Hitstat

30 April 2005

1&2&3 Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Sabtu

Dosa Yang Ada Di Dalam Kita
1 Yohanes 1:8
"Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita."

Berkata bahwa "kita tidak berdosa" di sini, yang dimaksud adalah tidak memiliki dosa yang berhuni (Rm. 7:17) di dalam sifat kita. Inilah yang diajarkan oleh bidah Gnostik. Rasul menyuntik kaum beriman untuk menghadapi ajaran yang salah itu.
Bagian ini, 1:7 – 2:2, membahas perbuatan dosa kaum beriman setelah mereka dilahirkan kembali, yang mengganggu persekutuan mereka dengan Allah. Jika setelah dilahirkan kembali, kaum beriman tidak memiliki dosa dalam sifat mereka, bagaimana mereka dapat berdosa dalam perilaku mereka? Bahkan walaupun mereka hanya berdosa sekali sekali, tidak menjadi kebiasaan, perbuatan dosa mereka itu sudah cukup membuktikan bahwa mereka masih memiliki dosa yang bekerja di dalam diri mereka. Kalau tidak, tidak akan ada gangguan di dalam persekutuan mereka dengan Allah.
Ajaran rasul di sini menyalahkan ajaran "kesempurnaan" hari ini, yang mengatakan bahwa keadaan bebas dari dosa bisa dicapai atau sudah tercapai dalam hidup di dunia; ajaran rasul ini juga menyingkirkan ajaran "mencabut akar dosa" yang salah, yang menyalahtafsirkan perkataan dalam 3:9 dan 5:18, mengatakan bahwa orang yang sudah dilahirkan kembali tidak dapat berdosa karena sifat dosa mereka sudah dicabut bahkan sampai ke akarnya.
Saudara saudari, itulah sebabnya khasiat darah Tuhan harus bersifat kekal. Puji syukur untuk darah yang demikian, yang selalu mampu membersihkan hati nurani kita dari segala dosa.

Dosa dan Dosa-Dosa
Rm. 5-8

Dalam alam semesta ini, kenikmatan tertinggi yang dapat dinikmati oleh manusia adalah persekutuan dengan Tuhan. Kita, manusia ciptaan-Nya, dapat bersekutu dengan Pencipta dan Juruselamat kita yang agung dan mulia, sungguh suatu hal yang luar biasa.
Namun, penghalang dari persekutuan dengan Tuhan adalah dosa dan dosa-dosa. Dosa dan dosa-dosa adalah satu problema yang serius yang merusak hubungan dan kenikmatan persekutuan ilahi kita, karena dosa dan dosa-dosa tersebut menyebabkan persekutuan kita dengan Allah Tritunggal gagal dan putus. Oleh karena itu, Rasul Yohanes memberi beberapa ayat untuk membereskan perihal dosa ini.
Dalam kitab Roma, dosa dipersonifikasikan. Kegiatan dosa adalah kegiatan seorang persona. Dosa berhuni di dalam daging kita (Rm. 7:20), memerintah (Rm. 5:21) dan berkuasa atas kita (Rm. 6:14), serta mengerjakan maut di dalam kita (Rm. 7:13), berarti dosa adalah sesuatu yang sungguh hidup (Rm. 7:9). Dosa bukanlah unsur yang tidak bernyawa. Sebaliknya, dosa adalah benda hidup yang berhuni di dalam kita dan melakukan hal-hal melawan kehendak kita. Itulah sebabnya Paulus mengatakan bahwa bukan dia yang melakukan hal-hal itu, tetapi dosa yang berhuni di dalam dia (Rm. 7:20).
Perjanjian Baru membicarakan masalah dosa dengan memakai kata dosa (tunggal) dan dosa-dosa (jamak). "Dosa" mengacu pada dosa yang berhuni, yang datang melalui Adam ke dalam umat manusia dari Setan (Rm. 5:12— 8:13, kecuali 7:5). Sedangkan "dosa-dosa" mengacu pada perbuatan-perbuatan penuh dosa, buah-buah dari dosa yang berhuni—misalnya berdusta dan mencuri, yang disebutkan di dalam bagian pertama kitab Roma, 1:18—5:11. Akan tetapi, dosa tunggal di dalam 1 Yohanes 1:7 dengan kata sifat "segala" tidak menunjukkan dosa yang berhuni, tetapi menunjukkan setiap dosa tunggal yang kita lakukan (Rm. 1:10) setelah kita dilahirkan kembali. Dosa-dosa semacam ini mencemarkan hati nurani kita yang telah dibersihkan dan perlu dibasuh dengan darah Tuhan di dalam persekutuan kita dengan Allah.

29 April 2005

1&2&3 Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Jumat


Darah Yesus, Anak-Nya

1 Yohanes 1:7
"Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa."

Dua konsekuensi bagi mereka yang hidup dan berjalan di dalam terang adalah mereka memiliki persekutuan dengan saudara saudari di dalam Tuhan, dan darah Yesus Kristus secara terus menerus membersihkan mereka dari semua dosa. Semua pengampunan Allah berdasar pada darah Putra-Nya yang tertumpah di Kalvari. Darah ini mempersiapkan dasar yang tepat bagi Allah untuk mengampuni dosa, dan seperti yang kita nyanyikan "darah ini tidak penah kehilangan kuasanya".
Ayat ini menyebutkan, "darah Yesus, Anak-Nya itu". Nama Yesus menyatakan keinsanian Tuhan yang diperlukan untuk pencurahan darah penebusan, dan sebutan Anak-Nya menyatakan keilahian Tuhan yang diperlukan untuk khasiat kekal darah penebusan. Jadi, darah Yesus, Anak-Nya itu, menunjukkan bahwa darah ini adalah darah yang tepat dari manusia sejati yang dicurahkan untuk menebus makhluk ciptaan Allah yang telah jatuh dengan jaminan ilahi sebagai khasiat kekalnya, khasiat yang mengungguli segalanya dalam ruang dan bersifat kekal dalam waktu.
Sebutan Yesus, Anak-Nya itu, dipakai oleh Yohanes sebagai suntikan pencegahan terhadap bidah. Salah satu bidah menekankan keilahian Tuhan dengan menyangkal keinsanian-Nya. Sebutan Yesus sebagai nama seorang manusia, merupakan suntikan pencegahan terhadap bidah ini. Sedangkan sebutan Anak-Nya itu adalah suntikan penangkal terhadap bidah yang menyangkal keilahian Tuhan.

Persekutuan Seorang Dengan Yang Lain
1 Yoh. 1:6, 7

Satu Yohanes 1:6-7a mengatakan, "Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain."
Kita mungkin berharap bahwa Yohanes di ayat 7 akan mengatakan jika kita hidup di dalam terang maka kita akan beroleh persekutuan dengan Allah sama seperti di ayat 6. Tetapi Yohanes justru mengatakan jika kita hidup di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain.
Bila kita berjalan dan hidup di dalam terang Allah, kita akan memiliki persekutuan ilahi, yaitu kenikmatan bersama atas Allah Tritunggal dan berbagian di dalam maksud ilahiNya. Selain, itu kita juga akan menikmati persekutuan dengan saudara saudari seiman.
Persengketaan dengan penatua, atau meninggalkan persekutuan dengan saudara saudari akan membuat kita berada dalam bahaya rohani yang cukup serius. Misalnya, ada seorang saudari yang tersinggung dengan perkataan seorang penatua. Dia mungkin berkata, "Gereja tidak ada realitas kasih! Semua kebenaran hanya teori!" Ia mulai mengkritik sana-sini. Kondisi ini membuat ia berada dalam kegelapan. Tetapi, seandainya setelah sejangka waktu saudari itu bertobat, dengan segera terang mulai bersinar kembali. Demikianlah ia mengalami pembersihan dari darah adi Tuhan, dan hal-hal ilahi menjadi riil kembali. Gereja, kaum saleh, dan kebenaran akan menjadi riil baginya. Dapat tidaknya kita melihat realitas, tidak berkaitan dengan benar atau salah, tetapi berkaitan dengan terang atau gelap. Kita tidak perlu memikirkan yang dikatakan oleh penatua itu benar atau salah, tetapi apakah kita berada di dalam terang atau di dalam gelap. Ketika kita bertobat, terang ilahi bersinar dan kita mengakui dosa-dosa kita dengan bersandar pada darah Yesus, maka secara otomatis persekutuan ini telah dipulihkan kembali. Kini kita pun ada di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang.

28 April 2005

1&2&3 Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Kamis

Pembersihan Oleh Darah
1 Yohanes 1:7
"Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa."

Ketika kita hidup di dalam terang, maka segala hal yang tidak Allah perkenan di dalam kita akan tersingkap. Pada saat itu, kita merasakan keperluan yang mendesak akan pembasuhan darah penebusan Tuhan Yesus, dan darah itu membersihkan hati nurani kita dari segala dosa agar persekutuan kita dengan Allah dan dengan saudara saudari seiman dapat terpelihara.
Semakin dekat persekutuan seseorang dengan Tuhan dan dengan orang-orang yang berjalan bersama Tuhan semakin ia waspada terhadap dosa dalam kehidupannya. Orang-orang dari golongan yang sesat mengatakan bahwa mereka hidup dalam persekutuan dengan Allah; padahal kesombongan, ketidakjujuran, dan kekurangan kasih ada di antara mereka.
Hubungan kita dengan Allah memang tidak dapat dirusak oleh apa pun, karena berasal dari hayat. Tetapi persekutuan kita dengan Allah mungkin saja terganggu karena persekutuan ini berdasar pada kehidupan kita. Yang pertama memang tidak bersyarat tetapi yang kedua bersyarat. Persekutuan kita yang bersyarat, perlu dipelihara dengan pembersihan terus menerus oleh darah Tuhan. Di hadapan Allah, darah penebusan Tuhan telah membersihkan kita sekali untuk selamanya (Ibr. 9:12, 14), dan khasiatnya juga berlangsung selamanya, tidak perlu diulang. Namun, dalam hati nurani kita, kita memerlukan penerapan yang seketika dari pembersihan konstan darah Tuhan sekali demi sekali begitu hati nurani kita diterangi oleh terang ilahi dalam persekutuan kita dengan Allah.

Siklus Kehidupan Rohani

1 Yoh. 1:1-7

Dalam bagian firman (1 Yoh. 1-7) ini ada siklus kehidupan rohani kita, siklus yang terbentuk dari empat perkara penting – hayat kekal, persekutuan hayat kekal, terang ilahi, dan darah Yesus, Anak Allah.
Hayat kekal menghasilkan persekutuan hayat kekal, persekutuan hayat kekal mendatangkan terang ilahi, dan terang ilahi menambahkan keperluan akan darah Yesus, Anak Allah supaya kita bisa mendapatkan lebih banyak hayat kekal.
Semakin banyak hayat kekal yang kita dapatkan, semakin banyak pula persekutuan yang dibawakannya kepada kita. Semakin banyak persekutuan hayat ilahi yang kita nikmati, semakin banyak pula terang ilahi yang kita terima. Semakin banyak terang ilahi yang kita terima, semakin banyak pula pembersihan yang kita alami dari darah Yesus. Kita harus mengalami hal ini berulang-ulang seumur hidup kita. Siklus semacam ini membawa kita maju dalam pertumbuhan hayat ilahi sampai kita mencapai kematangan hayat.

27 April 2005

1&2&3 Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Rabu

Hidup Di Dalam Terang
1 Yohanes 1:6, 7a
"Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang."

Hidup di dalam terang bukan semata-mata meniru Tuhan Yesus, tetapi harus memiliki kesamaan unsur dasar dengan-Nya dalam hidup kita sehari-hari. Hal ini berarti kita harus hidup di bawah penerangan-Nya dan hidup berdasarkan sifat ilahi-Nya. Hidup di dalam terang berarti hidup sampai taraf, "sama seperti Dia ada di dalam terang" (1 Yoh. 1:7). Jika kita hidup sedemikian, maka terang itu menyingkapkan segala dosa, pelanggaran, kegagalan, dan kekurangan kita, yang bertentangan dengan terang-Nya yang murni, kasih-Nya yang sempurna, dan kekudusan-Nya yang mutlak, juga kebenaran-Nya yang unggul. Saudara Lawrence pernah mengatakan,"Biasakan hidup di hadirat Allah yang adalah terang."
Sekarang pertanyaannya adalah, apakah kita hidup di dalam terang atau di dalam kegelapan. Jika di dalam kegelapan, berarti kita sama sekali tidak memiliki persamaan dengan Allah, karena di dalam Allah sama sekali tidak ada kegelapan. Hal ini membuat kita tidak mungkin beroleh persekutuan dengan Allah.
Seperti yang telah kita katakan bahwa terang adalah hakiki ekspresi Allah. Karena itu jika kita hidup di dalam terang, maka tindak tanduk kita juga akan menjadi ekspresi Allah. Kita seharusnya memiliki tindak tanduk seperti yang dikatakan Tuhan dalam Matius 5:16 "Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."

