaksanakan dan dirampungkan, dan segala sesuatu dilakukan dengan sepatutnya dan dalam urutan yang baik di hadapan manusia dan malaikat (4:9; 11:10). Hayat alamiah kita tidak berguna dalam penggenapan tujuan yang demikian tinggi. Kehidupan gereja yang wajar memerlukan pengalaman akan Kristus yang tersalib (1:23; 2:2) untuk mengakhiri ego kita dan pengalaman akan Kristus dalam kebangkitan sebagai pengudusan dan penebusan kita setiap hari (1:30).


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 63

06 September 2011

1 Korintus - Minggu 26 Selasa

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 14:26-33


Setelah berkata, "yang seorang mazmur," Paulus menyinggung tentang pengajaran, penyataan Allah, bahasa lidah, dan penafsirannya. Pengajaran-pengajaran itu harus menurut pengajaran para rasul, dan penyataannya harus memperlihatkan sesuatu yang tersembunyi tetapi yang sekarang telah disingkapkan. Di dalam sidang-sidang kita perlu firman pengajaran dan juga firman wahyu. Kita telah menunjukkan bahwa pengajaran yang berasal dari guru dan wahyu yang berasal dari nabi ini harus mengajarkan dan melayankan Kristus dengan gereja sebagai Tubuh-Nya kepada orang. Dalam prinsipnya, bahasa lidah yang sejati dan penafsiran bahasa lidah juga harus demikian, keduanya harus memiliki Kristus dengan gereja sebagai inti dan isinya. Ini berarti hal-hal itu harus berpusat pada Kristus sebagai rahasia Allah dan gereja sebagai rahasia Kristus, bukan berpusat pada hal-hal lainnya. Bahasa lidah yang tepat haruslah mengenai Kristus dan gereja. Ini berdasar pada konteks dari seluruh kitab 1 Korintus, kitab yang membicarakan tentang Kristus adalah kekuatan dan hikmat Allah, adalah rahasia Allah, juga membicarakan tentang gereja sebagai Tubuh untuk mengekspresikan Kristus dan sebagai sarana untuk melaksanakan pemerintahan Allah.

Ayat 32 menunjukkan dengan jelas bahwa roh kita harus tunduk kepada kita, bukan kita yang harus tunduk kepada roh kita. Namun, beberapa orang dalam aliran Pentakosta pada hari ini memaafkan diri mereka sendiri dengan mengatakan bahwa apa saja yang mereka lakukan di dalam sidang-sidang itu adalah menurut roh. Mereka menyatakan bahwa mereka dibawa oleh roh mereka. Misalnya, seseorang mungkin berteriak dengan suara nyaring dengan tidak mempedulikan orang lain atau hal lainnya lagi. Bila ada seseorang bertanya kepadanya mengapa ia berteriak begitu nyaring, ia mungkin akan menjawab: "Ini bukanlah berasal dari saya, melainkan saya dibawa oleh roh." Ini bertentangan dengan perkataan Paulus. Ia mengatakan dengan tegas bahwa kita tidak boleh tunduk kepada roh; sebaliknya, roh itulah yang harus tunduk kepada kita.

Selama bertahun-tahun saya telah menunjukkan perlunya melatih roh. Ini menunjukkan bahwa roh kita itu tunduk kepada kita. Kita melatih roh; bukan roh itu yang melatih kita. Apakah Anda melatih roh atau roh itukah yang melatih Anda? Ungkapan "melatih roh" ditujukan kepada orang-orang yang berpikiran sehat, khususnya kepada orang-orang yang cenderung duduk dengan tenang di dalam sidang-sidang. Semua orang demikian perlu melatih roh. Tetapi bagi orang-orang seperti orang-orang Korintus yang hanyut oleh kegembiraan mereka, Paulus berkata, "Jangan menundukkan diri Anda kepada roh, tetapi biarlah roh Anda tunduk kepada Anda. Berpalinglah dari kegembiraan Anda dan buatlah roh Anda tunduk kepada Anda." Janganlah memaafkan diri Anda dengan mengatakan bahwa segala sesuatu yang Anda lakukan adalah menurut roh. Penggunaan karunia harus secara teratur, bukan dengan cara yang tidak terkendali. Roh kita harus tunduk kepada kita. Ini berarti kita harus memiliki pemikiran yang sehat untuk menggunakan roh kita dengan tepat.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 63