Melakukan Kebenaran
1Yoh. 1:6, Yoh. 8:44

Dusta adalah dari Setan, bapa pendusta (Yoh. 8:44). Sifatnya memang adalah dusta, dan ia membawa kita ke dalam kematian dan kegelapan. Kegelapan setani adalah lawan terang ilahi, dan dusta setani adalah lawan kebenaran ilahi. Sebagaimana kebenaran ilahi adalah ekspresi terang ilahi, maka dusta setani adalah ekspresi kegelapan.
Jika kita mengatakan bahwa kita mempunyai persekutuan dengan Allah, tetapi kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta, dan menjadi ekspresi kegelapan. Jika kita ingin memelihara persekutuan ilahi, kita harus hidup di dalam terang ilahi, juga melakukan kebenaran ilahi.
Dalam bahasa Yunani, kata "melakukan" dalam frase "melakukan kebenaran" (1 Yoh. 1:6) adalah poieo, yang artinya terbiasa dan terus menerus melakukan sesuatu karena tinggal di dalam hal itu; karena itu kata ini juga memiliki arti mempraktekkan.
Jadi, melakukan kebenaran adalah memperhidupkan kebenaran sebagai kebiasaan kita, bukan hanya melakukannya kadang-kadang atau secara kebetulan. Melakukan kebenaran berarti melakukannya secara konstan (tetap), berkesinambungan, tidak henti-hentinya seperti bernapas. Kita tidak perlu berpikir atau berusaha untuk bernafas, karena bernafas sudah menjadi bagian dari hidup kita. Jadi, bila kita tinggal dan berjalan di dalam Allah sebagai terang, kita juga akan dengan spontan melakukan kebenaran sebagai kebiasaan.
Kata "kebenaran" ini istilah Yunaninya berarti realitas (lawan kata kesia-siaan), kebenaran yang terbukti, kesungguhan, kesejatian, ketulusan. Kebenaran juga mengacu kepada realitas Allah yang telah diwahyukan, fakta-fakta riil yang tersalur dalam Injil, realitas Kristus dan segala perkara ilahi (yang adalah Roh itu – Yoh. 14:17; 15:26; 16:13; 1 Yoh. 5:6), dan realitas keadaan manusia (Yoh. 16:8-11).
Ketika kita berpartisipasi dan menikmati realitas ilahi ini, realitas ini menjadi kesejatian, kesungguhan, ketulusan, keandalan kita, menjadi kebajikan yang unggul dalam perilaku kita untuk mengekspresikan Allah sang Realitas yang menjadi hayat kita.

26 April 2005

1&2&3 Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Selasa

Persekutuan Dengan Dia
1 Yohanes 1:6a
"Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, …."

Hubungan hayat seorang anak dengan ibu yang melahirkannya tidak mungkin terputus, tetapi persekutuan dengan ibunya mudah terputus. Misalnya, sebelum pergi, ibu berpesan agar si anak tidak memakan coklat. Setelah ibu pergi, si anak mengambil coklat tersebut dan memakannya. Bagaimanakah sikap anak tersebut ketika ibunya pulang? Biasanya, ia akan sangat senang bertemu dengan ibunya. Sekarang, setelah berbuat salah, ia gelisah ketika melihat ibunya datang, ia ingin menghindar. Kalau ibu ke ruang makan, ia pergi ke dapur; kalau ibu ke dapur, ia pergi ke ruang tamu. Ibu yang berpengalaman segera mengetahui bahwa anaknya pasti telah mencuri coklat.
Hubungan hayat antara kaum beriman dengan Allah tidak mungkin terputus sampai selama-lamanya. Karena kita telah dilahirkan oleh-Nya dan menerima "hayat kekal" dari Allah. Lagi pula, tidak ada orang yang dapat merebut kita dari tangan Allah. Jadi, hubungan hayat kita dengan Allah bersifat kekal, selamanya tidak dapat terputus (Yoh. 10:28-29). Namun, persekutuan dengan Allah dapat terputus karena dosa atau ketidaktaatan kita. Yesaya 59:1-2 mengatakan, "Sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar, tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu."

Jangan Berbuat Dosa Lagi
Yoh. 8:1-11; 1 Kor. 5:1-5

Setelah kita beroleh selamat, tidak seharusnya kita berbuat dosa lagi dan tetap hidup di dalam dosa. Injil Yohanes 8 mencatat kisah Tuhan Yesus mengampuni seorang perempuan yang berzina. Saat itu juga Tuhan berkata kepadanya, "Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang." Lalu, bisakah orang Kristen tidak berbuat dosa? Bisa! Orang Kristen bisa tidak berbuat dosa, karena di dalam orang Kristen ada hayat (kehidupan) Allah. Hayat ini tidak bisa berbuat dosa, tidak bisa mentolelir dosa sedikit pun. Hayat ini kudus, di batin Ia memberi kita perasaan yang luar biasa pekanya terhadap dosa. Namun karena kelemahan daging kita, ketidaktaatan kita, dan karena tidak hidup di bawah pimpinan Roh Kudus dan hayat Allah, maka di mana dan kapan saja ada kemungkinan berbuat dosa. Setelah beroleh selamat, jika kita berbuat dosa lagi, akan ada beberapa akibat yang mengerikan:Pertama, menderita susah pada zaman sekarang. Seperti yang dikatakan dalam 1 Korintus 5, orang itu harus diserahkan kepada Iblis, sehingga tubuhnya binasa; ini merupakan suatu penderitaan yang sangat besar.
Kedua, persekutuan dengan Allah terputus. Orang Kristen dapat bersekutu dengan Allah, ini adalah hak yang paling mulia dan juga adalah kebahagiaan yang terbesar. Tetapi jika persekutuan kita dengan Allah terputus, Roh Kudus di dalam kita akan berduka, hayat di dalam kita akan merasa tidak nyaman, sukacita kita akan lenyap. Tadinya, kalau bertemu dengan saudara saudari, merasa sangat akrab; sekarang, tidak akrab lagi, bagaikan tersekat sesuatu. Tadinya, membaca Alkitab dan berdoa sangat nyaman; sekarang, terasa hambar, tidak bisa menjamah Allah. Dulu, ikut bersidang merasa mustika dan kalau absen sekali saja, merasa rugi besar, tetapi kini, bersidang terasa tawar, seolah tidak bersidang pun tidak mengapa. Bahkan kalau bertemu dengan saudara saudari terasa ingin menghindar atau menjauhkan diri. Keadaan yang semula sama sekali telah berubah.
Ketiga, menerima ganjaran di zaman yang akan datang. Bila orang Kristen berbuat dosa dan tidak membereskannya pada zaman ini, pada zaman yang akan datang tetap harus membereskannya (Mat. 16:27, 2 Kor. 5:10).

25 April 2005

1&2&3 Yohanes Volume 1 - Minggu 2 Senin


Allah Adalah Terang

1 Yohanes 1:5
"Dan inilah berita, yang telah kami dengar dari Dia, dan yang kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan."

Allah adalah terang. Ini berarti, Ia sungguh-sungguh kudus, benar, dan murni. Allah tidak mungkin bertoleransi terhadap segala bentuk dosa.
Sebagaimana terang adalah hakiki Allah dalam ekspresi-Nya, kegelapan adalah hakiki Iblis dalam perbuatannya yang jahat (3:8). Kegelapan mengacu kepada kejahatan, dosa, dan ketidakmurnian. Kegelapan juga menyatakan kebohongan, kepalsuan, dan ketidak-aslian. Menurut konteksnya kegelapan ini adalah kegelapan dosa (1 Yoh. 1: 7-10).
Terang dan gelap sangat bertentangan, tetapi kita selalu membuatnya menjadi abu-abu. Bagi Allah tidak ada sesuatu yang di tengah-tengah, yang tidak terang juga tidak gelap; juga tidak ada yang tersembunyi di hadapan-Nya. Ibrani 4:13 mengatakan, "Dan tidak ada suatu makhluk pun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab."
Dalam Kisah Para Rasul 5 diceritakan mengenai suami istri yang bernama Ananias dan Safira. Mereka menjual tanah mereka, menyisihkan sebagian dari hasil penjualan tersebut, dan mempersembahkan sisanya di depan kaki para rasul. Tetapi mereka berbuat seolah-olah telah mempersembahkan semuanya. Petrus berkata, "…. Mengapa engkau merencanakan perbuatan itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah." Ketika mendengar perkataan itu rebahlah Ananias dan putuslah nyawanya.

23 April 2005

1&2&3 Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Sabtu

Hasil Persekutuan Ilahi (1)
1 Yohanes 1:4
"Dan semuanya ini kami tuliskan kepada kamu, supaya sukacita kami menjadi sempurna."

Kata "kami" dalam "sukacita kami" di beberapa manuskrip diterjemahkan sebagai "kamu", menjadi "sukacita kamu". Haleluya! Sukacita para rasul juga adalah sukacita kaum beriman, karena kaum beriman ada di dalam persekutuan para rasul.
Persekutuan merupakan hasil dari menerima hayat kekal, sedangkan sukacita merupakan hasil dari kenikmatan atas Allah Tritunggal dalam persekutuan ilahi.
Apakah kita adalah orang Kristen yang bersukacita atau orang Kristen yang penuh kemurungan? Murung menunjukkan bahwa kita tidak berada dalam persekutuan ilahi.
Keselamatan Allah membuat kita bersukacita, bahkan melonjak riang gembira. Karena itu, ketika kita berkumpul bersama, kita seharusnya penuh dengan sukacita. Dalam Perjanjian Lama, umat Allah penuh dengan sukacita ketika mereka datang bersama ke dalam pesta. Dalam kitab Mazmur, bahkan mereka diperintahkan untuk membuat suara sorak sorai yang ditujukan kepada Tuhan (Mzm. 95:1; 98:4, 6). Kita mengira Allah tidak suka mendengar suara sorak sorai, tetapi Allah sangat menghargainya. Dia suka melihat kita semua penuh dengan sukacita.
Di sini Rasul Yohanes memberitahu, jika kita menikmati persekutuan ilahi, kita pasti akan penuh dengan sukacita. Kita perlu menjadi orang-orang Kristen yang penuh sukacita, dan penuh dengan sorak sorai. Marilah kita tetap tinggal di dalam persekutuan ilahi ini.

Hasil Persekutuan Ilahi (2)
1 Yoh. 1:4

Rasul Yohanes mengatakan agar sukacita para rasul atau sukacita kamu menjadi sempurna. Yohanes menyadari bahwa dunia tidak mampu menyediakan sukacita yang sejati dan tahan lama di dalam hati manusia. Sukacita ini hanya bisa diperoleh melalui hubungan yang tepat dengan Tuhan dan kaum beriman. Ketika seseorang berada dalam persekutuan dengan Allah dan dengan Tuhan Yesus, dia akan mempunyai sukacita yang dalam, yang tidak berkaitan dengan keadaan dan situasi di sekitarnya. Sukacita ini hanya bersumber pada Tuhan sendiri. Seperti dikatakan oleh seorang penyair, "Sumber dari segala nyanyiannya adalah dari sorga."
Matius pasal 11 mencatat bahwa Tuhan telah melakukan banyak mujizat, tetapi Tuhan dikritik, ditolak, dibenci, oleh orang-orang di Khorazim, Betsaida, dan Kapernaum. Di tempat-tempat di mana Dia melakukan paling banyak mujizat, justru tempat-tempat itu menolak-Nya. Bukan hanya demikian, bahkan Yohanes pembaptis pun dari penjara mengutus murid-murid-Nya mempertanyakan status Tuhan sebagai Mesias.
Saudara saudari, seandainya rangkaian kesulitan dan ketidaknyamanan seperti itu menimpa kita, bagaimanakah sikap kita? Sulit bagi kita untuk tidak merasa sedih, kecewa, putus asa, bahkan merasa bahwa semuanya telah berakhir. Namun, Tuhan kita tidak demikian. Alkitab mencatat sikap-Nya pada saat itu, "Aku bersyukur kepada-Mu Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu" (Mat. 11:25, 26). Dalam hatinya tidak ada rasa kepahitan, tidak ada kesal, dan dendam, tidak ada rasa tidak terima, pun tidak ada amarah. Dia bisa berkata, "Aku bersyukur kepada-Mu Bapa."
Untuk apa Tuhan memuji Allah? Dia berkata, "Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu." Tuhan tunduk di bawah segala perlakuan dan keadaan yang diperkenan Allah terjadi di atas diri-Nya. Kiranya ucapan syukur, sukacita kita, bukan karena hal-hal yang di luar, melainkan karena hubungan pribadi kita dengan Tuhan sendiri, karena Dia berkenan kepada kita.

22 April 2005

1&2&3 Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Jumat

Tinggal di dalam Tuhan (1)
1 Yohanes 1:3
“Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.”

“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15:4-5).
Ada di dalam Tuhan berbeda dengan tinggal di dalam Tuhan. Ada di dalam Tuhan adalah perkara keselamatan, tetapi tinggal di dalam Tuhan adalah perkara persekutuan. Begitu kita beroleh selamat, kita langsung ada di dalam Tuhan, tetapi ini tidaklah cukup. Kita masih perlu tinggal di dalam Tuhan, barulah ada persekutuan dengan Tuhan. Harus tidak ada sekatan dengan Tuhan, barulah bisa tinggal di dalam Tuhan.
Kelihatannya, hari ini kita selalu ingin bergerak, melakukan banyak hal bagi Tuhan, makin banyak makin baik. Kita mengira dengan berbuat demikian, kita sedang memuliakan Tuhan. Kita tidak dapat duduk tenang di depan Tuhan. Begitu banyak perkara menarik perhatian kita, begitu banyak hal memenuhi hati dan pikiran kita, seingga kita tidak henti-hentinya bergerak. Kita tidak rela berhenti untuk sesaat. Namun, seorang yang rohani tahu cara untuk tetap berdiri, yaitu harus bisa diam di hadirat Tuhan. Saudara saudari terkasih, bisakah kita berhenti dan diam sejenak di hadapan-Nya?

Tinggal di dalam Tuhan (2)
Yoh. 15:4; 1 Yoh. 1:3

Yohanes 15:4, “Tinggallah di dalam Aku ….” Perkataan yang sering kita dengar ini mengingatkan kita bahwa Allah telah menempatkan kita di dalam Kristus. Kini kita telah berada di sana dan kita diberitahu untuk tinggal di sana.
Tinggal di dalam Tuhan adalah perkara dalam hidup sehari-hari, bukan hanya saat berada dalam pertemuan ibadah, atau saat kita sedang berdoa. Setiap hari, setiap saat, kita harus tinggal di dalam Tuhan. Jika kita ingin menjadi saluran berkat-Nya, jika kita ingin benar-benar melayani Dia, maka kita perlu memperhatikan hal ini.
Kita perlu membayar harga agar kita bisa terus menerus tinggal di dalam Tuhan. Kita perlu meluangkan waktu lebih banyak di depan Tuhan. Kita juga harus taat semua pengaturan-Nya, taat urapan-Nya, tanpa mendebat dan membela diri. Demikianlah, kita makin hari akan menjadi orang yang makin dalam.
Tidak ada satu pun dari perkara-perkara yang dangkal bisa menanggapi perkara-perkara yang dalam, hanya dari batin yang dalam yang bisa memenuhi keperluan batin orang-orang lain. Jika kita ingin menolong mereka yang sedang berada dalam air bah, kita sendiri haruslah orang-orang yang telah mengatasi air bah. Sudahkah kita mengalami penanggulangan dari Allah secara tersembunyi atau apakah justru yang orang lihat pada diri kita sudah menunjukkan semua yang kita miliki? Banyak di antara kita adalah orang-orang yang dangkal, yang bertumbuh hanya di permukaan saja, tanpa ada persediaan di dalam (tidak berakar). Jika kita adalah orang-orang yang hidup di permukaan, kita mungkin bisa membantu orang lain, tetapi kebahagiaan yang kita berikan kepada mereka akan segera lewat. Kita tidak akan benar-benar mampu memenuhi kebutuhan mereka.
Paulus memiliki rahasia yang ia simpan selama empat belas tahun, yang merupakan hasil persekutuannya dengan Tuhan, dan pada akhirnya menjadi bantuan saat ia menyingkapkan rahasia tersebut! Ketika kita menemukan Allah berbicara kepada kita dari kedalaman batin kita, maka kita memiliki mustika yang tersembunyi yang bisa dibagikan kepada orang lain pada saat mereka sedang diuji.

21 April 2005

1&2&3 Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Kamis

Persekutuan Vertikal dan Persekutuan Horisontal (1)
1 Yohanes 1:3b
“… Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.”
Persekutuan hayat sebenarnya ada dua aspek, yaitu aspek vertikal dan aspek horisontal. Di satu pihak, kita bersekutu dengan semua orang yang mempunyai hayat Allah, di pihak lain, kita bersekutu dengan Allah. Aspek persekutuan horisontal bergantung pada aspek persekutuan vertikal. Satu Yohanes pasal 1 menunjukkan bahwa kita terlebih dulu memiliki persekutuan dengan Bapa dan Putra, kemudian baru memiliki persekutuan seorang dengan yang lain. Bila persekutuan dengan Bapa dan Putra bermasalah, kita tidak dapat memiliki persekutuan dengan yang lain.
Sama seperti aliran listrik dalam bola lampu, di satu pihak aliran listrik tersebut membuat bola lampu bersekutu dengan pembangkit listrik, di pihak lain membuat bola lampu itu juga bersekutu dengan semua bola lampu di seluruh kota. Bila salah satu bola lampu putus hubungan dengan pembangkit listrik, ia akan putus hubungan dengan bola lampu di rumah ini dan dengan bola lampu di seluruh kota.
Begitu juga dengan seorang yang mempunyai hayat Tuhan, kalau persekutuannya dengan Tuhan putus, maka putus pula persekutuannya dengan semua orang yang mempunyai hayat Tuhan. Meskipun Anda dan saya sama-sama telah mempunyai hayat Tuhan, tetapi kalau salah satu dari kita putus hubungan dengan Tuhan, maka Anda dan saya tidak bisa bersekutu. Jadi, persekutuan dengan saudara saudari seiman sangat bergantung pada persekutuan kita dengan Bapa dan Putra.

Persekutuan Vertikal dan Persekutuan Horisontal (2)
1 Yoh. 1:3; 1 Kor. 12:28; Kis. 2:41-42

Satu Yohanes 1:3a, “Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami.” Di sini Rasul Yohanes berkata bahwa mereka memberitakan kepada kita hayat kekal, supaya kita beroleh persekutuan dengan mereka. Mereka adalah rasul, yang mewakili gereja (1 Kor. 12:28). Gereja terbentuk dari semua orang yang memiliki hayat Allah. Sebab itu, hayat Allah yang kekal menyebabkan kita bersekutu dengan rasul-rasul, bersekutu dengan gereja, dan dengan semua orang yang mempunyai hayat Allah.
Mazmur 133 mengatakan, “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”
Aliran minyak ini hanya satu, yaitu Allah sendiri sebagai Roh itu. Dari mazmur ini kita melihat bahwa aliran minyak itu meleleh dari atas kepala ke janggut, dst. Aliran minyak ini bukan langsung membasahi tubuh. Dengan kata lain, pengurapan Tuhan bukan teralir langsung pada anggota-anggota Tubuh, namun pada Kristus, sang Kepala. Itulah sebabnya kita perlu memiliki persekutuan dnegan Kristus, sang Kepala, dan juga dengan saudara saudari seiman, barulah kita dapat menikmati aliran minyak ini. Kita perlu bersikap seperti kaum beriman di dalam kitab Kisah Para Rasul. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan (Kis. 2:42). Ini berarti mereka tidak henti-hentinya bersekutu dengan semua orang yang percaya. Saudara saudari, begitu beroleh selamat, maka kita termasuk salah satu anggota Tubuh Kristus. Karena di atas tubuh Kristus ini ada pengurapan, dengan sendirinya setiap anggota tubuh ini juga berbagian dalam pengurapan.
Itulah sebabnya, 1 Yohanes 2:27 mengatakan bahwa di dalam kita tetap ada pengurapan. Tanggung jawab kita adalah tetap tinggal dalam pengurapan ini, yang dengan sendirinya membuat kita terpelihara dalam persekutuan.

20 April 2005

1&2&3 Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Rabu

Persekutuan Ilahi (1)
1 Yohanes 1:3a
“Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh persekutuan dengan kami.”

Persekutuan berasal dari hayat Allah. Hayat Allah pada mulanya hanya ada di dalam Allah, tetapi hayat ini sekarang telah mengalir dari Allah, masuk ke dalam jutaan orang kudus, termasuk kita. Hal ini seperti aliran listrik yang mengalir ke luar dari pembangkit tenaga listrik ke dalam jutaan bola lampu, dan membuat setiap bola lampu bersinar. Jadi, persekutuan hayat adalah hayat Allah masuk ke dalam kita, supaya kita dengan Allah serta setiap orang yang mempunyai hayat Allah, mempunyai komunikasi hayat.
Setiap macam hayat bisa bersekutu, juga memiliki kebutuhan bersekutu. Lagi pula hayat yang lebih tinggi, kemampuan bersekutunya juga lebih besar, sehingga kebutuhannya untuk bersekutu juga lebih dalam.
Hayat Allah adalah hayat yang paling tinggi, sebab itu, kemampuan bersekutunya juga paling besar dan kebutuhan bersekutunya paling dalam. Hayat Allah di dalam kita membuat kita sangat damba bersekutu baik dengan Allah maupun dengan anak-anak Allah yang lain dan persekutuan ini adalah persekutuan yang paling tinggi di alam semesta.
Saudara-saudari, kiranya kita menyadari, bahwa sebagai orang Kristen, kita bisa memiliki persekutuan yang tertinggi di alam semesta, yaitu bersekutu dengan Allah sendiri dan dengan setiap orang yang memiliki hayat Allah! Oh, marilah kita memenuhi kebutuhan hayat Allah di dalam kita dengan menyediakan lebih banyak waktu untuk bersekutu.

Persekutuan Ilahi (2)
1 Yoh. 1:3

Persekutuan ilahi adalah aliran hayat kekal dalam semua orang beriman yang telah sama-sama menerima dan mendapatkan hayat ilahi. Hal ini digambarkan dengan aliran air hayat dalam Yerusalem Baru (Why. 22:1). Semua orang beriman sejati pasti ada di dalam persekutuan ini (Kis. 2:42).
Dalam persekutuan ilahi inilah kita, kaum beriman, berbagian dalam segala apa adanya Bapa dan Anak dan segala sesuatu yang dilakukan oleh Bapa dan Anak bagi kita, yaitu menikmati kasih Bapa dan kasih karunia Anak melalui persekutuan Roh itu (2 Kor. 13:13). Persekutuan semacam itu, pertama-tama adalah bagian para rasul dalam kenikmatan mereka atas Bapa dan Anak melalui Roh itu, karena itu dalam Kisah Para Rasul 2:42, persekutuan ini disebut “persekutuan rasul-rasul.”
Kata Yunani untuk persekutuan adalah koinonia, yang berarti partisipasi bersama, saling menikmati. Jadi, persekutuan menunjukkan penanggalan kepentingan pribadi dan penyatuan dengan orang lain untuk satu tujuan bersama.
Ketika kita menikmati Allah Tritunggal di dalam persekutuan ilahi, kita akan dibawa ke dalam suatu situasi di mana secara spontan kita bersatu dengan para rasul dan Allah Tritunggal untuk mencapai tujuan bersama. Allah memiliki satu tujuan, dan para rasul mengerjakan tujuan Allah. Ketika kita mengambil bagian dalam persekutuan para rasul, berarti kita juga sedang mengerjakan tujuan Allah.
Tujuan yang ingin Allah capai melalui para rasul dan juga melalui kita adalah, pertama, agar hayat ilahi di dalam kaum beriman bertumbuh melalui tinggal di dalam Allah Tritunggal (1 Yoh. 2:12-27). Dengan demikian, kaum beriman bisa menempuh hidup bercirikan kebenaran ilahi dan kasih ilahi (2:28-5:3) untuk mengalahkan dunia, maut, dosa, Iblis, dan berhala (5:4-21). Kedua, agar gereja-gereja lokal terbangun sebagai kaki pelita untuk kesaksian Yesus (Why. 1:3), yang akan rampung sempurna dalam Yerusalem Baru sebagai ekspresi penuh Allah Tritunggal sampai selama-lamanya (Why. 21-22).

19 April 2005

1&2&3 Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Selasa

Hayat Kekal
1 Yohanes 1:2
“Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami.”

Kata “hayat (kehidupan)” dalam ayat 2 ini adalah sinonim dengan frase “Firman hayat” dalam ayat 1. Baik hayat maupun Firman hayat mengacu kepada Persona Kristus, yang ada bersama dengan Bapa dalam kekekalan dan dinyatakan atau dimanifestasikan dalam waktu melalui inkarnasi, yang telah dilihat dan disaksikan oleh para rasul, dan diberitakan kepada kaum beriman.
Haleluya! Hayat itu telah dimanifestasikan dan hayat itu adalah hayat kekal. Kata “kekal” di sini bukan hanya mengacu kepada tenggang waktu yang selama-lamanya, tanpa akhir, tetapi juga mengacu kepada kualitas yang mutlak sempurna dan lengkap, tanpa kekurangan atau cacat. Inilah hayat kekal yang diberitakan oleh para rasul. Hayat kekal ini adalah hayat Allah sendiri, juga adalah persona Anak Allah (1 Yoh. 5:12). Hayat kekal ini adalah hayat yang tidak dapat binasa (Ibr. 7:16). Tidak ada sesuatu pun yang bisa merusak atau menghancurkan hayat ini. Ini adalah hayat yang tanpa akhir, yang kekal, ilahi, yang bukan ciptaan, hayat kebangkitan yang telah melewati ujian maut dan alam maut (Kis. 2:24; Why. 1:18). Hayat kekal sedemikian ini dijanjikan Allah untuk kita. Satu Yohanes 2:25 mengatakan, “Dan inilah janji yang telah dijanjikan-Nya sendiri kepada kita, yaitu hidup (hayat) yang kekal.”
Marilah kita mengapresiasi hayat kekal yang kita miliki! Semoga melalui Surat Yohanes ini pengalaman dan kenikmatan kita atas hayat kekal ini semakin kaya.