05 September 2011

1 Korintus - Minggu 26 Senin

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 14:26-33


Sebelum datang ke suatu sidang, kita seharusnya sudah mempersiapkan diri kita untuk sidang itu dengan hal-hal dari Tuhan dan milik Tuhan, baik melalui pengalaman kita tentang Dia atau melalui kenikmatan kita atas firman-Nya dan persekutuan dengan-Nya di dalam doa. Setelah datang ke dalam sidang itu, kita tidak perlu dan tidak seharusnya menunggu mendapatkan perasaan roh, melainkan harus menggunakan roh kita dan menggunakan pikiran kita yang telah dilatih untuk berfungsi, mempersembahkan apa yang telah kita siapkan untuk Tuhan bagi kemuliaan dan kepuasan-Nya, dan agar para hadirin mendapatkan faedah, yaitu mendapatkan penerangan, rawatan, dan pembangunan.

Ini seperti Hari Raya Pondok Daun pada zaman kuno. Orang-orang Israel membawa hasil tanah permai, yaitu tuaian dari jerih lelah mereka atas tanah itu, ke pesta dan dipersembahkan kepada Tuhan, agar dalam persekutuan dengan Tuhan dan dalam persekutuan satu dengan lainnya, Tuhan mendapatkan kenikmatan, dan saling memiliki kenikmatan di depan Tuhan. Kita harus berjerih lelah atas Kristus, tanah permai kita, supaya kita dapat menuai hasil dari kekayaan-Nya untuk dibawa ke sidang gereja dan dipersembahkan. Demikian sidang gereja akan menjadi pameran akan kekayaan Kristus, juga menjadi kenikmatan bersama atas Kristus oleh seluruh hadirin di hadapan Allah dan bersama dengan Allah, bagi pembangunan orang-orang kudus dan gereja.

Fakta bahwa Paulus menyinggung mazmur terlebih dahulu itu menunjukkan bahwa dalam sidang gereja, memuji Tuhan haruslah menjadi yang terutama. Mazmur agak sama dengan kidung. Di dalam pergerakan Pentakosta pada hari ini ada nyanyian ayat-ayat Alkitab. Namun, kebanyakan dari ayat-ayat itu diambil dari Perjanjian Lama. Saya ragu apakah ada nyanyian mengenai Kristus sebagai rahasia Allah atau gereja sebagai rahasia Kristus. Pernahkah Anda mendengar orang-orang di sidang Pentakosta menyanyikan Efesus 1, 3, atau 4? Kita perlu menuliskan not-not musik agar kita dapat menyanyikan pasal-pasal ini dan bagian-bagian kitab lainnya yang merupakan jantung wahyu ilahi: yaitu kitab Galatia, Efesus, Filipi, dan Kolose. Kita perlu menyanyikan tentang betapa sukanya Allah mewahyukan Putra-Nya di dalam kita; tentang Kristus hidup di dalam kita dan tentang fakta bahwa kita telah disalibkan dengan Dia; tentang hidup dalam Roh; tentang perlunya roh hikmat dan wahyu, supaya kita dapat mengenal pengharapan yang terkandung dalam panggilan Allah, kemuliaan warisan-Nya di dalam orang-orang kudus, dan betapa besar kekuatan kuasa-Nya yang membangkitkan Kristus dan mendudukkan Dia di surga; tentang gereja sebagai kepenuhan Kristus, Dia yang memenuhi semua dan di dalam semua; tentang perlunya dikuatkan di dalam manusia batiniah kita oleh Roh Allah sehingga Kristus dapat membuat rumah-Nya di dalam hati kita, dan supaya kita dapat memahami bersama-sama dengan semua orang kudus dimensi universal Kristus kepada kepenuhan Allah; tentang satu Tubuh, satu Roh, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua; tentang hidup dalam kebenaran Yesus supaya kita dapat menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, dan diperbarui dalam roh pikiran kita untuk mendapatkan realitas manusia baru; tentang suplai yang limpah lengkap dari Roh Yesus Kristus; tentang memperhidupkan Dia, memperbesar Dia, ditemukan di dalam Dia, mengejar Dia, dan memiliki pengetahuan yang sempurna tentang Dia; tentang Kristus, yang Terkasih, sebagai gambar Allah yang tidak kelihatan, dan yang Sulung dari semua ciptaan. Dalam nyanyian kita, kita perlu dibawa kepada standar ekonomi Perjanjian Baru.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 63