Kemampuan Hayat Kekal

1 Yoh. 3:9

Betapa luar biasa kemampuan hayat (kehidupan) kekal yang Tuhan karuniakan kepada kita. Salah satu kemampuan dari hayat kekal adalah membuat kita bisa mengatasi perbuatan dosa. Satu Yohanes 3:9 mengatakan, “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah.”
Mengapa orang yang telah dilahirkan oleh Allah bisa tidak berbuat dosa? Karena di dalam dia ada benih ilahi. Benih ilahi dalam ayat ini adalah hayat Allah, yang telah kita terima ketika kita dilahirkan oleh Allah. Saudara-saudari, adakah pergumulan yang sulit diselesaikan? Adakah dosa yang tidak bisa kita tanggulangi sendiri? Kita harus ingat bahwa benih ilahi, hayat kekal Allah, yang ada di dalam kita mampu mengatasinya; entah itu dosa dalam daging, dalam pikiran, dalam watak, atau dosa karena tidak bisa melakukan kehendak Allah, tidak bisa mempersembahkan diri, tidak bisa mengaku dosa, dan lain sebagainya. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, sebab Ia telah memberikan diri-Nya sendiri yang penuh kemenangan, yang telah mengalahkan maut (Rm. 5:17), sebagai hayat kekal di dalam kita.
Ada seorang istri Kristen yang memiliki temperamen pemarah dan terbiasa hidup dengan temperamen bawaannya. Suami, anak, dan pembantu rumah tangganya, semuanya takut kepadanya. Sampai pada suatu hari ia mulai mengalami, menikmati, dan hidup bersandarkan hayat kekal yang penuh kemenangan ini. Suatu ketika, ia mendapati suaminya secara tidak sengaja memecahkan lampu kristal yang sedang dipasangnya. Semua menyangka bahwa sang istri akan meledak amarahnya, tetapi reaksi sang istri tidak seperti yang mereka bayangkan. Dengan tenang sang istri berkata kepada suaminya, “Lampunya telah hancur, mari kita menyapu dan membuangnya.” Suaminya sangat heran, biasanya jika ada gelas atau piring pecah pasti amarahnya meledak. Melihat keadaan yang luar biasa ini suaminya bertanya, “Apakah ia sedang sakit?” Dia menjawab, “Aku tidak sakit, Allahlah yang telah menyingkirkan manusia lamaku.” Terpujilah Tuhan atas hayat kekal yang mampu menyelamatkan kita. Amin!

18 April 2005

1&2&3 Yohanes Volume 1 - Minggu 1 Senin

Pendahuluan
1 Yohanes 1:1
“Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”

Dalam 1 Yohanes 1:1-4 terdapat dua kata kunci, yaitu hayat kekal dan persekutuan ilahi. Dalam ayat 3, Yohanes mengatakan bahwa para rasul memberitakan hayat (kehidupan) kekal kepada kita supaya kita beroleh persekutuan dengan mereka. Hal ini berarti hayat kekal yang kita terima menghasilkan persekutuan.
Hayat kekal ini tidak lain adalah Persona Tuhan kita, yaitu Dia yang sejak kekekalan ada bersama dengan Allah Bapa (Yoh. 1:1), datang ke dunia sebagai manusia yang sejati (Yoh. 1:14). Ia benar-benar telah berinkarnasi. Para rasul bersaksi bahwa mereka telah mendengar Dia, telah melihat Dia dengan mata mereka sendiri, telah menyaksikan Dia, dan telah meraba Dia dengan tangan mereka sendiri. Jadi, hayat kekal yang kita dapatkan bukanlah suatu ilusi atau suatu tafsiran belaka, tetapi adalah seorang Persona yang riil dalam tubuh daging. Persona yang ajaib inilah yang menjadi dasar dari persekutuan ilahi. Tidak akan ada persekutuan yang sejati di antara mereka yang memiliki pandangan salah mengenai Dia.
Ketika kita menerima Tuhan sebagai Juruselamat, mulai saat itu, kita memiliki-Nya sebagai hayat kekal di dalam batin kita. Dan hasilnya adalah membuat kita berbagian dalam persekutuan ilahi. Persekutuan ilahi ini merupakan kenikmatan yang sejati atas hayat kekal. Jadi, dengan lain kata, jika kita ingin mengalami dan menikmati hayat kekal, kita perlu menaruh perhatian kepada persekutuan ilahi ini. Syukur pada Tuhan, kita berbagian dalam persekutuan ilahi ini.

Latar Belakang Surat 1 Yohanes
1 Yohanes 1:1-2:11

Mendekati akhir abad pertama, ketika Rasul Yohanes menulis kitab Injil, Surat kiriman, dan kitab Wahyu, sudah ada ajaran sesat mengenai persona Kristus, yang dikenal sebagai aliran Gnostisisme. Beberapa orang di antara mereka mengatakan bahwa segala benda adalah jahat, karena itu manusia Yesus tidak mungkin adalah Allah. Yang lain mengatakan bahwa Kristus adalah Allah, tetapi bukan manusia; ada juga yang mengatakan bahwa Kristus adalah manusia, tetapi bukan Allah; sebagian di antara mereka menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus. Karena situasi sedemikianlah maka Yohanes berbeban untuk menulis mengenai persona Kristus guna mendebat ajaran sesat tersebut dan menjaga agar anak-anak Allah tidak disesatkan.
Yohanes menyadari bahwa kaum Gnostis ini bukanlah orang-orang Kristen sejati, maka dia memperingatkan para pembacanya untuk melawan mereka melalui menunjukkan bahwa mereka yang mengajarkan ajaran sesat ini tidak memiliki ciri-ciri sebagai anak-anak Allah yang sejati. Saudara-saudari, kita adalah anak-anak Allah. Menurut Yohanes, seseorang itu hanya memiliki dua pilihan, sebagai anak Allah atau bukan. Tidak ada yang di tengah-tengah. Sebab itulah, dalam surat Yohanes terdapat kata-kata yang kontras, seperti terang dan gelap, kasih dan benci (1 Yoh. 2:9-10), kebenaran dan dusta (1 Yoh. 1:6), hidup dan maut (1 Yoh. 3:14), Allah dan Iblis (1 Yoh. 3:10).
Ketika seseorang menjadi anak Allah, dia menerima hayat (kehidupan) Allah - hayat kekal. Semua orang yang mempunyai hayat ini memiliki ciri-ciri yang nyata. Sebagai contoh, mereka hidup di dalam terang, karena Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan. Jika kita hidup di dalam terang, kita pasti memiliki persekutuan yang normal dengan Allah dan juga saudara-saudari seiman. Dengan demikian, kita bukan hanya mengenal Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, kita juga mengasihi-Nya, dan mengasihi anak-anak Allah. Selain itu, kita pasti juga tidak terus berbuat dosa.

16 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 4 Sabtu

Tulisan-Tulisan Paulus
2 Petrus 3:16
"...Dalam surat-suratnya (Paulus) itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya, memutarbalikkannya."

Dalam ayat 15-16 Petrus memberikan rekomendasi sekaligus satu peringatan untuk tidak memutarbalikkan Kitab Suci. Kita tidak seharusnya memutarbalikkan tulisan-tulisan Rasul Paulus atau tulisan-tulisan Rasul Petrus, karena keduanya adalah bagian dari Kitab Suci Perjanjian Baru. Orang yang memutarbalikkan Kitab Suci akan menderita kebinasaan.
Karena penangkal racun yang Petrus pakai sebagai suntikan untuk melawan ajaran-ajaran bidah dari kemurtadan adalah firman kudus yang diucapkan oleh para nabi Perjanjian Lama dan para rasul Perjanjian Baru, maka dia tidak dapat menghilangkan tulisan-tulisan Rasul Paulus, yang merupakan bagian terbesar dari pengajaran para rasul yang menyusun Perjanjian Baru. Dalam kedua suratnya, yang juga adalah bagian dari pengajaran para rasul dan unsur penyusun Perjanjian Baru, Petrus berulang-ulang menyebutkan para nabi Perjanjian Lama dan para rasul Perjanjian Baru (1 Ptr. 1:10-12; 2 Ptr. 1:12-21; 3: 2).
Kini Petrus dengan jelas sekali menyebut Rasul Paulus, mengatakan bahwa Paulus dalam semua tulisannya juga membicarakan hal-hal yang dibicarakan oleh Petrus walaupun, di antaranya ada yang sulit dipahami. Tetapi jika kita memutarbalikkan tulisan-tulisan Paulus, hal itu sama dengan memutarbalikkan Kitab Suci, seperti yang dilakukan oleh para bidah, yang hasilnya adalah mendatangkan kebinasaan bagi diri sendiri, yaitu dihakimi oleh Tuhan pada kedatangan-Nya kembali. Ini adalah peringatan yang serius, baik bagi kaum beriman maupun bagi para bidah yang murtad.

Bertumbuh Dalam Kasih Karunia Dan Pengenalan Akan Tuhan
2 Ptr. 3:15-18

Petrus menyinggung tulisan-tulisan Paulus untuk memperkuat tulisan-tulisannya sendiri, terutama tentang "Penghakiman pemerintahan dan penghakiman pendisiplinan atas kaum beriman." Paulus dengan kuat dan berulang-ulang menekankan masalah ini dalam tulisan-tulisannya (1 Kor. 11:30-32; Ibr. 12:5-11; 2:3, 4:1; 6:8; 10:27-31, 39; 12:29; 1 Kor. 3:13-15; 4:4-5; 2 Kor. 5:10; Rm. 14: 10).
Betapa indah dan unggulnya rekomendasi ini! Walaupun orang-orang Korintus mencoba memisahkan Petrus dari Paulus menurut kesukaan mereka yang bergolong-golongan (1 Kor. 1:11-12), Petrus malah memuji Paulus dengan berkata bahwa Paulus, sama seperti dia, mengajarkan "perkara-perkara ini", dan bahwa tulisan-tulisan Paulus tidak seharusnya diputarbalikkan, tetapi harus dipandang penting seperti "tulisan-tulisan yang lain" dalam Kitab Suci dan seharusnya menerima penghargaan yang sama dengan Perjanjian Lama.
Dua Petrus 3:17 dan 18 adalah penutup Surat ini. Dalam ayat 17, Petrus menyuruh kita waspada, karena perkara kemurtadan dan pengajaran-pengajaran bidah dapat menyeret kita ke dalam kebinasaan dengan memutarbalikkan tulisan-tulisan para rasul atau Kitab Suci. Petrus khawatir kaum saleh kehilangan pegangan mereka yang teguh.
Dalam ayat 18 Petrus menyimpulkan, "Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia (anugerah) dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya." Kata "bertumbuh" menunjukkan bahwa apa yang ditulis Petrus dalam kedua suratnya adalah perkara hayat. Bertumbuh dalam kasih karunia adalah bertumbuh karena suplai yang limpah lengkap dari hayat kekal yang disediakan oleh kuasa ilahi (1:3-4); bertumbuh dalam pengenalan akan Tuhan adalah bertumbuh karena pengenalan akan apa adanya Kristus. Inilah bertumbuh oleh karena menikmati kasih karunia dan mengenal kebenaran (Yoh. 1:14, 17).

15 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 4 Jumat

Berusaha Didapatkan Dalam Perdamaian
2 Petrus 3:14
"... sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia."

Didapati di hadapan Tuhan dalam perdamaian adalah didapati benar, betul, tidak bermasalah di mata-Nya, baik dengan Allah maupun dengan manusia, pada kedatangan-Nya. Perdamaian adalah buah kebenaran. Yesaya 32:17 berkata, "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya."
Karena kitab ini menekankan kebenaran untuk penanggulangan pemerintahan Allah, maka kitab ini menyuruh kaum beriman yang berjalan di jalan kebenaran (2:21), menuntut hidup dalam perdamaian dengan semua orang. Matius 5:9 juga berkata," Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah." Iblis, sang pemberontak, adalah provokator dari segala pemberontakan. Anak-anak Iblis selalu membuat pertengkaran dan keributan, tetapi anak-anak Allah membawa damai, berusaha " hidup damai dengan semua orang " (Ibr 12:14), dan mempersiapkan diri bagi kedatangan Tuhan yang disertai dengan penghakiman-Nya.
Lagi pula Bapa kita adalah Allah sumber damai sejahtera (Rm. 15:33, 16:20), yang memiliki hayat dan sifat damai. Sebagai orang-orang yang telah dilahirkan oleh-Nya, maka kita perlu berperilaku berdasarkan hayat dan sifat ilahi-Nya (1:4) yang penuh dengan damai. Dalam 3:14 Petrus menasihati kita untuk didapatkan oleh Tuhan di dalam perdamaian "tidak bercacat dan tidak bernoda" dihadapan-Nya, seperti Tuhan sendiri, Sang Anak Domba yang tak bercacat dan tak bernoda (1 Ptr. 1:19).

Kesabaran Tuhan
2 Ptr. 3:15-16

Petrus mengatakan dalam 3:15 "Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh keselamatan, seperti yang telah dituliskan kepada kamu oleh Paulus, saudara kita yang terkasih,…"
Kesabaran Tuhan dalam menunda janji-Nya seharusnya dianggap sebagai diperpanjangnya kesempatan bagi kaum beriman untuk bertobat kepada keselamatan. Ketika kita mempertimbangkan berbagai macam kejahatan manusia, seringkali kita heran bagaimana Tuhan dapat membiarkannya lebih lama. Kesabaran-Nya sungguh luar biasa. Tetapi kesabaran-Nya tentu beralasan. Ia tidak ingin melihat kematian orang-orang yang tetap berada dalam kejahatan. Allah damba melihat orang-orang berpaling dari kejahatan mereka dan diselamatkan.
Para pengejek menganggap kesabaran Allah terhadap kaum beriman sebagai penundaan, kelambatan, kekendoran (ay. 9). Ini adalah penyimpangan mereka terhadap firman Tuhan yang diucapkan oleh para nabi dalam Kitab Suci dan oleh para rasul dalam pengajaran-pengajaran mereka. Karena itu, Petrus menyuruh kaum beriman untuk menganggap kesabaran Tuhan sebagai kesempatan untuk beroleh selamat, dan bukannya penundaan, tidak memutarbalikkan nubuat-nubuat para nabi atau pengajaran-pengajaran para rasul (termasuk pengajaran Petrus dan pengajaran Paulus), agar mereka tidak dihukum pada waktu kedatangan Tuhan kelak, seperti yang akan terjadi pada para bidah.
Bukan hanya Petrus sebagai salah satu dari para rasul yang mengajar dengan pembuktian nubuat-nubuat para nabi bahwa kesabaran Tuhan seharusnya dianggap sebagai kesempatan untuk beroleh keselamatan dan bukannya penundaan; Paulus, sebagai salah satu rasul yang lain, berdasarkan perkataan nubuat Perjanjian Lama, juga mengajarkan hal yang sama dalam tulisan-tulisannya.
Dalam Roma 2:4 Paulus juga berkata, "Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?"

14 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 4 Kamis

Menanti Dan Mempercepat Kedatangan Tuhan
2 Petrus 3:12
"Yaitu kamu yang menantikan dan mempercepat kedatangan hari Allah. Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya."

Semakin kita mencari (menantikan) kerajaan dengan berjerih lelah untuk menggarap bagian iman kita hingga bertumbuh dalam hayat, semakin kita mempercepat kedatangan hari Tuhan. Tentu saja kecepatan kedatangan-Nya tidak tergantung kecepatan kita bertumbuh. Tetapi, dalam satu pengertian, kita boleh mengatakan, jika kita tidak mencari dan tidak bertumbuh, kedatangan-Nya tertunda. Tidak ada masalah di pihak-Nya; masalahnya adalah di pihak kita. Tuhan Yesus akan bahagia jika kita bertumbuh dengan cepat. Dia siap, tetapi kita tidak siap. Kita mungkin bergairah dalam pekerjaan misi, organisasi gereja dan pengajaran-pengajaran Alkitab. Kita mungkin adalah orang-orang yang mencari kuasa, mujizat, dan kesembuhan, tetapi seberapa banyak pertumbuhan hayat kita? Apakah kita adalah orang-orang yang memperhatikan pertumbuhan benih hayat (1 Ptr. 1:23) di dalam kita dengan terus menggarap bagian iman kita? Apakah kita menuntut tranformasi (2 Kor. 3:18, Rm. 12:2) agar diubah serupa gambar Putra Sulung Allah (Rm. 8:29)?
Kiranya Tuhan merahmati dengan mengaruniakan kepada kita pertumbuhan hayat bagi kedatangan-Nya kali kedua. Bagaimana kita dapat mempercepat kedatangan-Nya? Dengan menjadi saleh dan memiliki realitas ibadah yang adalah hasil perkembangan hayat Allah yang di dalam. Semakin kita mengembangkan hayat batiniah, semakin kita menjadi saleh. Semakin banyak ibadah yang kita ekspresikan, semakin kita akan mempercepat kedatangan Tuhan.

Langit Baru Dan Bumi Baru

2 Ptr. 3:13

Dalam 3:13, "Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran." Karena Surat ini membahas pemerintahan Allah, akhirnya Surat ini mengatakan kepada kita bahwa akan ada satu alam semesta yang baru tempat kebenaran akan berhuni. Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu sepenuhnya akan berada di bawah pemerintahan Allah. Tidak akan ada yang salah; tidak akan ada yang tidak adil atau tidak benar. Dengan demikian, tidak akan perlu ada suatu penghakiman pemerintahan Allah lagi.
Setelah semua benda materi dilenyapkan, janji Allah yang adalah perkataan kekal-Nya akan tetap ada bagi umat tebusan-Nya sebagai sandaran dan pijakan mereka. Kita tidak seharusnya menaruh pengharapan kita pada unsur-unsur yang kelihatan, tetapi pada apa yang dijanjikan firman Allah mengenai nasib kita, yaitu langit baru dan bumi baru, yang belum pernah kita lihat. Langit baru dan bumi baru adalah langit lama dan bumi lama yang diperbarui dan diubah melalui pembakaran api penghakiman Allah, sama seperti manusia baru adalah manusia lama kita yang diperbarui dan diubah (Kol. 3:9-10; 2 Kor. 3:18).
Kebenaran adalah faktor utama yang menjadi dasar pelaksanaan penghakiman pemerintahan Allah atas semua makhluk dalam ciptaan lama-Nya. Karena itu, dalam kedua kitab tentang pemerintahan Allah ini, kebenaran ditekankan berulang-ulang (1 Ptr. 2:23-24; 3:12, 14; 4:18; 2 Ptr. 1:1; 2:5, 7-8, 21; 3:13). Perkara utama yang terlihat dalam tulisan-tulisan Yohanes adalah kasih Allah yang terekspresikan dalam hayat Allah; dalam tulisan-tulisan Paulus, terutama terlihat kasih karunia (anugerah) Allah, yang dibagi-bagikan dalam ekonomi-Nya (rencana-Nya); dan dalam tulisan-tulisan Petrus, terutama terlihat kebenaran Allah, dalam pemerintahan-Nya. Hayat ilahi, ekonomi (rencana) Allah, dan pemerintahan Allah adalah struktur dasar dari ministri ketiga rasul ini. Kebenaran ini akan tinggal dalam langit baru dan bumi baru, menjenuhi alam semesta Allah yang baru, dengan demikian tidak perlu ada penghakiman lagi.

13 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 4 Rabu

Dahsyatnya Hari Tuhan!
2 Petrus 3:10
"Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap."

Selanjutnya ayat 10 mengatakan, "Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri." Perkataan Petrus tentang hari Tuhan juga adalah satu peringatan. Dalam Perjanjian Baru, hari Tuhan kebanyakan disebutkan berkenaan dengan penghakiman Tuhan (1 Kor. 1:8, 3:13, 5:5; 2 Kor. 1:14; 2 Tim. 4:8). Hari penghakiman Tuhan (1 Tes. 5:3-4) akan datang sebelum Kerajaan Seribu Tahun (Why. 18:1; 19:11; 20:4-6). Hari Tuhan yang dimaksud terutama berkenaan dengan penghakiman untuk pemerintahan Allah (1 Tes. 5:2).
Istilah "gemuruh yang dahsyat" adalah suara menderu-deru, atau suara ribut. Ini mungkin adalah perubahan besar dalam alam semesta dari yang lama menjadi yang baru. "Unsur-unsur dunia" di sini adalah unsur-unsur materi penyusun langit.
Kita dapat membandingkan kata "hangus" dan "hilang lenyap" dengan "gulungkan mereka" dan "diubah" dalam Ibrani 1:12, "lenyaplah" dan "tidak ditemukan lagi tempatnya" dalam Wahyu 20:11, dan "telah berlalu" dalam Wahyu 21:1.
Petrus dalam potongan ayat ini mengingatkan kita dengan sungguh-sungguh, betapa seriusnya hari penghakiman Tuhan itu. Apabila semua hal lancar, maka kita tidak memiliki perasaan bahwa peringatan Petrus sangat serius. Tetapi tragedi dari gelombang tsunami yang terjadi 26 Desember 2004 bisa memberi kita gambaran betapa seriusnya yang akan terjadi pada hari itu. Semoga kita bisa disadarkan oleh peringatan Petrus dan menempuh hidup yang berjaga-jaga.


Cara Hidup Kita Harus Suci Dan Saleh
2 Ptr. 3:11

Pembakaran dengan api yang besar untuk melenyapkan langit dan bumi adalah prosedur yang Allah gunakan untuk menggulung langit dan bumi dan melenyapkannya sehingga dapat diubah dari yang lama menjadi yang baru (2 Ptr. 3:13; Why. 21:1). Ini adalah penanggulangan Allah yang terakhir terhadap ciptaan-Nya dalam pemerintahan-Nya. Dalam penanggulangan yang terakhir ini, segala benda materi akan berlalu, hanya perkataan kekal-Nya yang akan tinggal selamanya (Mat. 24:35; 1 Ptr. 1:25). Tidak peduli bagaimana alam semesta yang material akan berubah, perkataan nubuat-Nya akan tetap dan bahkan digenapkan pada waktu yang sudah ditetapkan-Nya bagi perampungan kehendak kekal-Nya.
Ayat 11 selanjutnya berkata, "Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian, betapa suci dan salehnya kamu harus hidup." Segala sesuatu, baik di langit maupun di bumi, telah dicemarkan oleh pemberontakan Iblis dan kejatuhan manusia. Walaupun segala sesuatu, di bumi atau di langit telah didamaikan kepada Allah melalui Kristus dengan darah-Nya (Kol. 1:20), bahkan hal-hal surgawi pun telah disucikan dengan darah Kristus (Ibr. 9:23), tetapi dalam penanggulangan pemerintahan Allah mereka masih perlu dibersihkan melalui dibakar dengan api, supaya mereka menjadi baru dalam sifat dan penampilan luaran di dalam alam semesta Allah yang baru (2 Ptr. 3:13).
Jadi, sebagai anak-anak Allah yang kudus, bagaimana kita harus berperilaku agar memiliki hidup yang kudus dan ibadah? Dua Petrus 1:3 mengatakan, "Karena kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib."
Sungguh sangat ajaib, kuasa ilahi telah menyuplai kita dengan segala sesuatu yang diperlukan untuk menempuh hidup yang kudus dan ibadah (1:3).

12 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 4 Selasa

Seribu Tahun Seperti Satu Hari
2 Petrus 3:8
"Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari."

Secara harfiah, dalam bahasa Yunani istilah "tidak boleh kamu lupakan" berarti "tidak boleh tersembunyi bagimu", atau "tidak boleh dibiarkan lepas dari perhatianmu". Petrus mengatakan bahwa di hadapan Tuhan, seribu tahun sama seperti satu hari. Ini seperti yang dikatakan Mazmur 90:4, "Sebab di mata-Mu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila berlalu, atau seperti suatu giliran jaga di waktu malam." Bagi Tuhan Allah Sang Kekal, seribu tahun terhitung singkat. Jadi, untuk penggenapan firman-Nya, terutama janji-janji-Nya, yang penting bukanlah waktu tetapi fakta. Apa pun yang telah Ia janjikan, cepat atau lambat akan menjadi fakta. Kita tidak seharusnya terusik oleh perasaan tertunda menurut perhitungan waktu kita.
Ayat 9 mengatakan, "Tuhan tidak lambat menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelambatan, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." Hal ini menunjukkan bahwa kesabaran-Nya adalah agar kita bisa berbalik dan bertobat serta terus berlari mengejar pertumbuhan dan kematangan di dalam hayat. Tetapi para pengejek justru menuruti hawa nafsu, berfoya-foya pada siang hari, mabuk, mata mereka penuh nafsu zinah, serakah, tidak pernah jemu berbuat dosa. Demikianlah mereka mencemarkan diri, menghina pemerintahan Allah, menghujat apa yang tidak mereka ketahui. Marilah kita semua segera bertobat.