03 September 2011

1 Korintus - Minggu 25 Sabtu

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 14:4, 12, 20-25


Kedambaan saya adalah berbicara bagi Kristus dan mengutarakan Kristus. Meskipun demikian, khususnya sebagai bantuan bagi orang muda, saya berbeban untuk menjelaskan mengapa saya tidak mendorong praktek berbahasa lidah. Meskipun saya tidak menentang perihal berbahasa lidah, tetapi saya tidak mendorongnya. Alasan saya berdasar pada pengalaman saya dan penyelidikan saya.

Saya tidak mendorong Anda untuk berbahasa lidah pada hari ini karena hal itu dapat dibandingkan dengan opium atau morfin. Dokter-dokter medis tahu bahwa opium dan morfin dapat berfaedah dalam menanggulangi rasa sakit atau penyakit-penyakit tertentu, tetapi dosisnya harus dibatasi dan pemakaiannya terbatas. Dengan pemakaian yang tepat dan pembatasan yang memadai, opium dan morfin ini barulah berfaedah. Bahayanya adalah menjadi ketagihan dengan obat-obat ini. Begitu seseorang ketagihan opium atau morfin, akibatnya sangat fatal. Banyak orang mungkin mempraktekkan berbahasa lidah untuk sejangka waktu dan kemudian berhenti. Namun, yang lainnya ada yang menjadi ketagihan dengan berbahasa lidah. Mereka mungkin menjadi ketagihan sedemikian rupa hingga ketika mereka berkumpul bersama-sama mereka tidak memperhatikan yang lainnya lagi.

Kedua, untuk jangka panjang berbahasa lidah tidak membantu kaum beriman bertumbuh dalam hayat. Sebaliknya, ketagihan berbahasa lidah akan mengarah kepada pengumbaran hawa nafsu. Benar, ada beberapa yang bersaksi bahwa berbahasa lidah merangsang sesuatu di dalam mereka untuk menuntut Kristus. Ini adalah akibat yang tepat dari berbahasa lidah. Tetapi orang-orang yang ketagihan berbahasa lidah hanya memperhatikan kegembiraan mereka. Mereka tidak peduli dengan ketenangan hati. Akibatnya, ada banyak kasus perzinahan di antara mereka.

Ketiga, orang-orang yang ketagihan dengan berbahasa lidah tidak memiliki telinga untuk mendengar perkataan tentang salib dan hal-hal yang dalam mengenai Kristus. Mereka seperti sepotong kayu yang telah rusak oleh tukang kayu yang bodoh dan tidak dapat dipakai untuk membuat perabot yang lebih baik. Mereka tidak memiliki hati terhadap hal-hal yang dalam tentang Kristus atau hayat dalam kebangkitan. Mereka tidak memiliki hati untuk mendengarkan perkataan yang sehat.

Keempat, tidak ada orang Kristen lainnya yang merdeka dan memecah belah seperti orang-orang yang mempromosikan praktek berbahasa lidah. Setiap orang yang berbahasa lidah itu merdeka, individualistis, dan memecah belah. Setiap orang hanya memperhatikan dirinya sendiri. Melalui hal ini kita melihat bahwa musuh merayap masuk untuk memakai sesuatu yang mungkin berasal dari Allah untuk merusak pemerintahan Allah.