Tuhan Tidak Lambat Menepati Janji-Nya
2 Ptr. 3:9

Dalam ayat 9 Petrus mengatakan bahwa Tuhan sabar terhadap kita. Hati Tuhan bukan tertuju pada waktu penggenapan janji-Nya melainkan pada umat-Nya. Jika Tuhan mempersingkat waktu-Nya, mungkin kita semua akan binasa. Kita perlu bersyukur karena kita adalah buah hati-Nya, milik-Nya yang khusus, juga harta pusaka-Nya (1 Ptr. 2:9; Tit. 2:14), sehingga Ia tidak menginginkan seorang pun dari kita, dihukum oleh penghakiman pemerintahan Allah. Sebaliknya ada sejangka waktu yang panjang bagi kita untuk bertobat, agar kita bisa terhindar dari hukuman-Nya.
Kata "binasa" dalam ayat 9 berarti dimusnahkan. Karena "kamu" dalam ayat ini mengacu kepada kaum beriman dalam Kristus, maka "binasa" di sini bukan mengacu kepada kebinasaan kekal dari orang-orang yang tidak percaya, melainkan mengacu kepada hukuman pendisiplinan pemerintahan Allah terhadap orang-orang beriman (1 Ptr. 4:17-18; baca 1 Tes. 5:3, 8). Kata "semua orang" juga mengacu kepada kaum beriman. Selanjutnya, kata "bertobat" di sini adalah bertobat kepada keselamatan (2 Ptr. 3:15), yaitu bertobat karena tidak berjaga-jaga menyambut hari kedatangan Tuhan (ay. 10) dan tidak menempuh hidup yang kudus dan ibadah (ay. 11).
Jika Tuhan Yesus datang kembali, Dia bukan hanya akan menghakimi hal-hal yang negatif, tetapi juga akan menerima mempelai perempuan-Nya. Ini berarti Dia akan datang sebagai Hakim dan sebagai Mempelai Laki-laki. Jadi, agar Tuhan datang sebagai Mempelai Laki-laki, mempelai perempuan harus disiapkan untuk Dia. Mempelai perempuan dapat disiapkan hanya melalui pertumbuhan dalam hayat, dan ini memerlukan waktu. Hayat yang lebih tinggi memerlukan lebih banyak waktu untuk berkembang daripada hayat yang lebih rendah. Makin tinggi suatu hayat, makin lama pertumbuhannya. Inilah yang mungkin menyebabkan Tuhan Yesus belum bisa datang kembali sekarang. Kita tidak perlu terganggu atau terkejut karena suatu penundaan mengenai kedatangan Tuhan, juga jangan menyalahkan Tuhan. Sebaliknya, kita harus tekun mempersiapkan diri sendiri untuk bertemu dengan Dia. Kita juga harus melayankan hayat kepada orang lain sehingga mereka dapat bertumbuh dan disiapkan. Inilah jalan untuk mempercepat kedatangan Tuhan.

11 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 4 Senin


Menghidupkan Pengertian Yang Murni
2 Petrus 3:1
"Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan."

Di sini kita melihat bahwa tujuan Petrus adalah membuat kaum saleh kembali kepada pengertian yang murni akan firman Tuhan. Itulah sebabnya ia memberikan peringatan-peringatan.
Kemudian ayat 2 melanjutkan, "supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu." Petrus seolah-olah ingin menunjukkan bahwa kita bukan hanya memiliki perkataan nabi-nabi juga memiliki perkataan para rasul. Perkataan-perkataan ini bukan dihasilkan dari kemauan penulis itu sendiri, melainkan sepenuhnya oleh dorongan Roh. Petrus lebih mempertegas lagi bahwa perkataan para Rasul tersebut sebenarnya adalah perintah Tuhan dan Juruselamat kita. Para Rasul hanya sekedar menyampaikannya. Petrus menyampaikan hal ini untuk memastikan dan memperkuat tulisan-tulisannya sebagai pencegahan melawan pengajaran-pengajaran bidah dalam kemurtadan.
Terhadap perkataan Tuhan kita harus memiliki sikap seperti Musa. Musa menyadari sepenuhnya bahwa perkataan yang dia sampaikan adalah perkataan Allah sendiri, itulah sebabnya dia berpesan sungguh-sungguh kepada bangsa Israel agar memperhatikan, mengajarkan berulang-ulang, membicarakannya, mengikatnya sebagai tanda di tangan dan lambang di dahi bahkan menuliskannya pada tiang pintu rumah dan pada pintu gerbang (Ul. 6:6-9). Sikap seperti ini akan menyelamatkan kita dari ajaran bidah manapun.

Pengejek-Pengejek Pada Akhir Jaman
2 Ptr. 3:3-7

Hari-hari terakhir dalam ayat 3 mengacu kepada zaman ini (2 Tim. 3:1; Yud. 18). Periode ini dimulai dari akhir abad pertama, dan akan berlangsung sampai kedatangan Kristus kali kedua. Petrus mengatakan kepada kita bahwa pada hari-hari terakhir pengejek-pengejek akan datang. Ejekan-ejekan itu selain menunjukkan kemurtadan mereka, juga menunjukkan bahwa mereka menuruti hawa nafsu.
Janji kedatangan Tuhan telah diberikan kepada bapa-bapa leluhur kita oleh nabi-nabi yang kudus dalam Perjanjian Lama (Mzm. 72:6-17; 110:1-3; 118:26; Dan. 7:13-14; Za. 14:3-9; Mal. 4:1-3). Tetapi pengejek-pengejek mengatakan dengan nada mengejek, "Di manakah janji tentang kedatangan-Nya?" Pengejek-pengejek itu mengatakan, "Sebab sejak bapa-bapa leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia diciptakan" (ay. 4). Di ayat 5 dan 6, Petrus menjelaskan bahwa para pengejek yang bidah dengan "sengaja tidak mau tahu", jadi mereka mengabaikan catatan dalam Perjanjian Lama mengenai penghakiman Allah dengan air bah.
Janji mengenai kedatangan Tuhan (ay. 4) bukanlah mitos, tetapi adalah firman Allah. Para pengejek seharusnya tidak mengabaikan bahwa dengan firman Allah, langit dan bumi menjadi ada (Ibr. 11:3), dan dengan firman Allah pula, langit dan bumi disimpan untuk hari penghakiman dan pembinasaan orang-orang fasik (2 Ptr. 3:7). Maka para pengejek seharusnya diyakinkan bahwa dengan firman Allah, seluruh alam semesta materi ini, termasuk diri mereka sendiri, akan dihakimi oleh kedatangan Tuhan.
Saudara saudari, kita mungkin tidak seperti para pengejek itu, namun bagaimanakah sikap kita dalam melewati hari-hari pengembaraan kita sebagai musafir? Apakah kita melewati hari-hari pengembaraan kita dengan rasa takut? (1 Ptr. 1:17), apakah kita selalu berjaga-jaga dan berdoa? (Luk. 21:36), apakah kita hidup dalam kekudusan? (1 Ptr. 1:15) atau malahan kendur dan mencintai dunia yang nampaknya semakin maju serta penuh daya pikat? Kita harus ingat bahwa "langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik" ( 3:7).

09 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 3 Sabtu

Sejarah Penghakiman Allah
2 Petrus 2:9
“Maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari pencobaan dan tahu menyimpan orang-orang jahat untuk disiksa pada hari penghakiman.”

Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa, yaitu mereka yang telah memberontak kepada Allah (2:4; Kej. 6:1-4). Seperti halnya Allah menghukum mereka, demikian juga hukuman bagi orang-orang jahat yang telah menyesatkan umat Allah tidak akan terelakkan. Sekalipun penghakiman ilahi begitu serius, yaitu dengan mendatangkan air bah di jaman Nuh, tetapi Tuhan masih menyisakan Nuh, pemberita kebenaran (2:5). Tuhan juga menyelamatkan Lot ketika Dia menghakimi Sodom dan Gomora dengan api (2:6-8). Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Allah tahu bagaimana menyelamatkan umatnya yang saleh dari generasi ke generasi dan dalam situasi apa pun; dari pencobaan, ujian, dan penderitaan-penderitaan dalam hidup mereka di tengah-tengah orang yang tidak percaya, dan dari dunia yang jahat saat ini.
Tidak diragukan bahwa pada saat itu ada sebagian kaum beriman yang diresahkan oleh pekerjaan-pekerjaan yang jahat dari guru-guru palsu. Mereka pasti sering bertanya kepada Tuhan berapa lama situasi demikian akan terus dibiarkan. Di sini Petrus meyakinkan mereka bahwa sekalipun sepertinya pembebasan ilahi itu tidak tentu waktunya atau lama datangnya, hari itu akan datang. Sebab Allahlah yang mengendalikan segala sesuatunya. Saudara saudari, kita perlu meneguhkan hati kita dalam segala persoalan kita, sebab Tuhan akan menyelamatkan kita pada saat yang tepat.

Kejahatan Guru-Guru Palsu Dan Hukuman Mereka
2 Ptr. 2:10-22

Dalam penanggulangan pemerintahan Allah, guru-guru palsu secara khusus ditahan untuk hari penghakiman. Mereka menuruti daging, menyenangkan diri dalam pengumbaran hawa nafsu yang mencemarkan. Mereka hidup dalam kemewahan yang bobrok dan menghina pemerintahan Tuhan dengan memberontak terhadap kekuasaan Tuhan (ay. 10, 13-14, 18). Karena itu, Petrus mengatakan mereka menjadi seperti: (1) hewan yang tidak berakal (ay. 12). Mereka tidak peduli akan perihal rohani dengan menghujat apa yang tidak mereka ketahui. Juga tidak memiliki perasaan terhadap persoalan moral. Hati nurani mereka tumpul dan hidup hanya menuruti naluri alami mereka semata tanpa memperhatikan nilai moral. Nasib mereka adalah ditahan dan dibinasakan (Mzm. 49:12); (2) kotoran dan noda di antara kaum beriman yang merupakan harta mustika Allah (ay. 13). Para bidah mengumbar hawa nafsu mereka (ay. 14). Hal seperti ini tentu saja merusak tubuh, jiwa, dan roh mereka sehingga mereka menjadi noda dan cela; (3) Bileam, yang meninggalkan jalan yang lurus demi keuntungan yang tidak benar (ay. 15). Bileam adalah nabi yang tamak akan upah dari perbuatan kejahatan (Bil. 22:5, 7; Ul. 23:4; Neh. 13:2; Why. 2:14). Dia mencoba untuk membujuk bangsa Israel untuk mengikuti praktek-praktek amoral (Bil. 25:1-9; 31:16). Demikian juga, pengajar bidah ini ingin mendapatkan upah dari pengajaran mereka yang jahat; (4) mata air yang kering dan kabut yang dihalau topan (ay. 17-19). Mereka tidak memiliki kebenaran yang sejati, hanya janji-janji yang menipu dan mengecewakan. Mereka tidak memiliki hayat untuk memenuhi kebutuhan orang yang haus jiwanya; (5) anjing yang kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali ke kubangannya (ay. 20-22). Mereka tercemar luar dan dalam. Para pengajar palsu ini pada mulanya telah dilepaskan dari pencemaran dunia melalui pengenalan mereka akan Tuhan Yesus Kristus. Tetapi karena pengenalan ini hanya di kepala semata bukan di hati, mereka akhirnya jatuh kembali ke dalam kehidupan mereka yang lama (Mat. 13:20-21). Sebagai hasilnya, keadaan mereka lebih buruk dari sebelumnya (Mat. 12:45; Luk. 11:26).

08 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 3 Jumat

Guru-Guru Palsu (1)
2 Petrus 2:1
“ Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu...”

Seperti pada masa lampau, tidak semua pembicara firman Allah berbicara secara jujur, demikian juga yang terjadi di jaman ini. Di Perjanjian Lama, Bileam merupakan contoh nabi palsu (2:15), yang telah meracuni umat Allah.
Maka Petrus mengingatkan pembacanya bahwa sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di jaman ini akan ada guru-guru palsu yang menyusup di antara orang percaya. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. Guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dengan cerita-cerita isapan jempol.
Peringatan Petrus ini perlu kita perhatikan baik-baik. Di era globalisasi ini arus informasi mengalir begitu deras dan dikemas semakin indah dan menarik. Semua barang yang palsu bisa dibuat mirip aslinya, sehingga menipu orang yang tidak berpengalaman. Demikian pula dengan masalah pengajaran kebenaran, di jaman ini begitu banyak ajaran bidah yang mencoba menyusup masuk ke dalam gereja.
Saudara saudari, kita perlu menerima ajaran sehat dari para rasul, nabi, gembala, dan pengajar sehingga kita tidak diombang-ambingkan oleh berbagai angin pengajaran oleh permainan palsu manusia dalam kelicikannya yang menyesatkan (Ef. 4:11-14).