Berbahasa lidah lebih banyak mendatangkan kerugian daripada keuntungan. Tiga kali kita berusaha mempraktekkan hal ini dalam kehidupan gereja, tiga kali pula kita menderita kerugian. Kita berharap pemulihan Tuhan ini akan terpelihara dari kerusakan yang disebabkan oleh berbahasa lidah pada hari ini dan senantiasa berada dalam cara hayat yang murni, dan tidak dinodai oleh percampuran apa pun.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 62

02 September 2011

1 Korintus - Minggu 25 Jumat

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 14:4, 12


Dapatkah berbahasa lidah membantu Tubuh bertumbuh secara organik dan mengekspresikan Kristus? Kita perlu menjawab pertanyaan ini dengan hati-hati. Adalah salah bila kita mengatakan bahwa berbahasa lidah itu tidak dapat memberikan bantuan apa pun bagi pertumbuhan Tubuh. Berbahasa lidah masih ada hubungan dengan Roh itu, dan Roh itu adalah bagi Tubuh. Karena alasan ini, kita tidak boleh mengatakan bahwa berbahasa lidah tidak mungkin berfaedah bagi Tubuh. Faktor yang menentukan ini berkenaan dengan realisasi kita mengenai berbahasa lidah dan penerapan kita terhadapnya. Jika Anda berbahasa lidah bagi penuntutan Anda sendiri, maka hal ini akan merusak Tubuh. Tetapi jika Anda menuntut berbahasa lidah bagi Tubuh dan jika Anda memperhatikan Tubuh, maka berbahasa lidah Anda itu akan berfaedah bagi Tubuh ini. Beberapa orang di antara kita bersaksi bahwa berbahasa lidah merangsang mereka secara batini untuk menuntut Kristus. Ini adalah fakta yang tidak dapat disangkal. Sesungguhnya menuntut Kristus berdasar pada Roh itu dan bagi Tubuh. Namun, orang-orang yang terangsang untuk menuntut Kristus oleh Roh itu melalui berbahasa lidah mungkin tidak menyadari bahwa penuntutan mereka akan Kristus itu haruslah bagi Tubuh. Dalam kasus yang demikian ini, realisasi mereka mengenai berbahasa lidah itu agak kurang. Agar berbahasa lidah dapat berfaedah bagi Tubuh itu tergantung pada realisasi dan penerapan yang tepat.

Sekarang izinkan saya mengajukan pertanyaan lainnya: Apakah berbahasa lidah berfaedah dalam pembangunan gereja bagi pemerintahan Allah? Jawaban untuk pertanyaan ini jelas dan mutlak tidak. Khususnya seperti yang dipraktekkan pada hari ini, berbahasa lidah itu tidak membantu pemerintahan Allah. Sebaliknya, dalam kasus demi kasus berbahasa lidah merusak gereja, meruntuhkan pemerintahan Allah, dan menjatuhkan pemerintahan ilahi.

Dalam Roma 12 Paulus membicarakan tentang fungsi karunia yang tepat dalam Tubuh Tuhan. Di sini Paulus tidak mengatakan mengenai berbahasa lidah atau tentang kesembuhan ilahi. Sebaliknya, ia menekankan tentang memiliki belas kasihan, kasih seorang terhadap yang lain, dan memberikan tumpangan. Ini menunjukkan bahwa Paulus memelopori untuk merendahkan perkara berbahasa lidah. Sikap Paulus dalam ministri penyempurnaannya terhadap perihal berbahasa lidah adalah merendahkannya.

Dalam Yohanes 7:37-39 Yohanes menunjukkan bahwa semua orang yang percaya kepada Kristus akan menerima Roh itu dan dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup. Ini bukan mengacu kepada Roh itu dalam berbahasa lidah atau kesembuhan ilahi, melainkan mengacu kepada Roh hayat. Kaum beriman dalam Kristus akan minum Roh hayat ini. Kemudian dari lubuk batin mereka akan mengalir sungai air kehidupan. Inilah yang dikatakan Yohanes dalam Injilnya. Dalam Surat Kirimannya yang pertama ia melanjutkan dengan membicarakan tentang pengurapan yang kita miliki di dalam kita. Yohanes tidak membicarakan tentang pengurapan di atas kita, melainkan tentang pengurapan yang ada di dalam kita. Di dalam kita, kita memiliki Roh hayat, dan Roh ini adalah minyak urapan yang dengannya kita diurapi. Minyak urapan ini dilambangkan dalam Keluaran 30 oleh minyak yang diramu dengan rempah-rempah. Minyak urapan ini bukan dialami dengan cara yang ajaib, melainkan secara spontan dalam kehidupan kita sehari-hari. Karena itu, dari hal ini kita melihat bahwa Yohanes sama dengan Paulus dalam hal tidak menekankan tentang berbahasa lidah, kesembuhan, atau mujizat-mujizat.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 62

01 September 2011

1 Korintus - Minggu 25 Kamis

Pembacaan Alkitab: 1 Kor. 12:3, 13, 28


Ada satu perbedaan antara Tubuh dan gereja. Tubuh adalah satu organisme bagi Kristus sebagai hayat kaum beriman untuk bertumbuh dan mengekspresikan diri-Nya sendiri. Gereja adalah satu sidang bagi Allah untuk mengoperasikan pemerintahan-Nya. Kristus sebagai hayat adalah esens Tubuh sebagai satu kesatuan yang organik. Organisme ini bukanlah untuk organisasi; melainkan untuk kehidupan yang mengekspresikan Kristus. Kristus adalah esens Tubuh-Nya, dan Tubuh-Nya adalah satu kesatuan organik yang hidup, bertumbuh, dan matang dengan diri-Nya sendiri sampai akhirnya mengekspresikan Dia.

Dalam 12:12-27 pemikiran utamanya bukanlah aktivitas atau usaha. Pemikiran utamanya adalah bahwa Tubuh adalah satu organisme yang hidup, bertumbuh, matang, dan mengekspresikan Kristus sebagai esens batini. Karena alasan ini, maka ayat 3 memberi tahu kita bahwa bila kita berkata, "Tuhan Yesus," kita akan berada di dalam Roh itu. Roh inilah yang membawa kita masuk ke dalam Tubuh, karena Roh ini adalah Roh pemberi-hayat, Roh hayat, bukan hanya Roh Allah seperti yang tercantum dalam Kejadian 1:3. Kita telah menerima Roh yang membawa kita masuk ke dalam Tubuh ini secara organik.

Menurut 12:13, dalam Roh inilah kita telah dibaptis ke dalam Tubuh. Air baptisan adalah lambang dari fakta bahwa kita telah dibaptis ke dalam Allah Tritunggal (Mat. 28:19) dan dibaptis ke dalam Kristus (Gal. 3:27; Rm. 6:3). Ketika kita dibaptis ke dalam Kristus, kita juga dibaptis ke dalam Tubuh-Nya dan menjadi bagian dari Tubuh organik ini. Satu Korintus 12 dengan jelas mewahyukan bahwa kita telah menjadi anggota-anggota Tubuh organik Kristus. Haleluya, kita sekarang berada di dalam Tubuh! Kita telah berseru "Tuhan Yesus," dan telah dibawa masuk ke dalam Roh itu, dan Roh itu telah membawa kita masuk ke dalam Tubuh, dan sekarang kita secara organik berada di dalam Tubuh ini.

Setelah berbicara begitu banyak mengenai Tubuh dalam 12:12-27, Paulus mulai membicarakan gereja dalam ayat 28. Gereja adalah bagi pemerintahan Allah. Ketika Paulus menyinggung gereja, penekanannya bukanlah pada kesatuan yang organik, melainkan pada pemerintahan Allah. Tubuh adalah bagi ekspresi Kristus; gereja adalah bagi pemerintahan Allah. Dalam pasal 14 konsepsi Paulus terutama bukan berhubungan dengan pertumbuhan yang organik, melainkan berhubungan dengan administrasi pemerintahan. Dalam pasal 12 penekanannya adalah pada hayat; dalam pasal 14 adalah pada pemerintahan. Karena itu kita dapat memakai istilah "ekspresi yang organik" untuk menggambarkan pasal 12 dan memakai istilah "administrasi pemerintahan" untuk menggambarkan pasal 14. Selain itu, pembangunan gereja adalah bagi pemerintahan ini, sedangkan pembangunan Tubuh adalah bagi ekspresi Kristus secara organik. Untuk mengekspresikan Kristus kita memerlukan Tubuh; untuk melaksanakan pemerintahan ilahi kita memerlukan gereja. Karena alasan ini, maka pasal 12 menekankan Tubuh secara organik bagi pertumbuhan dan ekspresi Kristus, sedangkan pasal 14 menekankan gereja secara pemerintahan bagi pelaksanaan tujuan kekal Allah.


Sumber: Pelajaran-Hayat 1 Korintus, Buku 3, Berita 62