Guru-Guru Palsu (2)
2 Ptr. 2:1-3

Di dalam pasal 2:2-3 ada empat faktor dari guru-guru palsu, mengenai kegiatan dan pengaruh mereka. Pertama adalah motifnya. Motif mereka berasal dari keserakahan. Ayat 3 mengatakan, “Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu.” Bahkan ayat 14 menegaskan, “Hati mereka telah terlatih dalam keserakahan.” Mereka memiliki keinginan untuk merebut lebih dari yang seharusnya entah itu uang, barang, kekuasaan, nafsu seks. Mereka tidak lagi mempedulikan moralitas. Kedua, cara atau metode mereka adalah memperalat kita dengan cerita-cerita yang mereka buat. Ini seperti yang dikatakan ayat 3, “dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka.” Supaya cara jahat mereka efektif, mereka harus mencampurkan kebenaran dengan kepalsuan. Itulah sebabnya mereka memiliki kehidupan yang baik dari hasil penipuan mereka. Yudas 16b mengatakan, “Tetapi mulut mereka mengeluarkan perkataan-perkataan yang bukan-bukan dan mereka menjilat orang untuk mendapat keuntungan.”
Ketiga adalah dampaknya. Pengajaran yang palsu ini membuat “Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu, dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat” (ay. 2). Ini menghasilkan hal yang memalukan, yaitu hawa nafsu yang tidak terkekang. Hal ini membuat citra orang Kristen menjadi buruk di antara orang yang belum percaya dan Tuhan Yesus pun dihujat atau difitnah karenanya. Keempat, hasil akhir dari pengajaran palsu ini adalah penghukuman dan kebinasaan yang tidak dapat dielakkan (ay. 3). Petrus berkata, penghakiman atas mereka telah lama tersedia, dan kebinasaan tidak akan ditunda. Seperti Allah menghakimi nabi-nabi palsu di masa lampau, yaitu pada zaman dulu, yang diilustrasikan dalam ayat 4-9, demikian juga hari ini, Ia akan menghakimi guru-guru palsu. Penghakiman Allah telah lama tersedia (Yud. 4). Penghakiman ini akan menimpa guru-guru palsu, dan mereka akan dibinasakan (Norman Hillyer).

07 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 3 Kamis

Nubuat Bukan Tafsiran Manusia
2 Petrus 1 :20-21
“Yang terutama harus kamu ketahui, ialah bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”

Di sini kata “kehendak sendiri” mengacu kepada nabi yang bernubuat, atau penulis yang menulis nubuat. Ditafsirkan menurut kehendak sendiri berarti menjelaskan atau menerangkan menurut nabi atau penulis itu sendiri, bukan dari Allah melalui Roh Kudus. Pemikiran Petrus di sini ialah: tidak ada nubuat dalam Kitab Suci yang berasal dari konsep, opini, atau pengertian/pemikiran nabi atau penulis itu sendiri; tidak ada nubuat yang berasal dari sumber manusia. Ini dipastikan dan dijelaskan oleh ayat 21, “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”
Jadi dengan kata lain, firman adalah definisi, penjelasan, dan ekspresi Allah atau kita boleh juga mengatakan bahwa firman adalah Allah yang didefinisikan, dijelaskan, dan diekspresikan. Firman tidak terpisah dari Allah, itulah sebabnya Yohanes 1:1 mengatakan, “Firman adalah Allah.”
Alangkah berharganya firman Tuhan, ia adalah surat Allah bagi kita. Selain itu, firman Tuhan juga memberikan manfaat yang luar biasa. Dua Timotius 3:15-16 mengatakan, “... Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.”

Prinsip-Prinsip Menafsirkan Alkitab

Prinsip menafsirkan Alkitab: (1) Sedapat mungkin ditafsirkan secara harfiah. Kita harus memegang dengan kuat fakta bahwa ketika Tuhan memberikan inspirasi kepada manusia untuk menulis Alkitab, Dia menggunakan kata-kata yang sepenuhnya dimengerti oleh manusia. (2) Penafsiran kalimat, ayat, atau bagian yang sama, tidak boleh ditafsirkan sebagian harfiah dan sebagian rohani. (3) Tidak ada satu bagian Alkitab manapun yang dapat dianggap sebagai keseluruhan kebenaran. Kita harus imbang di semua aspek yang diajarkan firman Tuhan. (4) Tafsiran satu bagian firman tidak boleh dilepaskan dari konteksnya. (5) Tafsiran harus selaras dengan seluruh Alkitab. Tafsiran suatu bagian firman tidak boleh bertolak belakang dengan bagian manapun dalam Alkitab. (6) Banyak frase di dalam Alkitab saling menerangkan satu dengan yang lain, dengan demikian waktu ditafsirkan harus selaras. (7) Tidak dibatasi oleh latar belakang, tidak juga mengabaikan latar belakang. Kita tidak boleh mengabaikan latar belakang agar dapat memiliki pengertian Alkitab yang tepat. Tetapi kita harus hati-hati agar tidak dibatasi oleh latar belakang sehingga melakukan kesalahan dalam pelaksanaan firman itu. (8) Memperhatikan perbedaan-perbedaan dalam pembagian zaman (dispensation). Firman Allah kepada manusia dibagi dalam berbagai zaman. Kita tidak bisa menerapkan secara harfiah firman untuk zaman hukum Taurat kepada diri kita yang saat ini hidup di zaman kasih karunia. (9) Memperhatikan perbedaan orang-orang yang menerima firman itu. Ada bagian firman yang ditujukan kepada orang Yahudi, dengan sendirinya ini tidak bisa diterapkan untuk gereja. (10) Orang-orang, kejadian-kejadian, dan obyek-obyek dalam Perjanjian Lama yang tidak secara jelas mengacu sebagai lambang-lambang tidak boleh dianggap sebagai lambang melainkan sebagai ilustrasi. Sesuatu dianggap lambang jika ada bukti yang jelas dari Perjanjian Baru. Jika tidak ada, maka dianggap sebagai ilustrasi.

06 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 3 Rabu

Fajar Menyingsing Dan Bintang Timur Terbit Di hati Kita (1)
2 Petrus 1:19b
“Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu.”

Seluruh dunia adalah satu tempat yang gelap dan zaman sekarang ini adalah malam yang gelap. Apakah kita merasakan sekeliling semuanya gelap? Kalau kita tidak mengetahui apa yang disebut gelap, kalau kita tidak merasakan sekeliling semuanya gelap, mungkin kita sudah berbaur dengan dunia. Menurut pandangan manusia, dunia ini semakin lama semakin terang, semakin lama semakin maju. Tetapi menurut firman Allah, “hari sudah jauh malam” (Rm. 13:12).
Dalam dunia yang gelap, jika kita tidak memiliki perkataan nubuat (firman yang disampaikan oleh para nabi), kita juga akan ada di dalam kegelapan, karena kita tidak mempunyai pelita. Tetapi ketika kita memperhatikan perkataan nubuat ini, kita menerima sorotan terang. Akhirnya, terang ini akan bersinar sampai fajar rohani menyingsing di dalam kita, dan bintang timur terbit di dalam hati kita.
Petrus pertama-tama berbicara tentang hari rohani, yaitu saat fajar menyingsing di dalam kita. Tetapi Petrus juga berbicara tentang hari yang akan datang, hari kedatangan Tuhan kali kedua.
Jika kita terus menikmati firman-Nya, perkataan nubuat, dan mengalami bintang timur dan fajar rohani yang menyingsing di dalam hati kita, maka kelak kita akan mengalami Tuhan yang muncul sebagai bintang timur kepada orang-orang yang berjaga-jaga dan Ia akan menyingsing sebagai Surya kebenaran.

Fajar Menyingsing Dan Bintang Timur Terbit Di hati Kita (2)
Mrk. 6:45-51

Markus 6:47-48 mengatakan, “Ketika hari sudah malam perahu itu sudah di tengah danau, sedang Yesus tinggal sendirian di darat. Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka.”
Bagaimana keadaan murid-murid di atas penempuhan ini? Hari sudah malam, perahu berada di tengah danau. Kristus adalah terang dunia, tetapi sudah meninggalkan dunia ini. Ketika Ia datang lagi, Dia akan menjadi Bintang Timur dan Matahari. Sejak Kristus naik ke surga sampai datang kembali, dunia ini terus berada dalam masa malam yang panjang.
“Betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal”. Setiap orang beriman yang setia pasti merasakan perkara ini — betapa payahnya mendayung karena angin sakal! Beberapa tahun belakangan ini, pencobaan lebih banyak dan lebih hebat daripada dulu. Orang-orang milik Tuhan, sepertinya banyak perkara, tubuh mereka sering lemah, sering sakit; keluarga mereka banyak urusan, banyak kesulitan; usaha mencari nafkah lebih sulit daripada dulu; masyarakat semakin lama semakin memberi tekanan dan serangan kepada mereka; setan, roh jahat lebih-lebih sekuatnya menimbulkan gelombang, ingin menganiaya orang beriman, ingin membasmi orang beriman. O, semuanya itu adalah angin sakal! Kondisi yang demikian membuat berbagai macam ajaran bidah muncul.
Tetapi lebih baik payah mendayung daripada terhanyut. Terhanyut tidak perlu tenaga. Asal kita mau sedikit kompromi, sedikit kendur, kita pasti langsung terhanyut, tidak perlu mengeluarkan tenaga.
Meskipun gelap sungguh terlalu pekat, tetapi tidak akan lama lagi. Yesaya 21:12 mengatakan, “Pengawal itu berkata: Pagi akan datang, . . . .” . Semoga kita terus berjaga-jaga dan memperhatikan perkataan nubuat, sehingga kita menjadi seperti yang dikatakan Mazmur 1:2-3, “Tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.”

05 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 3 Selasa

Saksi Mata Dari Kebesaran Tuhan
2 Petrus 1:16
“Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.”

Pada saat surat ini ditulis, ada bidah yang menganggap kedatangan Tuhan Yesus kali kedua untuk menghakimi bumi adalah satu mitos, satu dongeng yang tidak dapat diterima atau dipercaya (3:4).
Untuk menangkal bidah ini, Petrus mengingatkan kaum beriman bahwa dia bersama dengan Yakobus dan Yohanes adalah saksi mata dari kebesaran Tuhan ketika mereka menyaksikan transfigurasi Tuhan. Mereka bukan hanya melihat Tuhan menerima kehormatan dan kemuliaan, tetapi mereka juga mendengar suara dari Yang Mahamulia, yang mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan”.
Petrus memandang transfigurasi Tuhan sebagai suatu tanda kedatangan-Nya untuk kali kedua, seperti yang Tuhan katakan dalam Lukas 9:26-36. Bagi Petrus, transfigurasi Tuhan dalam kemuliaan adalah suatu fakta, dan ia berada di dalamnya. Kedatangan Tuhan kali kedua dalam kemuliaan juga akan menjadi suatu fakta, sama riilnya dengan transfigurasi Tuhan, dan ia pun akan berada di dalamnya. Ini bukan dongeng isapan jempol manusia.
Kedatangan Tuhan adalah suatu fakta yang akan terjadi, sudahkah kita mempersiapkan diri? Dimanakah kita berada saat Tuhan datang lagi? Kita akan tertambat di dunia ataukah terangkat? Lukas 21:34, “Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.”

Diteguhkan Oleh Firman Yang Disampaikan Para Nabi
2 Ptr. 1:19-21

Kata ‘dengan demikian’ di awal ayat 19, dalam bahasa aslinya bisa bermakna ‘dan’. Kata ‘dan’ ini menunjukkan bahwa selain kebenaran transfigurasi Tuhan yang dibahas dalam ayat-ayat sebelumnya sebagai penangkal melawan dongeng-dongeng takhayul (2 Ptr. 1:16-18), masih ada firman yang disampaikan oleh para nabi sebagai bukti yang meyakinkan.
Frase ‘firman yang telah disampaikan oleh para nabi’ di ayat 19, dalam bahasa aslinya lebih baik diterjemahkan sebagai ‘perkataan nubuat’. Petrus mengibaratkan perkataan nubuat dalam Kitab Suci sebagai pelita yang bercahaya di tempat yang gelap. Ini menunjukkan bahwa (1) zaman ini adalah tempat gelap pada malam yang gelap (Rm. 13:12), semua orang di dunia ini berjalan dan bergerak di dalam kegelapan; (2) perkataan nubuat dalam Kitab Suci bagaikan pelita yang bercahaya bagi kaum beriman, menyampaikan terang rohani yang bercahaya di dalam kegelapan mereka (bukan sekadar pengetahuan dalam huruf-huruf untuk pengertian mental mereka), membimbing mereka masuk ke dalam hari yang terang, bahkan melewati malam yang gelap sampai hari penyataan Tuhan menyingsing. Sebelum Tuhan sebagai terang mentari itu muncul, kita perlu perkataan ini sebagai terang untuk menyoroti langkah-langkah kita.
Frase ‘tempat yang gelap’ pada ayat 19 juga dapat diterjemahkan sebagai ‘tempat yang suram, kotor, gersang, dan diabaikan orang’. Ini adalah suatu kiasan yang menggambarkan kegelapan dalam kemurtadan. Zaman ini adalah sebuah tempat yang gelap, suram, kotor. Tetapi perkataan nubuat adalah sebuah pelita yang bersinar di dalam kegelapan. Petrus mengatakan bahwa kita sebaiknya memperhatikan dengan baik perkataan nubuat, “sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu” (2 Ptr. 1:19).
Saudara saudari, suka atau tidak kita sudah berada dalam zaman yang gelap ini. Hanya firman Tuhan dalam Alkitab yang bisa menjadi pelita bagi kaki kita dan terang bagi jalan kita (Mzm. 119:105).

04 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 3 Senin

Mengingatkan Akan Kebenaran Yang Diterima (1)
2 Petrus 1:12
“Karena itu, aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu tentang semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.”

Pasal dua menampakkan pada kita bahwa surat ini, seperti 2 Timotius, 2 Yohanes, 3 Yohanes, dan Yudas, ditulis pada masa kemerosotan dan kemurtadan gereja. Beban Petrus adalah menyuntik kaum beriman untuk melawan racun kemurtadan.
Rencana agung Allah adalah menyalurkan diri Allah Tritunggal ke dalam kaum beriman sehingga Dia menjadi hayat dan suplai hayat mereka. Itulah sebabnya Allah menempatkan pohon hayat di tengah-tengah taman Eden (Kej. 2:9) dan melarang mereka untuk makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. Tetapi, sama seperti ular yang menyimpangkan Hawa, kemurtadan telah mengalihkan kaum beriman dari rencana agung Allah kepada logika filsafat manusia yang menyesatkan.
Itulah sebabnya dalam 2 Petrus 1:1-11, Petrus menje-laskan banyak hal kepada kita (dibahas di minggu 1-2).
Petrus menggunakan frase ‘senantiasa bermaksud mengingatkan kamu’ (ay. 12), ‘kewajibanku untuk tetap mengingatkan kamu’ (ay. 13) dan ‘berusaha … kamu selalu mengingat’ (ay. 15). Ketiga frase ini menunjukkan betapa seriusnya perhatian Petrus terhadap masalah ini. Dia sangat sadar bahwa kaum beriman berada dalam bahaya yang sangat besar untuk ikut terseret dalam arus kemurtadan. Kita perlu diingatkan agar tidak terseret arus kemurtadan ini. Janganlah kita meninggalkan rencana agung Allah dan jatuh ke logika filsafat manusia belaka.

Mengingatkan Akan Kebenaran Yang Diterima (2)
2 Ptr. 1:12-15; Yoh. 21:15-19

Surat ini ditulis sekitar tahun 69 Masehi, saat itu kemurtadan mulai menyusup ke dalam gereja. Beban Petrus adalah menyuntik kaum beriman melawan racun kemurtadan.
Dalam ayat 12 dikatakan,”Karena itu aku senantiasa bermaksud mengingatkan kamu akan semuanya itu, sekalipun kamu telah mengetahuinya dan telah teguh dalam kebenaran yang telah kamu terima.” Bahkan bagi seorang kaum beriman yang telah mengetahui kebenaran dan telah teguh dalam kebenaran yang telah diterimanya, masih ada kemungkinan disimpangkan dari rencana agung Allah dalam penempuhan perjalanan rohani selanjutnya. Ini adalah satu peringatan serius bagi kita. Kita perlu diingatkan bahwa sebagaimana setan dulu menipu Hawa agar berpaling dari pohon hayat ke pohon pengetahuan baik dan jahat, dalam prinsip yang sama, hari ini dia juga berusaha menipu kaum beriman. Setan terus berusaha menyimpangkan kita dari kenikmatan akan Kristus (menggarap bagian iman yang telah kita terima) kepada filsafat manusia yang kosong.
Petrus berkata, “Sebab aku tahu, bahwa aku akan segera menanggalkan kemah tubuhku ini, sebagaimana yang telah diberitahukan kepadaku oleh Yesus Kristus, Tuhan kita” (1:14). Kalimat ini menunjukkan bahwa Petrus mengingat peristiwa yang tak terlupakan tiga puluh tahun sebelumnya di pantai danau Tiberias. Setelah Tuhan menyuruhnya mengembalakan domba-domba-Nya (Yoh. 21:15-19), lalu Tuhan memberitahu Petrus bahwa dia akan mati martir (Yoh. 21:18-19; bd. Yoh. 13:36). Sewaktu menulis surat ini, Petrus berusia sekitar enam puluh tahun. Saat itu kaisar Nero adalah penguasa kekaisaran Roma dan sangat membenci orang Kristen. Petrus sadar sisa waktunya hanya singkat, dan akan mengerikan. Dia ingat perkataan Tuhan bahwa dia akan diikat dan dibawa ke tempat yang tidak dikehendakinya (Yoh. 21:18). Tetapi dia tidak peduli akan hal ini, yang dia pedulikan adalah kemungkinan terseretnya kaum beriman ke dalam arus kemurtadan. Dengan perasaan seperti inilah Petrus mengingatkan kaum beriman akan kebenaran yang telah mereka terima. Oh, betapa pentingnya peringatan ini. Barangsiapa bertelinga, hendaklah ia mendengar dan menjadi pelaku firman!

02 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 2 Sabtu

Hak Penuh Untuk Memasuki Kerajaan Kekal
2 Petrus 1:11
"Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus."

Kerajaan kekal dalam ayat ini mengacu kepada Kerajaan Allah yang diberikan kepada Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus (Dan. 7:13-14), yang akan dinyatakan pada kedatangan-Nya kembali (Luk. 19:11-12). Pada masa Kerajaan Seribu Tahun kita boleh berbagian dalam jabatan raja-Nya dalam kemuliaan Allah (2 Tim. 2:12; Why. 20:4, 6). Karena itu, masuk ke dalam kerajaan berhubungan dengan masuk ke dalam kemuliaan kekal Allah (1 Ptr. 5:10; 1 Tes. 2:12).
Dalam kerajaan kekal ini, kita bukan menjadi rakyat — kita akan menjadi raja. Tetapi agar dapat menjadi raja, kita perlu pertumbuhan dan pengembangan yang telah dibicarakan pada hari-hari sebelumnya.
Jika kita tidak rajin berjerih lelah dan menggarap bagian iman kita, sekalipun Tuhan ingin menobatkan kita menjadi seorang raja, kita akan sadar bahwa kita tidak dapat dan tidak layak mengemban jabatan tersebut. Ini menunjukkan bahwa diri kita sendiri pun tahu bahwa kita perlu bertumbuh.
Kita telah diberi modal yang sama, yaitu bagian iman yang sama berharganya, dan iman ini adalah benih yang almuhit. Segala kekayaan ilahi ada di dalam benih ini, tetapi kita harus rajin mengembangkannya barulah kita memiliki hak penuh untuk memasuki kerajaan kekal.
Ada sebuah kidung mengatakan:Yang lain berperang rebut mulia, darah, peluh, cucuran;
Masa ku manja sendirian, mimpi masuk sorga?


Rencana Kekal Allah
2 Ptr. 1:11; Ef. 4:13

Frase "dikaruniakan hak penuh" dalam bahasa aslinya berarti "disuplai secara kaya dan berlimpah". Dalam pertumbuhan kita, Tuhan menyediakan suplai yang berlimpah, yang akan membuat kita memiliki hak penuh untuk memasuki kerajaan kekal.
Ketika bangsa Israel di padang gurun, manna turun dari surga (Bil. 11:9). Mereka tidak perlu bekerja, hanya perlu bangun dan mengumpulkan manna. Tetapi ketika mereka masuk tanah Kanaan, tidak ada lagi manna yang turun. Tanah itu memiliki banyak kekayaan sebagai suplai makanan mereka (Yos. 5:12). Berapa banyak hasil dari tanah itu sangat tergantung dari jerih lelah mereka. Jika tidak berjerih lelah, tanah itu tidak akan menghasilkan apa-apa. Ini sama dengan pertumbuhan kita.
Hasil dari kenikmatan atas kekayaan tanah itu ialah terbangunnya kota dan bait. Apa artinya kota dan bait? Kota ialah inti kekuasaan dan kerajaan Allah, sedang bait ialah inti rumah atau tempat kediaman Allah. Jadi, baik kerajaan Allah maupun rumah Allah, adalah hasil kenikmatan atas tanah itu. Ketika umat Allah menikmati tanah itu hingga suatu taraf, muncullah kekuasaan Allah dan penyertaan-Nya; dengan ungkapan lain, muncullah kerajaan dan rumah Allah. Jika kita memiliki Kristus, tanah itu, dan menikmati segala kekayaan-Nya hingga suatu taraf, maka muncullah gereja dan kerajaan Allah, yaitu bait di dalam kota.
Kini, kita memiliki kedudukan untuk menikmati segala kelimpahan Kristus. Allah telah mengaruniakan kedudukan ini kepada kita. Kita telah diberi bagian iman yang sama berharganya (ay. 1), dan iman ini adalah benih. Segala kekayaan ilahi ada di dalam benih ini, tetapi kita harus rajin mengembangkan apa yang telah kita terima (ay. 5-8). Melalui mengembangkannya, kita bertumbuh dan akhirnya kita akan mencapai kematangan. Hasilnya, kita akan dipenuhi Kristus, dan mencapai ukuran perawakan kepenuhan Kristus (Ef. 4:13). Setelah kita bertumbuh sedemikian, muncullah kerajaan dan rumah Allah. Itulah inti rencana kekal Allah.

01 April 2005

1&2 Petrus Volume 4 - Minggu 2 Jumat

Giat Dan Berhasil Dalam Pengenalan Akan Yesus Kristus
2 Petrus 1:8
"Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita."

Pertumbuhan memang dikerjakan oleh Allah, tetapi perlu ditambah dengan penanaman dan penyiraman kita (1 Kor. 3:6).
Saudara saudari, kita perlu rajin menambahkan berbagai hal positif itu kepada iman kita. Selain melalui berbagai situasi yang Tuhan berikan, kita juga perlu mencari kesempatan. Ada kesempatan memberitakan Injil, beritakanlah Injil; ada kesempatan membantu orang, curahkanlah kasih kepada orang tersebut; ada kesempatan berdoa bagi saudara saudari, belajarlah menjadi seorang pendoa syafaat, dsb. Dengan demikian kita akan memiliki semua itu dengan berlimpah-limpah dan mencapai pengenalan yang penuh akan Yesus Kristus, Tuhan kita.
Allah telah memberikan bagian iman kepada kita. Melalui bagian yang Allah berikan, dan melalui situasi/penderitaan yang Allah takar dalam kasih, juga melalui kesungguhan dan usaha kita untuk menambahkan berbagai hal kepada iman kita (2 Ptr. 1:5-7), serta melalui bantuan dari para gembala kita, akhirnya kita menumbuhkan satu hakiki yang sehat.
Kita perlu bersyukur, karena Tuhan bukan hanya mendapatkan Paulus yang berhikmat, berpendidikan tinggi, tetapi juga mendapatkan Petrus. Apa yang telah Tuhan kerjakan di atas diri Petrus juga akan dikerjakannya di atas diri kita jika kita rajin bekerja sama dengan-Nya.

Panggilan Dan Pemilihan Yang Makin Teguh
2 Ptr. 1:9, 10

Mazmur 129 dimulai, "Mereka telah cukup menyesakkan aku sejak masa mudaku, biarlah Israel berkata demikian" (ay. 1) Penulis mazmur ini telah bertahun-tahun mengalami kesusahan dan penderitaan. Namun, ia menambahkan, "tetapi mereka tidak dapat mengalahkan aku" (ay. 2). Dengan kata lain pemazmur berkata "Setelah bertahun-tahun mengalami kesusahan dan ujian, aku dapat bersaksi bahwa Tuhan selalu mendapatkan jalan-Nya. Secara luaran kelihatannya aku gagal dan terpukul; tetapi realitasnya aku beroleh kemenangan. Secara luaran aku tidak mempunyai jalan untuk melampaui semua penderitaan. Aku sering tertekan, kalah, dan bahkan dicobai untuk melarikan diri. Namun, setelah bertahun-tahun dalam situasi demikian, sekarang aku bisa bersaksi, semua itu tidak dapat mengalahkanku! Aku masih ada di sini! Haleluya! Aku masih berjuang demi kesaksian Tuhan!
Ketika Petrus dengan lancar menunaikan ministri, dia tidak goyah; ketika dia dengan susah payah menunaikan ministrinya, dia juga tidak goyah. Seolah-olah dia memberitahu kita, "Tidak peduli Tuhan memberi situasi yang lancar atau susah, jerih lelah saya masih ada di sana, suplai saya masih ada di sana, sebab itu saya masih akan bangkit memberitakan firman, karena suplai Allah selalu tersedia."
Saudara saudari, marilah kita berusaha sungguh-sungguh mengembangkan iman kita supaya "panggilan dan pilihanmu makin teguh" (2 Ptr. 1:10). Demikianlah kita dapat memberitahu Tuhan, "Ya Tuhan, sebagaimana Engkau memimpin Petrus, pimpinlah kami juga. Kami mau dalam belas kasih-Mu menjadi sekelompok orang yang seperti Petrus." Seperti yang dikatakan Mazmur 125:1, "Orang-orang yang percaya kepada TUHAN adalah seperti gunung Sion yang tidak goyang, yang tetap untuk selama-lamanya."
Sebaliknya, jika kita tidak rajin, maka seperti yang dikatakan 2 Petrus 1:9, "Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan."